Youjitsu 1st Year Volume 6

Chapter 5 (Part 7)

- 8 min read - 1634 words -
Enable Dark Mode!

Ada berbagai fasilitas komersial di Keyaki Mall. Sebagian besar toko digunakan setiap hari, seperti supermarket. Namun, ada beberapa toko yang hanya sesekali digunakan. Misalnya, ada layanan yang mengirimkan bahan-bahan supermarket ke kamar asramamu, dan toko khusus yang memperbaiki masalah listrik, gas, dan air. Laundromat adalah contoh sempurna lainnya dari ini. Seorang salaryman atau anggota lain dari masyarakat luar akan memiliki alasan yang bagus untuk biasanya menggunakan laundromat, tapi itu tak relevan dengan siswa sekolah ini. Namun, ketika blazer atau bagian lain dari seragam kami menjadi sangat kotor, laundromat memainkan peran penting dengan membersihkan apa yang tak bisa kami bersihkan sendiri.

Bahkan jika itu bukan sesuatu yang biasa kau gunakan, waktunya akan mendadak ketika dibutuhkan.

Ini Kamis malam jam 8:00 dengan ujian diadakan pada akhir pekan. Toko-toko di kampus sudah mencapai waktu tutup, jadi semua orang dari Kelas D berkumpul di ruang karaoke. Ini adalah tempat yang bagus untuk membuat persiapan tanpa mengkhawatirkan apa pun yang bocor ke luar.

Horikita dan Hirata bertindak cepat. Kelompok ini sama dengan dari awal ujian akhir, dengan tambahan Keisei.

Memang benar bahwa akan lebih ideal untuk melakukan ini di kamar seseorang, tapi salah satu dari kami tak ingin melakukan itu.

“Hei, bisakah aku bernyanyi?”

“Tunggu, Karuizawa-san. Itu bukan untuk apa kita di sini hari ini.”

“Meskipun ada karaoke di sini?”

“Karena kau mengatakan bahwa kau tak ingin pergi ke asrama, kita datang ke sini. Bukankah itu benar?”

Kau tak tahu siapa yang melihat atau mendengarkan di kafe atau kantin di tempat lain di kampus.

“Itu benar, tapi apa yang harus kukatakan? Apakah tak bodoh untuk pergi ke karaoke dan tak bernyanyi?”

“Lakukan dengan makanan dan minumanmu.”

Karuizawa sudah memesan banyak. Minuman pribadinya sendiri, serta makanan cepat saji seperti kentang goreng dan minuman untuk orang lain berada di atas meja.

“Kalau begitu mari kita bernyanyi duet bersama setelah rapat strategi selesai, Yōsuke-kun.”

“Ya. Mungkin ada baiknya untuk mengambil nafas setelah pertemuan tertunda.”

“Aku akan menyetujui itu. Aku ingin memiliki perayaan yang tepat, tapi itu juga sudah cukup lama sejak aku karaoke.”

Hirata dan Kushida mencari kompromi dengan menyetujui Horikita dan Karuizawa.

“……Aku akan mulai.”

Horikita mengabaikan mereka berdua dan memulai pertemuan.

“Yang pertama adalah hasil dari sesi belajar, dan sejujurnya, kupikir itu sangat bagus. Pada awalnya, perilaku anak laki-laki berantakan, dan aku khawatir tentang bagaimana itu akan berubah. Untungnya, mereka telah belajar dengan giat dan harusnya sudah mampu menghadapi ujian akhir sampai batas tertentu.”

“Asal tahu saja, aku belajar dengan keras sehingga mulutku sekarang adalah kamus bahasa Inggris!”

Sudō berseru bahwa dia telah belajar dengan caranya sendiri, tapi cara dia mengutarakannya membuatnya sulit dimengerti.

“Sudō-kun telah berkembang secara signifikan dibandingkan dari mana dia memulainya. Konsentrasinya telah meningkat secara dramatis khususnya. Namun, jangan lupa bahwa kemampuan akademis dasarmu masih kalah dengan siswa SMP tahun pertama.”

“Aku telah belajar sangat keras dan aku masih hanya di tingkat SMP tahun pertama……”

“Kenyataan bahwa kau berada di tingkat SD sampai sekarang adalah sesuatu yang luar biasa.”

“Ho-Horikita-san, itu terlalu berlebihan……”

“Dia bahkan tak tahu bahwa pi ada sampai saat ini.”

Itu adalah pernyataan yang cukup eksplosif. Tak terduga baginya untuk hidup sampai hari ini tanpa mengetahui keberadaan pi.

“Eeeh? Bukankah itu terlalu bodoh!?”

Bahkan Karuizawa, yang tak banyak belajar sendiri, memberikan reaksi berlebihan.

“Diam, Karuizawa. Kau bahkan tak memahami itu sendiri."

“Tidak tidak Tidak. Serius. Bahkan aku tahu itu 3.14.”

Percakapan itu berhasil turun menjadi sesuatu yang sepele. Setiap orang yang harus mendengarkannya mungkin berakhir dengan sakit kepala.

“Tolong hentikan. Secara kasar aku bisa melihat tingkat kemampuan akademismu. Apakah dia benar-benar baik-baik saja, Horikita?”

“Tak ada gunanya khawatir tentang dia. Seperti yang kukatakan, kemampuan akademis dasarnya berada di belakang. Tapi, dia umumnya mengerti isi yang dia butuhkan untuk semester ini. Bukannya dia menghadapi ujian yang diperkirakan gagal. Apakah masalah dengan Hasebe-san dan Miyake-kun telah terselesaikan, Yukimura-kun?”

“Tentu saja. Ayanokōji sedang mengawasi dengan saksama, sehingga dia dapat memverifikasi ini, bukankah begitu?”

“Kupikir tak ada cara yang lebih baik untuk mendekatinya. Aku tak memiliki kekhawatiran tentang mereka gagal pada ujian akhir.”

“Bagus! Aku benar-benar benci kehilangan seseorang dari Kelas D, jadi mari kita mengatasi ini bersama-sama!”

“……Sesuatu seperti itu. Ngomong-ngomong, apa kita benar-benar baik-baik saja?”

Setelah mendengar pikiran Kushida, Karuizawa mengajukan pertanyaan yang meresahkan.

“Aku tak ingin lebih sedikit teman sekelas, tapi ini adalah ujian bahwa seseorang dikeluarkan setiap tahun, bukan? Tak ada jaminan kalau Sudō-kun atau aku tak akan gagal, kan?”

“Aku tak bisa menjamin itu, tapi-”

“Kalau begitu jangan mengatakan hal seperti itu begitu gegabah dari awal.”

Suasana santai ruangan itu perlahan mulai tegang.

“Kushida-san, aku selalu merasa seperti kau sudah memberiku janji dibibir saja untuk sementara waktu sekarang.”

“Begitukah… aku hanya ingin semua orang lulus ujian dengan aman…”

“Pasti menyenangkan menjadi pintar. Kau bahkan tak tahu apa yang akan terjadi padaku.”

“Tak apa-apa, Karuizawa-san. Kau terlibat dalam kelompok belajar yang handal sekarang.”

Bahkan dengan Hirata mendukungnya, Karuizawa tampak sama sekali tak yakin.

“Aku ingin mengatakan ini untuk sementara waktu sekarang. Kushida-san, bukankah kau bertingkah sedikit sok baik?”

“Eh?…… A-Apa kau benar-benar berpikir begitu……”

“Bisakah kau tenang, Karuizawa-san? Kita sedang melakukan diskusi tentang ujian akhir sekarang. Jangan buang waktu kita dengan hal-hal yang tak terkait.”

“Horikita-san, diamlah sedikit. Hei, Kushida-san. Apakah kau mungkin mengejek kecerdasanku di dalam pikiranmu atau sesuatu?”

“Aku tak akan melakukan hal seperti itu.”

“Kalau begitu, jangan membuat janji seperti itu. Karena sulit bagiku setiap kali aku mengikuti ujian, bisakah kau bertanggung jawab jika aku gagal?”

Ini terlalu tak rasional. Dihadapkan dengan kemarahan yang tak dapat dijelaskan, itu bukan hanya Kushida, tapi seluruh kelompok belajar bingung.

Karuizawa kehilangan itu karena kesungguhan dan kebaikan Kushida.

Dia kemudian mengulurkan tangan dan mengambil jus anggurnya yang baru saja dia sentuh, dan mulai menuangkannya ke Kushida dengan sekuat tenaga. Jus, dan semua sifat pewarnaan itu, direndam ke dada blazernya.

“Karuizawa-san!”

Dalam menghadapi situasi yang tak bisa dipercaya ini, Hirata mengeluarkan suara yang biasanya keras saat dia meraih tangannya yang memegang cangkir.

“Kau tidak bisa melakukan ini. Aku merasa seperti ada sesuatu hal yang benar-benar melewati batas.”

“A-apa yang kau katakan…… ini salahku?”

“Aku minta maaf, tapi situasi ini hanya menempatkanmu dalam posis yang buruk, Karuizawa-san. Kushida-san tak melakukan kesalahan apa pun.”

Ini adalah tindakan yang bahkan Horikita, yang berada di tengah Perang Dingin dengan Kushida, tak bisa membela.

“Aku baik-baik saja. Aku sama sekali tak keberatan, oke? Tolong jangan menyalahkan Karuizawa-san.”

“Itu tak terjadi. Tak peduli bagaimana kau memikirkannya, itu semua kesalahan Karuizawa.”

Keisei mengutarakan pikirannya dan menilai situasinya secara objektif. Itu sangat alami bagi semua orang yang hadir untuk bermusuhan dengan apa yang telah terjadi. Tak peduli bagaimana orang bisa melihatnya, mereka akan berpikir Karuizawa salah karena ucapannya yang tulus. Namun demikian, tindakannya bukannya tak wajar. Karuizawa selalu menjadi gadis seperti ini.

“Oh, benaarrr. Aku satu-satunya orang jahat. Ya, bagaimanapun juga, Kushida-san adalah bintang kelas.”

Semua orang yang hadir, kecuali aku, sudah membuat penilaian mereka.

Karuizawa berbalik ke arahku seolah meminta bantuanku.

“Hei, Ayanokōji-kun, kau berpihak padanya?”

“Siapa yang aku setujui… Tak ada orang di sini yang mengatakan sesuatu yang salah. Kau salah.”

“Yah, itu saja. Aku tahu itu akan terjadi. Setiap orang adalah musuhku.”

Karuizawa bangkit dan mengambil tasnya tanpa meminta maaf.

“Karuizawa-san. Jika kau membiarkan keadaan aneh seperti ini, kau pasti akan menyesal nanti. Aku juga tak ingin sesuatu seperti itu.”

Hirata bersikeras untuk menghentikan Karuizawa meninggalkan ruang karaoke.

“Apa? Apa lagi yang harus kulakukan?”

“Pertama-tama, minta maaf pada Kushida-san. Itu yang paling penting.”

Karuizawa dibujuk oleh pacarnya. Dia tampak frustrasi, tapi akhirnya dia mengundurkan diri.

“Aku tak berpikir aku salah, tapi aku harus minta maaf?”

“Kau harus mengatakannya dulu.”

Mendengar ini, Karuizawa berdiri terdiam sesaat.

“……Maaf.”

Setelah diam sejenak, Karuizawa menyerah dan meminta maaf setelah diperingatkan oleh Hirata.

“Tidak, itu bukan masalah sama sekali. Kupikir aku seharusnya juga sedikit lebih memperhatikan perasaanmu.”

Dalam situasi ini, respon yang marah tak akan normal, namun Kushida sepenuhnya tenang, dan memaafkan Karuizawa.

Mendengar ini, Karuizawa tampak merasa bersalah, dan kembali duduk di samping Hirata.

“Aku merasa seperti aku sedikit kehilangan ketenangan. Maaf.”

Karuizawa meminta maaf sekali lagi pada Kushida, yang menjawab dengan senyuman seolah mengatakan untuk melupakannya.

“Terima kasih……”

Hirata menarik napas lega saat melihat mereka berdua.

Namun, ini bukan berarti semuanya telah diselesaikan.

“Kushida-san, apa kau punya blazer cadangan yang bisa kau pakai ke sekolah besok? Semuanya bagus?”

“Ah tidak. Yang lainnya sudah rusak, jadi yang ini yang terakhir yang tersisa…”

Awalnya sekolah membayar untuk setiap siswa memiliki dua blazer. Tapi kadang-kadang hal-hal yang tak terduga mungkin terjadi, seperti seorang siswa mungkin menjadi lebih besar dari bagian seragam mereka. Pada saat itu, jika perlu, ada toko di Keyaki Mall yang dikhususkan dalam seragam siswa. Namun, butuh beberapa waktu untuk menyesuaikan seragam agar sesuai dengan siswa, dan itu juga tak murah untuk poin.

“Apakah tak ada laundromat? Aku bisa membawanya dengan beberapa pakaian yang sudah kotor selama latihan basket. Jika aku serahkan pada mereka hari ini, kau seharusnya bisa mendapatkannya kembali besok pagi.”

“Aku tak pernah mendengarnya karena aku tak pernah punya alasan untuk menggunakannya. Jika ini masalahnya, maka sepertinya ada solusinya.”

Kushida menerima saran bagus dari Sudō dan memahami cara menyelesaikan masalah.

Karuizawa mendengar sarannya, dan membuat usulan sendiri seolah-olah menyadari bahwa dia bisa melakukan sesuatu yang lebih untuk membantu.

“Meskipun itu tak berfungsi sebagai permintaan maaf, izinkan aku untuk membayar biaya pembersihan.”

“Tak apa-apa, aku tak keberatan.”

“Haruskah aku mengatakan bahwa aku tak akan bisa merasa tenang… tak bisakah aku?”

“Apakah itu benar-benar baik?”

“Ya! Aku yang salah di sini, jadi tolong biarkan aku melakukannya.”

Dengan demikian, situasinya menemukan titik kompromi karena Karuizawa menawarkan untuk membayar biaya pembersihan.


*Laundromat: tempat cuci otomatis; mesin cuci dgn koin;

*Salaryman: sebutan untuk seseorang yang pendapatannya berbasis gaji, terutama mereka yang bekerja untuk perusahaan besar (korporasi). Selengkapnya di sini!

*Blazer: sejenis jaket yang dipakai sebagai pakaian yang santai namun tetap cukup rapi. Sebuah blazer bentuknya menyerupai jas dengan potongan yang lebih santai.

*Sifat pewarnaan (bahasa Inggris: staining properties): Masih bingung dengan maksudnya! Jadi Admin biarin begini :v