Youjitsu 1st Year Volume 3

Prolog

- 2 min read - 383 words -
Enable Dark Mode!

Prolog : MONOLOG Chabashira Sae

(Sudut pandang Chabashira Sae)

Mitologi Yunani banyak membahas kelemahan manusia. Banyak dari kisahnya melibatkan kebencian dan kecemburuan. Pernahkah kau mendengar tentang ‘Sayap Icarus’ ? Berikut ringkasan sederhana dari itu : Dahulu kala, di Yunani kuno, hiduplah seorang penemu besar bernama Daedalus. Daedalus diperintahkan oleh Raja Minos untuk membangun labirin yang besar untuk memenjarakan Minotaur raksasa yang mengerikan. Namun, Raja Minos segera meninggalkan Daedalus, menahan penemunya di menara bersama putranya, Icarus.

Untuk melarikan diri dari penjara mereka, Daedalus mengumpulkan bulu-bulu burung untuk membuat sepasang sayap besar. Dia menjahit bulu-bulu yang lebih besar dengan benang, dan menempelkan bulu-bulu yang lebih kecil dengan lilin. Begitu sayap itu selesai dan saatnya tiba untuk terbang menuju kebebasan, Daedalus memberi peringatan pada Icarus.

Dia berkata, _“_Jika kau terbang terlalu tinggi, matahari akan melelehkan lilin yang menyatukan sayapnya. Berhati-hatilah. ” Sambil mengingat peringatan itu, Icarus melompat dari menara bersama ayahnya. Bersama-sama, mereka mendapatkan kebebasan mereka. Tetapi kebebasan bisa menjadi hal yang berbahaya, dan bisa membuat seseorang kehilangan pandangan terhadap dirinya sendiri. Dengan kebebasan tanpa batas di hadapannya, Icarus mulai terbawa suasana. Mungkin itu tak terelakkan setelah dirinya terbebas dari pengekangan yang menyakitkan dipenjara itu.

Icarus, yang bahagia, melupakan peringatan ayahnya dan terbang semakin tinggi. Matahari membakar sayap malaikat palsu yang dibuat ayahnya, dan dalam sekejap mata, lilin itu meleleh. Akhirnya, sayap palsu itu benar-benar habis terbakar. Icarus jatuh ke laut dan mati. Apakah Icarus seorang pemuda pemberani yang melompat ke langit untuk mendapatkan kebebasannya? Atau apakah dia hanyalah orang bodoh dan sombong yang melebih-lebihkan kemampuannya dan percaya bahwa dia bisa mencapai matahari? Mungkin tidak ada yang tahu jawabannya selain ayahnya, Daedalus.

Untuk beberapa alasan, aku memikirkan sayap Icarus ketika sedang berdiri di depan seorang anak laki-laki. Mengingat apa yang telah terjadi beberapa bulan terakhir ini, aku dapat mengatakan bahwa aku membuat perbandingan hanya karena dia mirip dengan Icarus. Tetapi aku segera menyadari bahwa keduanya itu pada dasarnya berbeda satu sama lain. Anak ini tidak memiliki keberanian maupun kesombongan seperti Icarus.

Aku tidak dapat berpikir lagi. Aku tidak punya pilihan selain melakukannya.

Karena tidak memiliki sarana untuk menghadapinya, aku tidak punya pilihan selain menimbulkan kemarahan dari anak ini. Aku tidak punya pilihan selain bersikap tenang, mengalihkan amarah anak laki-laki ini kepadaku. Aku tidak dapat mengembalikan dadu yang sudah dilemparkan ke posisi semula, karena pertaruhan sudah dimulai.