Youjitsu 1st Year Volume 6

Chapter 4: Cara Bertahan Hidup

- 8 min read - 1524 words -
Enable Dark Mode!

Setelah memulai kelas pukul 18.00, Chabashira-sensei segera meninggalkan ruang kelas.

Para siswa kelas itu duduk di sana dengan penuh rasa ingin tahu, Hirata memotret mereka dengan pandangan sekilas saat dia berdiri di podium.

Kami tak ingin memainkan game apa pun sekarang. Diskusi serius akan segera dimulai.

“Untuk kelas hari ini, aku ingin mengadakan pertemuan untuk kuis besok. Aku mendapat izin dari Chabashira-sensei, yang mengatakan padaku bahwa waktu kelas saat ini bebas untuk kita digunakan. Pertama-tama, Horikita-san, maukah kau?”

Seakan menunggu kata-kata Hirata, Horikita berdiri dengan tenang dan berdiri di samping Hirata.

Baginya untuk pergi dan berdiri berdampingan dengan Hirata, beberapa siswa mungkin mulai merasakan ketidakcocokan. Banyak yang mungkin belum menyadari sampai sekarang bahwa “Horikita” dan “Hirata” menjadi tim terkuat di Kelas D. Hirata selalu menyambutnya, tapi Horikita tak pernah mengijinkannya. Horikita selalu berjuang sendiri dan bertindak dengan keyakinan bahwa dia bisa menang tanpa bantuan orang lain.

Namun, setelah kegagalan yang dideritanya di festival olahraga, dia memahami batas pertempuran sendirian, dan seolah-olah dia terlahir kembali.

Tentu saja, tak semuanya menjadi sempurna.

Ahli biologi Swiss A. Portman mengatakan bahwa manusia secara fisiologis prematur. Dia berpendapat bahwa, dari sudut pandang zoologi, manusia dilahirkan sekitar satu tahun lebih awal dibandingkan dengan keadaan perkembangan mamalia lainnya. Meskipun manusia digolongkan sebagai hewan besar, ketika bayi dilahirkan, organ inderanya telah dikembangkan, sementara kemampuan atletiknya belum dewasa dan mereka tak dapat berjalan sendiri. Hewan besar lainnya di sisi lain, seperti rusa, sudah dewasa ketika mereka dilahirkan, dan ada banyak makhluk terisolasi lainnya yang meninggalkan sarang mereka dan hidup sendiri.

Seperti halnya dengan contoh ini, sekarang Horikita baru saja dilahirkan kembali, dan belum bisa bergerak sendiri.

Namun, meskipun sangat tak dewasa, dia juga mengandung kemungkinan yang tak terbatas.

Dia bisa tumbuh dengan cara apa pun.

Mungkin hati Horikita masih berkonflik. Dia mungkin berusaha mati-matian untuk melawannya.

Akan menjadi yang terbaik baginya untuk menyerahkan diri pada perubahan ini dan berkomitmen untuk itu.

“……Pertama-tama, meskipun ini adalah sesuatu dari masa lalu, aku harap kalian akan membiarkanku meminta maaf untuk sesuatu.”

Kupikir dia akan mulai berbicara tentang ujian akhir segera, tapi dia tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membara di hati Horikita selama beberapa minggu sekarang.

“Selama festival olahraga, aku tak berhasil memberi kita hasil apa pun. Aku selalu memiliki sikap yang keras dengan semua orang, tapi pada akhirnya aku tak dapat melakukan apa pun untuk Kelas D. Tolong izinkan aku untuk meminta maaf.”

Setelah mengatakan itu, Horikita menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tentu saja, banyak siswa terguncang oleh penampilan ini.

Seolah-olah Horikita telah menerima kesalahan karena alasan di balik kekalahan Kelas D.

Setelah lomba tiga kaki, Onodera telah menjadi sedikit menjauh dari Horikita dan dengan cepat berbicara:

“Bukan satu-satunya tanggung jawab Horikita-san atas kekalahan itu. Kau tak perlu menurunkan kepalamu."

“Itu benar, Suzune. Bagaimanapun juga, Haruki dan Profesor tak banyak membantu. ”

Meskipun menyedihkan, itu juga benar. Yamauchi memelototi Sudō, tapi tak ada keberatan.

“Sikap rendah hati dapat membuat hasil apa pun diterima, terlepas dari apakah kita menang atau kalah. Tapi itu tak terjadi di sini. Setidaknya, kontribusiku pada festival olahraga hampir tak ada hal positif.”

Setelah mengatakan itu, Horikita melirik ke wajah Sudō untuk sesaat. Itu mungkin tak lain adalah untuk melengkapi bahwa dia telah membuat seorang teman dari Sudō. Mustahil bagi Sudō untuk tak memahami suasana. Dia dengan malu-malu menggores pipinya sedikit, diam-diam memperlihatkan senyum dan gigi putihnya.

“Tapi ini adalah akhir dari permintaan maaf. Aku ingin berkomitmen penuh untuk menantang kuis berikutnya dan ujian akhir ini. Aku percaya bahwa kecuali kelas itu bertarung sebagai satu kesatuan, itu tak akan dapat diatasi.”

“Aku bisa mengerti itu, tapi apakah kau punya solusi atau sesuatu? Seperti bagaimana pasangan dipilih. Kita tak tahu tentang itu, kan?”

“Tidak, aturan untuk bagaimana pasangan dipilih sudah dibuat jelas. Jika kita menangani ini dengan baik, adalah mungkin bagi kita semua untuk memiliki pasangan yang ideal. Hirata-kun, jika kau mau.”

Hirata, yang telah beralih ke peran pendukung, menerima sinyal dan menulis aturan pemasangan di papan tulis.

Aturan pasangan

Ketika melihat kelas secara keseluruhan, orang yang mendapat nilai tertinggi dan orang yang mendapat nilai terendah pada kuis akan dicocokkan satu sama lain.

Kemudian siswa terbaik dan terburuk kedua, siswa terbaik dan terburuk ketiga dan seterusnya.

Sebagai contoh: Siswa yang mendapat 100 poin akan dicocokkan dengan siswa yang mendapat 0 poin. Siswa yang mendapat 99 poin akan dicocokkan dengan siswa yang mendapat 1 poin.

“Ini adalah arti dari kuis dan prinsip berpasangan. Sederhana, kan?”

“Oh, astaga! Ini adalah aturan berpasangan! Kau telah melakukannya, Horikita! Kau menakjubkan!"

“Ini adalah sesuatu yang banyak siswa juga harus temukan. Yang penting adalah ini. Berdasarkan aturan ini, kita juga dapat melihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih rendah akan berpasangan dengan mereka yang mendapatkan nilai lebih tinggi hampir secara default. Namun, pengecualian selalu bisa terjadi. Karena ini, aku akan mulai menjelaskan strategi untuk pasangan yang dapat diandalkan dan tepat.”

Meskipun dia mengatakan bahwa banyak siswa yang seharusnya telah mengetahui hal ini, ini bukanlah masalahnya. Dibandingkan dengan petunjuk yang lalu, yang satu ini memang mudah dimengerti. Tapi dia mungkin telah memperhatikannya hanya karena pengalamannya dengan kegagalan masa lalunya.

Horikita berjalan di samping Hirata, dan berbalik menghadap ke ruang kelas.

Perasaan malu dan tak suka berbicara di depan umum.

Dia tak memiliki perlawanan seperti itu sama sekali di hatinya, hanya dorongan untuk bergerak maju.

“Mempertimbangkan hasil dari tes kelas kita sejauh ini, aku ingin fokus pada memiliki siswa yang khawatir tentang skor mereka membuat rencana dengan siswa mendapatkan nilai bagus. Meskipun pada akhirnya akan ada beberapa siswa yang gelisah, kenyataan dari situasinya adalah kita tak dapat mendukung semua orang.”

11 siswa rata-rata 80 poin atau lebih, dengan pengecualian mereka yang mencapai nilai sempurna pada ujian tengah semester. Jika rata-rata itu dinaikkan menjadi 90 poin, jumlah siswa akan berkurang menjadi 6. Adalah hal yang menyedihkan untuk berpikir tentang isi tes yang relatif mudah. Jumlah siswa dengan nilai yang sangat baik kurang dari setengah kelas.

Sebaliknya, bahkan jika kau memperhitungkan jumlah skor rata-rata lebih dari 60 poin, tak semua orang akan dapat dicocokkan dengan pasangan yang ideal… Dengan kata lain, tak mungkin bagi setiap pasangan untuk mendapatkan siswa dengan nilai tinggi.

Oleh karena itu, Horikita tampaknya bertujuan untuk stabilitas dengan menciptakan tim wajib 10 orang di atas dan di bawah kelas.

Nama-nama siswa dengan nilai lebih rendah terdaftar di papan tulis satu per satu.

“Yah, aku tak mengerti. Apa yang harus kita lakukan?"

Tanya Yamauchi, siapa tahu namanya akan ditulis.

“10 siswa yang ditulis di sini hanya dapat menulis nama mereka di kuis besok. Karena skormu tak akan tercermin pada kartu laporanmu, mengambil 0 pada kuis tak memiliki kerugian apa pun. Sebaliknya, ke 10 orang teratas, pastikan untuk mencetak 85 poin atau lebih. 20 siswa yang tersisa dibagi menjadi 10 orang. Untuk separuh lebih tinggi dari siswa-siswa ini, nilaimu harus ditujukan pada maksimum 80 poin, sedangkan untuk bagian bawah, kau hanya perlu mencetak 1 poin. Dengan metode ini, keseimbangan optimal untuk ujian akhir harus dicapai secara otomatis. Namun, aku akan mengkonfirmasi detail ini nanti karena ada juga kemungkinan bahwa kecelakaan akan terjadi.”

Yang penting di sini adalah memastikan bahwa siswa yang mengambil nilai 0 dan siswa yang mencetak nilai 1 tak dipasangkan satu sama lain.

Para siswa dengan perbedaan kemampuan akademis harus dipasangkan sebanyak mungkin.

“Aku juga berpikir strategi ini sangat bagus. Kita tak harus menantang ujian tanpa mengambil tindakan pencegahan.”

Hirata telah mendiskusikan ini dengannya sebelumnya, jadi seharusnya tak ada komentar negatif tentang rencana itu. Tujuannya adalah menciptakan suasana yang menguntungkan.

Kōenji biasanya tak menyetujui hal-hal seperti ini, tapi dia tak menunjukkan penegasan atau penolakan.

Sebaliknya, ia tampak tak tertarik dengan mata rantai percakapan. Kemampuannya untuk berintegrasi ke dalam kelas bahkan lebih buruk daripada Horikita. Tapi kali ini ia mempertahankan sikap khasnya yang mungkin untuk yang terbaik.

Meskipun Kōenji biasanya tak mengambil tes khusus dengan serius, dia selalu menghindari situasi di mana dia akan beresiko untuk dikeluarkan.

Kali ini, untuk kasus “pasangan wajib”, dia tak akan mendapat nilai buruk. Meskipun peluangnya rendah, ada kemungkinan kau akan dikeluarkan bahkan kau mendapatkan beberapa nilai sempurna di putaran final, tergantung pada kemampuan pasanganmu.

Karena ini, meskipun dia akan pura-pura tak tertarik, dia mungkin akan bersedia bekerja sama pada ujian.

Tidak, perilaku Kōenji mungkin tak bisa dibaca. Ada kemungkinan dia akan melakukan sesuatu yang tak dapat diprediksi.

“Kōenji-kun. Apakah kau keberatan? ”

“Aku tak keberatan, itu benar-benar pertanyaan yang tak masuk akal. Tentu saja, aku sudah menguasai isi dari ujian ini.”

Dia meregangkan kakinya yang panjang ke atas mejanya seperti biasa dan merapikan kembali rambutnya.

“Yah, bisakah aku berharap kau memang mendapat nilai lebih dari 80 poin?”

“Apa yang kau pikirkan? Bukankah itu tergantung pada isi ujian?”

“Jika kau dengan sengaja mencetak 0 poin dan diimbangi dengan siswa lain dengan nilai tinggi, akan ada risiko kerusakan dalam keseluruhan keseimbangan untuk kelas. Bisakah kau setidaknya memahami ini, jika ada?”

Satu-satunya hal yang harus ditakuti untuk kuis ini adalah skor yang tak normal. Pasangan berkemampuan tinggi seperti Horikita dan Kōenji harus dihindari untuk terbentuk.

“Aku akan mempertimbangkannya dengan hati-hati. Gadis."

Meskipun jawaban Kōenji benar-benar mencurigakan, dia tak dapat melanjutkan topik sekarang.

Karena kita harus mengendalikan poin dari ujian akhir resmi.

* * *

*Telah membuat seorang teman dari (bahasa Inggris: had made a friend of): Masih belum yakin oi :v

*Default: Sudah tahu artinya, tapi masih mencari kata yang cocok.