Youjitsu 1st Year Volume 1

PROLOG - STRUKTUR MASYARAKAT JEPANG

- 2 min read - 410 words -
Enable Dark Mode!

STRUKTUR MASYARAKAT JEPANG

Mungkin ini agak mendadak, tapi, tolong dengarkan dengan serius apa yang akan kutanyakan dan pikirkanlah jawabanmu dengan baik-baik.

Pertanyaan : Apakah manusia setara atau tidak?

Akhir-akhir ini, orang-orang suka bicara tentang kesetaraan. Kata orang, laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama, dan menyuarakan pada masyarakat untuk segera menyingkirkan ketidaksetaraan. Mereka menginginkan tingkat pekerjaan yang tinggi untuk wanita, mobil pribadi untuk semua orang, dan mereka bahkan sampai menyalahkan urutan absen kelas. Orang-orang juga menyuarakan kesetaraan untuk paradisabilitas, dan saat ini masyarakat didorong untuk berhenti menggunakan istilah ‘orang cacat.’ Serta anak-anak mulai diajari bahwa semua orang itu setara.

Apa itu memang benar? Aku ingin tahu. Laki-laki dan perempuan memiliki peran berbeda karena mereka memiliki kemampuan yang berbeda. Orang-orang dengan disabilitas tetaplah cacat, tidak peduli bagaimana masyarakat memanggil kaum disabilitas. Tidak peduli bagaimana kau mencoba mengalihkan pandanganmu, makna kata itu tidak berubah.

Dengan kata lain, jawabannya adalah tidak. Semua orang adalah makhluk yang tidak setara; intinya tidak ada yang benar-benar ‘setara’.

Orang bijak pernah berkata tuhan tidak menciptakan setiap manusia diatas atau dibawah satu sama lain. Tapi itu bukan berarti semua orang setara. Apakah kau tahu bagian tersebut tidak hanya berakhir disitu? Sisanya begini. Setiap orang setara saat lahir, tapi biarkan aku bertanya, kenapa ada perbedaan diantara pekerjaan dan status pada setiap orang? Itu tertulis di paruh kedua bagian tersebut. Apakah perbedaannya karena orang itu berjuang dengan pendidikan mereka ataukah karena orang itu tidak berusaha cukup keras? Perbedaannya tercipta disana. Yang dikenal sebagai ‘ilmu pengetahuan’.

Cara pembelajarannya tidak berubah sama sekali, bahkan di zaman modern ditahun 2015 ini. Akan tetapi, situasinya semakin rumit dan menjadi lebih kompleks.

Bagaimanapun, manusia adalah makhluk yang mampu berpikir.

Aku tidak berpikir orang-orang boleh hidup menggunakan insting hanya karena beberapa hal yang berbeda. Dengan kata lain, kata-kata kesetaraan dipenuhi dengan kebohongan dan dusta, tapi ketidaksetaraan juga tidak bisa diterima. Aku mencoba menemukan jawaban untuk masalah abadi yang terus dihadapi umat manusia.

Hey kau, orang yang sedang memegang buku ini dan membacanya sekarang. Pernahkah memikirkan masa depan dengan serius ?

Apakah kau pernah membayangkan apa artinya pergi ke SMA, begitu juga kuliah ? Apakah kau pernah merasa ragu bahwa suatu hari nanti kau bisa mendapatkan pekerjaan? Aku merasa seperti itu. Ketika aku menyelesaikan pendidikan wajib dan masuk ke SMA, aku tidak menyadari apapun. Aku hanya merasa senang karena terbebas dari ‘Tugas’ ku. Aku tidak menyadarinya, pada saat itu, hidupku dan masa depanku semakin berkembang. Aku bahkan tidak mengerti apa maksudnya belajar bahasa jepang dan matematika di sekolah.