Youjitsu 2st Year Volume 2

[Revisi]Bab 5: Undangan

- 29 min read - 5974 words -
Enable Dark Mode!

BAB 5 : UNDANGAN

Pertempuran kecil pada tahap awal ujian khusus di pulau tak berpenghuni terjadi di berbagai tempat. Dan itu pun akan segera berakhir. Pembentukan kelompok kecil hanya tersisa satu minggu lagi. Saat ini, lebih dari 90% siswa telah membentuk kelompok kecil beranggotakan 2 orang atau lebih. Ishizaki, Matsushita dan siswa lain yang mencoba mengundangku, telah menyerah karena waktu hampir habis. Itu wajar, karena semakin lama kau membentuk kelompok, maka akan semakin berbahaya situasimu.

10% siswa yang tersisa, aku ingin tahu keputusan apa yang akan mereka ambil pada hari Jum’at depan. Saat aku sedang memikirkan hal itu, aku menerima sebuah pesan. ‘Saat ini baru jam setengah 9 pagi lebih sedikit’, pengirim pesan itu adalah Ishizaki dari Kelas 2-B.

(Tl note : ‘ Sabtu pagi)

Akhir-akhir ini, aku sering berinteraksi dengannya, tapi isi pesannya kali ini berbeda dari yang biasa. Isi pesannya adalah Ryuuen memintaku untuk datang ke kafe. Kata-kata dalam pesan itu tidak terlihat seperti permintaan, malahan seperti memaksaku untuk datang. Tentu saja aku bisa menolak, tapi kalau begitu Ishizaki akan jadi orang yang disalahkan.

Hari ini aku punya rencana untuk bertemu dengan anggota grup Ayanokouji, tapi untungnya waktu pertemuan kami jam satu siang, jadi undangan Ryuuen ini tidak akan mempengaruhinya.

Aku pun bersiap-siap, setelah 15 menit, aku pergi menuju Keyaki Mall.

15 menit sudah cukup untuk sampai di sana tepat waktu. Saat pembentukan kelompok kecil hampir berakhir, Ryuuen yang sejauh ini tetap diam, akhirnya mulai bergerak.

Sampai sekarang, Ryuuen belum membentuk kelompok dengan siapapun. Mungkin saja dia akan mengundangku, tapi aku rasa tidak begitu. Mengikuti alur ini, aku sedikit tertarik dengan apa yang akan dia katakan padaku.

Dalam perjalanan menuju Keyaki Mall, aku bertemu dengan Kanzaki, sepertinya dia baru saja dari toserba. Dua botol minuman berukuran 2 liter terlihat di kantong plastiknya.

“Kau mau pergi ke Keyaki Mall di saat seperti ini?”

“Sejak ujian di pulau tak berpenghuni diumumkan, aku tidak punya waktu untuk bersantai.”

Aku meladeninya karena ada waktu luang.

“Sebagian besar siswa Kelas D telah membentuk kelompok, tapi kau sepertinya masih sendiri?”

“Beda dengan siswa lain, aku tidak punya banyak teman.”

Aku bermaksud untuk melakukan percakapan sederhana dengan sedikit candaan, tapi wajah Kanzaki tetap serius.

“Kau dan Horikita akan menjadi anggota cadangan yang mengisi kekurangan kelompok Kelas D, kan? Siswa yang berbakat dapat memberikan hasil yang bagus tidak peduli di kelompok manapun mereka berada.”

Belum lama ini, kesan Kanzaki tentang diriku telah meningkat, dia juga menjadi lebih waspada terhadapku. Itulah sebabnya dia berkata begitu.

“Setidaknya, kau yang sekarang ini masih sendiri, juga bisa memainkan peran itu Kanzaki.”

Kanzaki dari Kelas C juga sama sepertiku, dia belum membentuk kelompok dengan siapapun.

“Ayanokouji.. sepertinya Ichinose sangat mempercayaimu, tapi.. apakah kau benar-benar bisa dipercaya?”

“Jika aku berkata ‘bisa’, apa kau akan percaya padaku, Kanzaki?”

“Setidaknya aku akan mempertimbangkannya.”

Suhu terasa semakin dingin dan tetesan air muncul di botol minumannya.

Suhu pada saat pertengahan musim panas, yang bisa melebihi 30 derajat, tanpa ampun menyerang kami.

“Meskipun kita sudah tidak beraliansi, aku tidak menganggap Ichinose sebagai musuh.”

Aku mengatakan itu pada Kanzaki, tanpa berbohong sedikitpun.

“Pernyataanmu itu bisa diartikan lebih dari satu. Apa kau ingin mengatakan bahwa kau tidak menganggap Kelas C sebagai musuh?”

Kupikir aku bisa mengelabuinya dengan berkata begitu, tapi kewaspadaan Kanzaki tampaknya lebih tinggi dari yang kuperkirakan.

“Kanzaki, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?”

Dia terlihat sedikit berbeda dari biasanya, aku merasa dia ingin aku melakukan sesuatu.

Jika melihat arah pembicaraan kami, aku bisa menebak sedikit tujuannya.

“Apa kau mencoba menyampaikan sesuatu padaku dan membiarkan Ichinose mendengarnya?”

“Kau… Ichinose… tidak, kau orang yang lebih tajam dari yang kami perkirakan. Sejak pertama kali bertemu denganmu, aku merasa ada yang aneh, tapi aku tidak tahu apa itu. Tapi sekarang, akhirnya aku mengerti. Kaulah penyebab Kelas D mengalami kemajuan pesat.”

“Entahlah. Aku tidak tahu.”

“Kalau begitu, aku akan meminta bantuanmu. Ichinose sangat mempercayaimu. Itu sebabnya aku ingin kau mengatakan pada Ichinose bahwa tindakannya yang sekarang ini tidaklah baik.”

Ketika dia mendekatiku. setetes air dari kantong plastik jatuh ke tanah.

“Jadi, kau ingin menggunakan kata-kata itu untuk mengubah pemikiran Ichinose?”

“Benar.”

“Maaf, tapi aku tidak bisa membantumu. Aku ingin melihat Ichinose menangani masalahnya dengan caranya sendiri.”

“Itu berarti kau ingin melihat kami (musuhmu) terjatuh?”

“Pemikiranmu itu tidak salah, tapi…”

Aku berpikir sejenak.

Saat ini, tidak ada seorangpun yang bisa menebak nasib Ichinose. Namun, kalau sekarang dia jatuh ke titik terendah, musim gugur berikutnya pasti akan menjadi yang terakhir…

Apakah aku harus memberitahu pemikiranku ini pada Kanzaki? Untuk sesaat, aku merasa bimbang. Namun, aku segera melenyapkannya. Melakukan hal ekstra diluar perhitunganku tidak akan membuat keadaan jadi membaik.

Sebaliknya, itu akan memperburuk keadaan.

“Pada dasarnya, siswa harus mengurusi kelasnya masing-masing. Benar, kan?”

“… Ya, kau benar. Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan.”

Kanzaki membungkuk padaku, seolah menyesalinya tindakannya.

“Aku akan temukan solusinya sendiri. Tapi kalau ada cara yang lebih mudah untuk memperbaiki keadaan, aku akan melakukannya.”

Setelah mengatakan itu, Kanzaki berjalan menuju asrama.

Dia mungkin putus asa karena kehabisan pilihan. Tapi, seperti yang dia katakan, bahkan tikus yang terpojok pun juga bisa menggigit seekor kucing.

Pada ujian khusus berikutnya, kemungkinan besar Kanzaki akan berdiri di hadapan kami sebagai lawan yang tangguh.

Bagian 1

Aku tiba di kafe Keyaki Mall sedikit lebih awal dari waktu yang ditentukan. Ketika aku sedang membayar minumanku, aku bertemu dengan dua siswa laki-laki yang jarang bersama.

Salah satunya adalah Ryuuen, orang yang memanggilku, dan satunya lagi―

“Kau bilang ada satu orang lagi yang akan datang. Apa itu Ayanokouji?”

Katsuragi Kohei dari Kelas 2-A, melihatku dengan wajah yang kaku.

Aku tidak akan mengatakan mereka seperti air dan minyak, tapi kedua orang ini jelas tidak memiliki hubungan yang baik.

“Sebenarnya pertemuan macam apa ini?”

“Apa kau ingin bicara sambil berdiri? Duduklah.”

Senyuman Ryuuen terlihat aneh, tapi aku menuruti kata-katanya dan duduk di kursi kosong.

Suasananya juga terasa aneh, aku belum pernah mengalami yang seperti ini sebelumnya.

“Aku merasa kau memiliki aura yang berbeda dari siswa biasa, tapi tak kusangka bakat yang kau sembunyikan lebih dari perkiraanku, Ayanokouji. Bisa mendapatkan nilai sempurna dalam ujian itu…”

Katsuragi yang tidak pernah berbicara denganku sejak awal tahun kedua, tiba-tiba langsung membahas topik itu.

“Kuku, jangan terlalu mempermasalahkan masa lalu, Katsuragi.”

“Masa lalu? Kau harusnya waspada ketika musuh yang tangguh muncul secara tiba-tiba. Apa kau menjadi sombong setelah mengalahkan Ichinose dan naik ke Kelas B?”

“Persetan dengan itu. Itu karena kesalahan Ichinose sendiri, dia bahkan tidak pantas untuk diperhitungkan.”

Ternyata kedua orang ini memang tidak dapat bersama, dalam waktu singkat mereka membuat suasana menjadi suram.

“… Jadi, apa alasanmu memanggilku?”

Hanya dengan satu kalimat itu, aku bisa tahu kalau Ryuuen lah yang mengadakan pertemuan ini

Kemudian aku dan Katsuragi menunggu Ryuuen berbicara.

“Mengapa kau begitu buru-buru? Santai sedikit.”

“Bagaimana mungkin aku bisa santai. Aku akan mendapat masalah jika orang-orang melihatku bersamamu.”

Tak heran jika Katsuragi mendesak Ryuuen untuk langsung membicarakan topik utama, dia khawatir dengan perhatian orang-orang di sekeliling kami.

Meskipun ini hari libur, ada banyak siswa yang berkeliaran di sekitar kami.

Teman sekelasku mungkin akan terkejut melihatku berkumpul dengan dua orang ini.

“Pada ujian khusus berikutnya, apakah Kelas A bertujuan untuk peringkat pertama?”

“Apa maksudmu? Aku yakin semua siswa memiliki tujuan itu.”

“Lalu, apa kalian mengincar poin untuk kelas kalian sendiri? Atau kalian punya rencana lain? Aku telah memeriksa susunan kelompok di OAA, kalian membentuk kelompok dengan Kelas C dan Kelas D, tapi hanya Kitou yang masih sendiri. Selain itu, Ichinose dan Shibata berada dalam satu kelompok dengan Sakayanagi. Apa kalian beraliansi?”

Aku juga kepikiran dengan hal itu. Selain tiga orang yang di sebutkan Ryuuen tadi, Hashimoto dan Kamuro dari Kelas A membentuk kelompok dengan Ninomiya, salah satu siswa terbaik di Kelas C. Selain itu, kartu spesial [More People] yang dimiliki oleh Asakura, kini berada di tangan Hashimoto. Tidak mungkin ini cuma kebetulan.

“Kau bebas mengartikannya sesukamu, tapi aku tidak akan mengkonfirmasi apapun.”

“Aku bukan sedang melakukan penawaran di sini. Aku butuh jawaban yang pasti.”

“Kalau begitu, aku akan memberikan jawaban yang mudah dimengerti. Aku tidak akan memberitahumu apa-apa.”

(Tl note : di sini Katsuragi pakai kata-kata kasar ‘kisama’ kepada Ryuuen)

Katsuragi menegaskannya.

Meskipun Katsuragi dan Sakayanagi memiliki perselisihan internal, dia tidak akan membocorkan rencana kelas mereka kepada musuh seperti Ryuuen, yang berasal dari kelas lain.

“Kau dapat mengetahui bagaimana Sakayanagi akan bertarung begitu ujian dimulai. Tidak akan ada yang tahu sampai dia sendiri yang mengatakannya. Kalau kau benar-benar ingin tahu, tanyakan saja langsung padanya.”

“Kau tidak tahu apa-apa karena dia tidak mempercayaimu, kan?”

“Entahlah, mungkin begitu.”

Seperti yang Ryuuen katakan, Katsuragi belum tentu mengetahui semua informasi Kelas A. Dia satu-satunya siswa Kelas A yang tidak berpihak kepada Sakayanagi. Itu adalah fakta yang tidak perlu dijelaskan lagi.

Bagaimanapun, topik ini hanya sekedar pembukaan.

“Sangat menyedihkan, Katsuragi. Tahun lalu, aku menganggapmu sebagai lawan yang layak. Tapi sekarang tidak ada jejakmu yang tersisa. Keberadaanmu saat ini sama seperti para keroco. Apakah ini akhir dari pecundang yang kalah dalam perang faksi?”

“Bukankah kau juga pernah dikalahkan oleh Ishizaki?”

Katsuragi membalas provokasi tersebut dengan provokasi yang sama. Ryuuen pun tertawa mendengarnya.

“Apa kau tidak mau merangkak ke atas? Totsuka yang menjadi penghalangmu itu sudah tidak ada, bukan?”

Katsuragi tiba-tiba menghantamkan tangan kanannya ke atas meja. Yahiko, nama orang yang mengaguminya di sebutkan di sini, Katsuragi yang sebelumnya bersikap tenang, mulai menunjukkan amarahnya.

“Jika kau berniat memancing emosiku, kau sudah berhasil, Ryuuen. Apa kau puas sekarang?”

“Jadi kau masih emosi karena itu ya? Aku merasa sedikit lega.”

Ryuuen menepuk tangannya sebanyak tiga kali, lalu dia melanjutkan pembicaraan dengan Katsuragi.

“Bukankah situasinya akan menarik jika kita berhasil mengeluarkan Sakayanagi pada ujian khusus berikutnya?”

“… Apa!?”

“Jika wanita itu tidak ada, Kelas A akan kehilangan pemimpin. Dengan begitu, kau bisa kembali ke posisimu lagi.”

“Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi itu mustahil. Bahkan jika kau menjebaknya di pulau tak berpenghuni, dia bisa menghindari hukumannya karena dia memiliki banyak poin pribadi. Selain itu, dia juga memiliki poin perlindungan.”

Sulit untuk mengeluarkan Sakayanagi, yang memiliki poin pribadi dan poin perlindungan.

“Memang benar, jika ingin mengeluarkannya dari sekolah, kita harus menyerangnya dua kali. Yah, mengeluarkannya pada ujian khusus berikutnya hanyalah lelucon. Ujian khusus di pulau tak berpenghuni bukanlah ajang untuk menjatuhkan musuh, melainkan untuk memanjat ke atas.”

Sedikit demi sedikit, aku bisa mengetahui bahwa topik utama yang akan dikatakan Ryuuen di pertemuan ini semakin mendekat.

“Hadiah dari peringkat 1 sampai peringkat 3 cukup untuk mengurangi jarak dengan Kelas A, tapi aturannya sedikit merepotkan. Karena itu, aku butuh waktu untuk melakukan persiapan sebelumnya.”

“Jadi itu alasanmu memanggilku dan Ayanokouji?”

“Ya, begitulah.”

Apapun strategi Ryuuen, aku tidak berpikir Katsuragi akan menyetujuinya dengan mudah. Katsuragi tidak beranggapan baik terhadap Sakayanagi, tapi kalau dia mengubah gadis itu menjadi musuh, itu sama saja seperti menyerang kelasnya sendiri. Melakukannya pada awal masuk sekolah dulu tidaklah masalah, tapi kalau sekarang hanya akan berdampak negatif.

“Meski begitu, Ichinose benar-benar mau bekerja sama dengan wanita itu. Apakah dia telah dikelabui? atau dia menerimanya karena menyadari bahwa dirinya kurang kompeten? Tidakkah kau berpikir begitu?”

“Entahlah. Jika Sakayanagi mendengar perkataanmu itu, dia akan mengembalikan kata-kata itu padamu. Kurasa, tidak banyak orang yang mau bekerja sama denganmu. Lagipula kau adalah orang yang bermasalah.”

Alih-alih mengkhianati Sakayanagi, jawaban Katsuragi terdengar seperti membela Sakayanagi.

“Kalau begitu, kita bertiga sama-sama anak yang bermasalah.”

Kami bertiga belum membentuk kelompok dengan siapapun dan masih solo.

Tapi, kenapa Ryuuen sampai repot-repot menghasut Katsuragi? Jika melihat arus pembicaraan sejauh ini, dia harusnya sudah tahu kalau Katsuragi tidak akan mudah berkhianat, tidak peduli sekeras apapun dia menghasutnya.

Atau mungkin… dia ingin memastikan apakah Katsuragi akan mengkhianati Sakayanagi atau tidak?

“Boleh juga kau, Katsuragi. Sikap jujurmu yang menjengkelkan itu tidaklah buruk.”

“Tidak ada gunanya menyanjungku, Ryuuen.”

Akhirnya Ryuuen memutuskan untuk membahas topik utama, dia meluruskan badannya.

“Salah satu hal yang penting dalam ujian khusus ini adalah.. tidak membiarkan kelas dua kehilangan poin kelas, karena aku tidak ingin memberikan poinku kepada kelas satu atau kelas tiga. Untuk itu, setidaknya kita harus memiliki sekutu, karena kita tidak akan bisa menang jika hanya mengandalkan kelas masing-masing.”

Ryuuen mengusulkan kerja sama pada saat pembentukan kelompok kecil akan berakhir.

“Aku pikir lebih baik aku bertarung sendiri daripada membentuk kelompok dengan keroco-keroco dari Kelas B, tapi ceritanya akan berbeda jika aku dapat menarik kekuatan selain itu.”

Ryuuen menatap Katsuragi dengan senyuman yang terlihat seperti iblis.

“Mungkinkah.. kau ingin bekerja sama denganku?”

“Bukan hanya kau saja. Tapi juga Ayanokouji, yang hanya diam mendengarkan kita berbicara.”

Ryuuen mengalihkan pandangannya ke arahku.

“… Aku juga?”

“Kalau tidak, mengapa aku harus memanggilmu kemari.”

Aku berpikir kemungkinannya cukup kecil, tapi tak kusangka dia benar-benar meminta kerja samaku.

“Aku menolak. Meskipun Kelas A juga akan menerima keuntungan, aku tidak berniat bekerja sama dengan orang sepertimu.”

“Kau terlalu cepat mengambil keputusan. Seharusnya kau dengar dulu perkataanku sampai selesai.”

“Tidak perlu. Tapi―kenapa kau juga memanggil Ayanokouji? Aku ingin tahu alasannya.”

“Kenapa, katamu?”

“Aku terkejut Ayanokouji mendapat nilai sempurna dalam ujian khusus di bidang matematika pada bulan April lalu. Kuakui dia memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi, dapatkah kau mengatakan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk dipilih demi meraih kemenangan?”

Meskipun Katsuragi menolak tawaran kerja sama, dia kelihatannya tidak puas dengan strategi Ryuuen.

Dia tidak dapat menerima kalau aku termasuk dalam strategi yang dibuat Ryuuen.

“Apa menurutmu strategiku ini kurang matang?”

“Benar. Jika mengikutsertakan Ayanokouji, hadiah poin kelas yang diterima akan dibagi menjadi sepertiga. Jika kau ingin bekerja sama denganku, yang berasal dari

Kelas A, bukankah lebih baik kau memasukkan Kitou ke dalam kelompok? Jika memang butuh tiga kelas, Kanzaki dari Kelas C masih solo. Setidaknya Kanzaki lebih diprioritaskan dari Ayanokouji.”

Katsuragi merekomendasikan kandidat yang tepat menurutnya, seolah-olah dia sudah berkelompok dengan Ryuuen.

“Tak heran kalau kau tak mengerti karena kau tidak tahu apa-apa, tapi aku sudah membuat pilihan yang tepat. Bukan begitu, Ayanokouji?”

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.”

Aku menjawab seperti itu dan menaikkan bahuku, seolah tidak mengerti kenapa aku dipanggil kemari bersama Katsuragi.

“Hentikan aktingmu yang buruk itu. Kau lah orang yang mengalahkanku dan membungkamku.”

Ryuuen berkata begitu tanpa mempertimbangkan pendapatku.

Itu bisa saja dianggap sebagai lelucon, tapi dalam situasi ini, Katsuragi tidak akan langsung mengambil keputusan.

“Membungkammu? … Apakah itu benar?”

Dia melihatku dan Ryuuen secara bergantian untuk memastikan kebenarannya.

“Benar, aku di hajar habis-habisan oleh Ayanokouji. Gara-gara itu aku hampir memutuskan untuk keluar dari sekolah.”

Setelah mendengarkan sejauh ini, Katsuragi mulai menghubungkan bagian-bagian tersebut.

Jika menggabungkannya dengan fakta dimana Ryuuen meninggalkan panggung depan untuk sementara waktu, akan mudah bagi Katsuragi untuk membayangkannya.

“Akui saja, Ayanokouji. Bahkan jika kau menyembunyikannya dari Katsuragi, aku akan tetap membicarakannya, kau tahu?”

Ancamannya ini sungguh tidak berarti.

“Meskipun aku mengakuinya, apa kau pikir aku akan bekerja sama denganmu?”

“Yah, sama seperti Katsuragi, itu tidak akan mudah.”

Katsuragi yang mendengarkan pembicaraan kami, menghela nafasnya.

“Ternyata aku memang tidak bisa menerimanya. Aku tidak percaya kalau Ayanokouji yang mengalahkanmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, meskipun kita membangun kerja sama antar tiga kelas dan mendapatkan peringkat pertama, kita hanya akan menerima 100 poin kelas. Kau tidak akan bisa menutup jarak dengan Kelas A.”

Katsuragi sangat meragukan signifikasi keberadaan kelompok ini.

“Ok, ok, lupakan itu. Kau memenuhi syarat sebagai penasihat.”

Ryuuen menyeringai dan mengalihkan pandangannya ke arah Katsuragi sambil berkata begitu.

Bahkan dalam situasi ini, Ryuuen tetap mempertahankan sikapnya yang sombong.

“Jadi begitu… mengusulkan kerja sama yang tidak efisien, dan mengatakan omong kosong seperti Ayanokouji yang mengalahkanmu, ternyata dari awal kau tidak niat melakukan negosiasi yang serius.”

Katsuragi bangkit dari kursinya dan bersiap untuk pergi, mungkin dia mengira Ryuuen sekedar bermain-main.

“Negosiasi yang serius? Sejak awal kau sudah tahu kalau itu tidak mungkin, kan? Tapi kau tetap datang ke sini. Apakah kau diminta Kelas A untuk jadi mata-mata?”

Katsuragi menyetujui undangan Ryuuen yang seharusnya bisa dia abaikan.

Sepertinya memang ada alasan di balik itu.

“Kau sudah terjatuh, tapi kau sedang mencari kesempatan untuk naik kembali, bukan?”

Totsuka Yahiko yang mengagumi Katsuragi, dikeluarkan dari sekolah karena Sakayanagi.

Dan sekarang, Ryuuen sedang mencari tahu apakah Katsuragi telah memaafkan Sakayanagi atau belum.

“Itu tidak ada hubungannya denganmu.”

“Kau sudah jauh-jauh datang kemari. Setidaknya dengarkan aku sampai selesai.”

“Apapun yang kau katakan, aku tidak akan menerima tawaranmu. Memang benar, aku memiliki hubungan yang buruk dengan Sakayanagi. Tapi, aku tidak mau menyebabkan masalah pada teman sekelasku. Karena itu aku tidak mau bekerja sama denganmu.”

Mendengar kata-kata Katsuragi, Ryuuen bertepuk tangan dengan wajah gembira.

Kelihatannya dia sudah menunggu Katsuragi berkata begitu.

“Tidak mau menyebabkan masalah pada teman sekelasmu? Sejak ujian khusus di pulau tak berpenghuni tahun lalu, kalian siswa Kelas A telah memberiku poin pribadi setiap bulan karena kontrak yang kita buat. Apa kau sudah lupa itu?”

Katsuragi yang telah berdiri, mengalihkan pandangannya ke arah Ryuuen.

“Itu adalah kontrak yang setara. Kau memberi kami 200 poin kelas, dan sebagai gantinya Kelas A memberimu poin pribadi. Tindakanku itu hanya untuk mengarahkan Kelas A ke jalan yang lebih baik.”

“Memang benar, jika hanya melihat angkanya saja. Tapi, bagaimana dengan kerusakan mental yang di derita siswa Kelas A setiap bulannya? Apa kalian tidak keberatan memberiku poin pribadi dalam jangka waktu yang lama?”

Manusia adalah makhluk yang rakus. Meskipun awalnya mereka setuju dengan perjanjian, mereka masih tidak akan puas. Setiap bulan, Ryuuen akan terus mengeksploitasi 20.000 yen dari setiap siswa Kelas A. Meskipun Kelas A telah kehilangan satu siswa, Ryuuen masih menerima 780.000 poin pribadi. Dalam satu tahun, dia akan mendapatkan 9,36 juta poin pribadi. Tidak masalah jika penerimanya adalah sekutu, tapi memberikan poin pribadi kepada ancaman terbesar akan membuat mereka merasa tidak puas. Apalagi yang membuat kontrak itu bukan pemimpin mereka, Sakayanagi, melainkan Katsuragi, yang kini telah surut ke dalam bayang-bayang.

“Kau merasa tidak puas kan, Katsuragi? Tapi sayangnya kau sudah kalah dan tidak bisa membalas dendam.”

“Jadi… Memangnya kenapa!?”

Katsuragi yang mengungkapkan amarahnya sekali lagi, melihat Ryuuen dengan tatapan tajam.

Menerima tatapan itu, Ryuuen terlihat sudah yakin akan sesuatu, dia pun berkata…

“Datanglah ke Kelas B, Katsuragi.”

Undangan yang terlalu berani datang dari Ryuuen.

Untuk sesaat, Katsuragi melupakan amarahnya karena mendengar undangan yang mendadak dari Ryuuen.

“Sungguh konyol. Memintaku masuk ke Kelas B?”

“Tentu saja, aku akan memberimu poin untuk itu.”

“Bahkan jika kau memiliki poin yang diperlukan, mengapa aku harus masuk Kelas B? Apa kau pikir aku mau meninggalkan Kelas A?”

“Tak lama lagi aku akan mengalahkan Sakayanagi, kemudian menjatuhkan Kelas A. Dengan kata lain, tidak ada gunanya menetap di Kelas A, kan?”

Tanpa pemimpin mereka, Sakayanagi, Kelas A akan kesulitan bertarung di garis depan.

“Berapa banyak yang kau miliki sekarang?”

“Sekitar… 1,8 juta poin.”

“Wah, kau ternyata menyimpan cukup banyak uang. Meski sudah membusuk, kau masihlah siswa Kelas A.”

Memang benar, itu masih jauh dari 20 juta poin. Bahkan jika menggabungkan poin yang diterima dari sekolah dan poin yang dikumpulkan dari Kelas A, poin pribadi Ryuuen hanya akan bertambah sedikit demi sedikit, yaitu sebesar 800.000 poin pribadi setiap bulan. Akan sulit baginya untuk mengatakan bahwa sekarang dia memegang 10 juta poin pribadi.

Mengetahui tawarannya akan ditolak, Ryuuen mengeluarkan selembar kertas dan meletakkannya di atas meja.

“Kau ingat dengan ini, kan? Ini adalah kontrak yang kita tanda tangani tahun lalu.”

“… Ya.”

“Aku bernegosiasi dengan Sakayanagi dan memutuskan untuk melepas kontrak ini dengan 5 juta poin pribadi.”

Itu jumlah poin yang sangat banyak, tapi jika menghitung total poin yang harus dibayar Kelas A hingga lulus nanti, Ryuuen akan menerima sekitar 10 juta poin. Selain itu, jika menyetujui kesepakatan tersebut, beban mental siswa Kelas A yang terus menerus memberikan poin pribadi mereka kepada Ryuuen akan hilang. Di lihat dari mana pun, itu adalah kesepakatan yang buruk untuk Ryuuen.

Jika mengganti kontrak itu dengan pembayaran sekaligus meskipun setengah dari jumlah aslinya, Sakayanagi dapat memprediksi apa yang akan dilakukan Ryuuen dengan poin tersebut. Kalau dalam ujian ini, tentunya untuk membentuk kelompok terbaik atau mendapatkan kartu spesial.

Meskipun sudah mengetahui resikonya, Sakayanagi menerima kesepakatan yang menguntungkan itu.

Tapi kalau aku jadi Sakayanagi, aku juga akan menyetujui tawaran Ryuuen.

“Apa kau bilang kepadanya bahwa kau akan menggunakan poin itu untuk menarikku keluar dari Kelas A?”

“Apa menurutmu Sakayanagi tidak akan menerima tawaranku jika aku berkata begitu?”

“… Tidak, Sakayanagi pasti akan menerimanya.”

Katsuragi mengakui bahwa Sakayanagi akan menerima tawaran yang menguntungkan untuk kelas.

“Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, Katsuragi.”

Ryuuen membatalkan kontrak yang dia buat dengan Katsuragi dan menghabiskan uang untuk menarik Katsuragi.

Dengan kata lain, dia akan mengeluarkan poin pribadi kurang lebih 20 juta untuk siswa yang bernama Katsuragi Kohei.

Dan itu akan memungkinkan Katsuragi untuk melawan Sakayanagi secara langsung.

“Kenapa… kau berbuat sejauh itu demi orang sepertiku?”

“Kuku, tak kusangka kau terlalu merendahkan dirimu sendiri. Memang benar, ini bukan pembelian yang murah.”

Pada akhirnya, satu-satunya hal yang ingin dilakukan Ryuuen adalah mengalahkan Kelas A. Bahkan jika Sakayanagi dikalahkan dan dikeluarkan dari sekolah, bukan hal yang bagus baginya jika Katsuragi masih berada di sana. Seandainya Katsuragi yang memprioritaskan pertahanan kembali menjadi pemimpin, Kelas A pasti akan menjadi benteng yang kokoh.

Namun, jika lebih dulu mengeluarkan Katsuragi terlebih dan kemudian mengalahkan Sakayanagi, Kelas A akan langsung runtuh.

Itu sebabnya Ryuuen mau mengeluarkan uang sebanyak itu.

Selain itu, Katsuragi memiliki kemampuan individu yang tinggi. Menurut evaluasi OAA, Katsuragi akan menjadi salah satu siswa terbaik di Kelas B.

“5 juta dari pembatalan kontrak yang kumiliki saat ini. Aku juga mengumpulkan seluruh uang di kelas untuk menutupi kekurangannya. Kami menjalani hidup sebagai orang miskin demi membawamu ke Kelas B.”

Dari bulan Mei hingga akhir Juli, 39 orang dapat mengumpulkan sekitar 6,5 juta poin pribadi. Sisanya amengumpulkan sekitar 200.000 poin pribadi dari setiap siswa. Memang Kelas B akan kekurangan dana untuk sementara waktu, tapi ini bukanlah

transaksi yang buruk jika mereka bisa mendapatkan siswa berbakat. Ryuuen mengeluarkan selembar kontrak lain yang telah dia persiapkan sebelumnya. Di situ tertulis, penggunaan 20 juta poin yang diberikan Ryuuen, serta pengaturan untuk transfer Katsuragi ke Kelas B.

(Tl note : Kelas B ngumpulin poin pribadi selama 3 bulan, Ryuuen malak poin pribadi 200.000 per siswa di kelasnya, kontrak dengan Kelas A dilepas seharga 5 juta poin pribadi, Katsuragi punya 1,8 juta poin pribadi.. perhitungan sederhananya.. 7,8 jt + 6,5 jt + 5 jt + 1,8 jt = 21,1 jt … poin yang cukup untuk pindah kelas)

“Nah, sisanya tinggal tanda tanganmu. Ada beberapa syarat untuk pindah kelas dengan 20 juta poin. Kau tidak boleh memaksa seseorang untuk pindah kelas. Pada akhirnya harus melalui persetujuan orang tersebut, kemana dia akan pindah dengan menggunakan 20 juta poin.”

Kontrak tersebut dibuat untuk mencegah Katsuragi menggunakan uang itu untuk tujuan lain.

Yah, jika Katsuragi menggunakan uang sebanyak itu untuk keinginannya sendiri, dia akan dicap sebagai penipu oleh seluruh siswa di sekolah ini.

Dengan kata lain, tujuan kontrak ini bukan untuk mencegah Katsuragi melakukan penipuan.

Sebaliknya, kontrak ini untuk mencegah Katsuragi berubah pikiran nantinya.

“Sepertinya kau serius.”

“Bersyukurlah, Katsuragi. Aku termotivasi mengundangmu karena sampai hari ini kau masih solo.”

Maksud perkataan Ryuuen adalah.. jika Katsuragi telah membentuk kelompok dengan seseorang, hal ini tidak akan terjadi.

“Ini adalah takdirmu. Terimalah.”

Setelah diam beberapa saat, Katsuragi kembali duduk di kursinya, seolah-olah telah membuat keputusan.

Katsuragi telah mengubur keinginannya untuk balas dendam pada Sakayanagi di dalam hatinya.

Namun Ryuuen berhasil menarik keinginan itu keluar, dan menjadikannya sebagai rekan. Sekarang, Katsuragi berada di kelas yang sama dengan Ryuuen. Satu hal yang pasti, ini jelas bermanfaat untuk Kelas B. Kesenjangan dengan Kelas A mungkin akan berkurang.

Katsuragi perlahan menandatangani kontrak.

“Aku tidak keberatan kau menarikku menjadi rekan, tapi apa tujuanmu yang sebenarnya? Apa kau tidak keberatan jika aku mengutarakan pendapatku?”

“Lakukanlah sesukamu. Pendapatmu yang keras kepala itu terkadang dapat membantu.”

Ryuuen menjawab begitu, setelah menerima kontrak yang sudah di tanda tangani Katsuragi.

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah siswa pindah ke kelas lain di sekolah ini. Namun, alih-alih masuk Kelas A, siswa itu malah pindah ke Kelas B. Bisa dibilang ini adalah kebetulan yang terjadi karena dua situasi yang tumpang tindih.

Yang pertama adalah Ryuuen yang memimpin kelasnya dengan sistem diktator, dia bisa mendapatkan poin pribadi dengan satu perintah.

Yang kedua adalah seseorang yang di isolasi di kelasnya, merasa tidak puas serta dendam kepada pemimpinnya.

Jika ada sesuatu yang harus dikhawatirkan, itu adalah fakta mengenai mereka yang harus berjuang keras dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Karena hanya sejumlah siswa di Kelas B yang mampu membayar denda hukuman.

“Ngomong-ngomong, Ayanokouji. Apa yang sedang kau lakukan?”

“Eh?”

Ketika aku menuangkan air ke dalam kopi yang tinggal seperlima, Ryuuen bertanya kepadaku dengan waajah kebingungan.

“Tidak ada. Aku hanya penasaran bagaimana rasanya jika aku tiba-tiba mengencerkan kopi 3 atau 4 kali lipat dari jumlah normal.”

Setelah aku menjawab terus terang, baik Ryuuen maupun Katsuragi terlihat lebih bingung dari sebelumnya.

“… Kau orang yang aneh, Ayanokouji.”

Katsuragi mengucapkan komentar yang menyakitkan itu dengan ekspresi jijik di wajahnya.

“Jadi, apa kau juga akan mengundang Ayanokouji ke dalam kelompok? Jika menyertakan siswa dari Kelas D, hadiah yang kita terima akan dibagi menjadi dua pertiga.”

“Tidak ada yang bilang kalau dia akan bergabung dengan kita.”

“Lalu, apa yang kau inginkan darinya?”

“Kartu Trial miliknya.”

Ryuuen menyebutkan kartu yang kuterima dari sekolah.

“Jual kepadaku.”

Aku bertanya-tanya kerja sama seperti apa yang akan dia minta padaku, tapi rupanya kartu ini yang dia inginkan.

“Kau baru saja mengeluarkan uang yang banyak untuk Katsuragi, menurutku situasi keuanganmu tidak begitu baik. Bisakah kau menyiapkan uang yang cukup?”

“Aku akan membelinya 500.000 poin pribadi. Itu sudah cukup, kan?”

Memang benar, ini satu-satunya kesempatanku untuk menjual kartu Trial. Memang tidak banyak, tapi setidaknya aku bisa mendapatkan uang (poin pribadi) untuk Kei.

“Aku punya satu syarat. Aku ingin siswa di kelasmu yang memiliki kartu Half Off menukarkan kartunya dengan salah satu siswa di kelasku yang memiliki kartu Free Ride. Jika kau menerima syarat ini, aku akan menjual kartu Trial kepadamu.”

Jika Kei tidak dapat membentuk kelompok besar yang terdiri dari 6 orang dan terkena hukuman dengan kelompok beranggotakan 3 orang, dia masih dapat mengurangi poin yang harus dia bayar menjadi 1 juta dengan menggunakan kartu Half Off. Prioritasku saat ini adalah memastikan keamanan Kei.

“Kuku, sudah diputuskan. Half Off, kah? Kebetulan sekali, kau memilikinya kan, Katsuragi?”

“Ya. Lagipula aku juga tidak punya banyak uang. Tidak ada gunanya menyimpan kartu Half Off.”

Sepertinya kartu yang diterima Katsuragi adalah Half Off.

Seandainya Ryuuen yang memegang kartu Trial menempati peringkat pertama, dia akan mendapatkan 450 Poin Kelas.

Di tambah dengan poin Kelas B saat ini, mereka dapat menghancurkan penghalang 1000 poin.

Bagian 2

16 Juli, batas waktu pembentukan kelompok kecil.

Ketika aku sedang melakukan rutinitas di pagi hari, aku menerima panggilan telepon dari Ishizaki.

“Yo, Ayanokouji. Pagi.”

“Tumben kau meneleponku.”

“Hari ini adalah batas waktu pembentukan kelompok kecil, kan? Aku ingin bicara sedikit tentang hal itu denganmu.”

“Apa ini tentang Nishino? Terakhir aku memeriksa OAA, dia belum membentuk kelompok dengan siapapun.”

Aku belum memeriksa OAA pagi ini. Apa sudah ada perubahan?

“Pada akhirnya, dia tidak menemukan anggota di kelas kami, jadi dia minta tolong pada Ichinose. Kemudian, Tsube dari Kelas C bilang akan membantunya.”

Hitomi Tsube dari Kelas 2-C, ya. Dia adalah siswa yang memiliki kemampuan akademik dan fisik B.

“Baguslah kalau begitu.”

“Ya. Dengan ini, kami Kelas B sudah membentuk kelompok beranggotakan 2 orang atau lebih. Tapi…”

Masih ada siswa Kelas B yang belum membentuk kelompok.

“Ibuki, ya?”

“Ya. Ibuki masih sendiri. Kira-kira, adakah orang yang mau bergabung dengannya, ya?”

“Mengikuti ujian khusus ini sendirian sangatlah berisiko. Aku mengerti bagaimana perasaanmu.”

Dari kata-kata Ishizaki, aku tahu bahwa dia telah berulang kali membujuk gadis itu, tapi selalu gagal.

“Beri aku sedikit waktu. Kurasa ada yang bisa kulakukan dengan itu.”

“Benarkah? Maaf telah memberimu masalah pagi-pagi.”

Aku memberi tahu Ishizaki bahwa aku akan menghubunginya nanti, kemudian aku mengakhiri panggilan.

Setelah itu aku memutuskan untuk menghubungi orang yang mungkin saja mau berkelompok dengan Ibuki.

Untungnya, orang itu belum meninggalkan asrama, jadi kami memutuskan untuk bertemu di lobi.

Horikita, orang yang ku tunggu, muncul dari lift sebelah.

Horikita juga salah satu siswa yang belum membentuk kelompok.

“Mengenai kelompok, apa yang akan kau lakukan?”

“Sudah terlambat untuk membicarakannya sekarang. Bagaimanapun, kali ini aku tidak akan berkelompok dengan siapa pun. Mengingat jumlah maksimum anggota dalam satu kelompok adalah 6 orang, bukan hal yang buruk untuk bertindak sendiri.”

“Aku tahu kau melakukan itu agar kau dapat bertindak sesuai keadaan. Tapi jika kau sakit, kau akan didiskualifikasi pada saat itu juga. Jika kau tidak dapat membayar denda yang sangat besar, kau akan dikeluarkan dari sekolah.”

Aku tahu kalau aku tidak perlu menasehatinya tentang itu, tapi…

“Aku sudah siap menanggung risiko sebesar itu. Bukankah itu juga jadi alasanmu tidak berkelompok dengan siapapun?”

“Meski begitu, resiko yang kau tanggung berbeda dariku.”

“Apa bedanya?”

“Tahun lalu, kau jatuh sakit sebelum ujian di pulau tak berpenghuni.”

“Aku tidak menyangka kamu akan mengungkit kejadian setahun yang lalu. Siapapun bisa saja sakit.”

“Kau benar. Pada musim dingin, kau juga beristirahat karena demam. Dalam setahun, kau sudah dua kali jatuh sakit.”

“Kamu hanya kebetulan saja menghabiskan tahun kemarin tanpa beristirahat sekalipun. Apa kamu pikir kali ini kamu tidak akan sakit?”

“Dalam hal menjaga kesehatan, aku lebih percaya diri darimu.

Horikita tidak punya pilihan selain menerima fakta bahwa aku memiliki kehadiran penuh.

“Aku mengerti. Memang benar, aku tidak sebaik dirimu dalam menjaga kesehatan. Kuakui itu. Tapi, meski itu masalahnya, mengkhawatirkanku―”

Horikita yang menatap mataku, mencoba untuk menenangkan dirinya yang mulai memanas.

“Kuharap kau mengerti. Dari awal aku tidak berniat untuk menolak metodemu.”

Seseorang benar-benar harus menjaga kesehatannya.

Jika dia menyadarinya, maka itu sudah cukup.

“Tapi tetap saja, bertindak sendirian itu sangat berbahaya.”

“Ya.”

“Di kelas kita, yang belum membentuk kelompok adalah aku, Horikita dan Koenji. Teman sekelas kita yang lain sudah membentuk kelompok kecil minimal dua orang. Jika memungkinkan, bentuklah kelompok beranggotakan dua orang untuk menjamin keselamatanmu.”

“Hanya kamu dan Koenji-kun yang tersisa di kelas. Dengan kata lain, tidak ada lagi cara untuk membentuk kelompok.”

“Itu benar, kalau hanya dari kelas kita.”

“Apakah ada gadis dari kelas lain yang belum membentuk kelompok?”

“Ahh, ada satu orang yang terpikirkan olehku.”

“Siapa itu?”

“Ibuki dari Kelas 2-B. Apa kau tidak memeriksanya di OAA?”

“Terakhir aku memeriksa OAA, dia masih sendiri.”

“Ishizaki mengungkapkan kekhawatirannya padaku. Dia sedang mencari seseorang yang mau berkelompok dengan Ibuki. Bagaimana kalau kau bekerja sama dengannya dalam ujian khusus ini, Horikita?”

“Aku dan Ibuki-san?”

“Dua siswa perempuan dapat membentuk kelompok kecil. Bagaimana kalau kita dengar dulu ceritanya?”

“Memang benar, akan lebih baik jika memiliki asuransi (jaminan keselamatan), tapi… baiklah, mari kita dengarkan ceritanya.”

Horikita setuju untuk bertemu dengan Ibuki, mungkin dia berpikir tidak boleh mengabaikan hal ini.

Aku menghubungi Ishizaki dan memintanya untuk bertemu ketika istirahat makan siang nanti.

Bagian 3

Ketika waktu istirahat makan siang, aku mengajak Horikita pergi ke tempat pertemuanku dengan Ishizaki.

“Ooh, Ayanokouji! Disini, disini!”

Begitu melihatku dari kejauhan, Ishizaki melambaikan tangannya.

Ibuki berdiri di sebelahnya, gadis itu melipat tangannya dan menunjukkan wajah tidak senang.

“Apakah Ibuki-san setuju dengan ini?”

“Jika dilihat dari raut wajahnya, aku kurang yakin.” Ibuki sepertinya sedang tidak mood untuk berdiskusi.

Kurasa Ishizaki membawanya ke sini tanpa menjelaskan situasinya secara detail. “Cepatlah kemari!”

Ishizaki sangat antusias memanggil kami sambil melompat-lompat seperti seekor kelinci.

“Kalian sepertinya cukup dekat.”

Horikita sedikit tertarik dengan hubunganku dan Ishizaki.

“Dia orang yang baik loh.”

“Meski begitu, aku tidak ingin akrab dengannya.”

Ishizaki mirip dengan Sudou, tipe orang yang mudah emosi, tapi dia juga memiliki sisi baik yang berbeda dari Sudou.

“Apa maksudnya ini? Kenapa Ayanokouji dan Horikita ada di sini? ” Ternyata Ishizaki memang belum memberitahunya.

Aku menyesuaikan pandanganku dengan Horikita. Sepertinya tidak baik membiarkan Ishizaki memulai pembicaraan di sini.

“Sebenarnya ada sesuatu yang ingin kami diskusikan, jadi aku meminta Ishizaki untuk memanggilmu, Ibuki.”

Aku tidak punya pilihan, jadi aku mulai memberi penjelasan.

“Jadi, apa itu?”

“Kudengar kau akan menghadapi ujian khusus ini sendirian, apa itu benar?”

“Itu terserahku.”

Dia memberi jawaban singkat, seolah-olah tidak ingin berdiskusi.

“Aku sudah berulang kali mengingatkanmu untuk membentuk kelompok.”

“Aku tidak membutuhkannya.”

“Kau bilang tidak membutuhkannya, tapi kenyataannya, memang tidak ada yang mau berkelompok denganmu.”

Ishizaki mengatakan sesuatu yang tidak perlu, apakah dia berniat untuk membantu?

Atau menghalangi kami?

Aku mengalihkan pandanganku pada Ishizaki dan tetap diam.

“Eh? Ada apa, Ayanokouji?”

Tapi… Ishizaki tidak menyadari niatku, dia malah bertanya kepadaku.

“Tidak ada. Ngomong-ngomong, Horikita juga sama seperti Ibuki, dia belum berkelompok dengan siapa pun. ”

“Terus?”

“Pada ujian khusus berikutnya, kau akan dirugikan jika tidak membentuk kelompok. Meskipun tidak beranggotakan 3 orang, jika kalian berdua membentuk kelompok, bahkan dalam situasi terburuk, dimana salah satu dari kalian di diskualifikasi, kalian masih bisa melanjutkan ujian.”

Setelah menjelaskannya sejauh ini, dia harusnya mengerti maksud dari perkataanku.

“Tidak banyak waktu yang tersisa sampai batas waktunya.”

“Jangan bilang, kamu ingin aku bekerja sama dengan Horikita?”

“Ya, itu yang kumaksud.”

“Hah? Kenapa kamu seenaknya saja bicara begitu.”

“Kelihatannya kamu tidak ada masalah dengan kemampuan fisik, tapi di luar bidang itu… kemampuanmu kurang memuaskan.”

“Kamu juga, jangan bicara seenaknya saja.”

Ibuki mendekati Horikita.

Kemudian dia dengan kesal menatap Ishizaki, yang berdiri di belakangnya dengan wajah linglung.

“Kamu juga, kamu membantu mereka agar aku berkelompok dengan Horikita, kan?”

“Aku tidak tahu kalau orang yang akan berkelompok denganmu adalah Horikita, tapi tidak ada salahnya bekerja sama dengannya, kan?”

“Aku memang benci orang ini, tapi kebencianku pada Horikita lebih dari itu.”

[Orang ini] yang dia maksud sepertinya aku. Dia mengarahkan jarinya kepada orang (aku) yang ada di hadapannya.

“Ayanokouji-kun, kelihatannya dia membencimu.”

“Aku tidak pernah menyadarinya. Tapi, kelihatannya dia lebih membencimu daripada aku.”

“Aku merasa terhormat.”

Sepertinya Ibuki tersinggung karena Horikita dan aku membicarakan dirinya, dia bahkan tidak menyembunyikan kekesalannya.

“Aku tidak tahu apakah Horikita yang memintanya padamu atau karena alasan lain, tapi yang jelas aku tidak akan bekerja sama dengan gadis ini.”

Sepertinya dia benar-benar membenci Horikita.

Dia bersikeras menolak saranku.

“Ah, aku tidak pernah bilang kalau aku ingin bekerja sama denganmu.”

Mengamati sikap Ibuki, Horikita mulai memprovokasinya.

“Hah? Apa maksudmu?”

“Sepertinya kamu salah paham akan sesuatu. Kamu ditinggalkan sendiri karena tidak ada yang ingin bekerja sama denganmu, sedangkan aku tidak bekerja sama dengan siapa pun karena aku memang ingin bertarung sendiri. Meskipun kita berdua sama-sama sendiri, situasi kita sangat berbeda.”

Horikita memberi jawaban yang cukup mencengangkan. Namun, Ibuki yang mendengarnya jadi semakin memanas.

“Aku sendirian karena aku juga ingin bertarung sendiri. Bagaimanapun, kamu bilang akan menghadapi ujian ini sendiri kan, pas sekali. Ayo kita bersaing, Horikita!”

Ibuki mengalihkan pandangannya dari aku ke Horikita.

“Bisakah aku menanyakan sesuatu? Mengapa aku harus bersaing denganmu? Memang benar kita berkompetisi di ujian pulau tak berpenghuni dan festival olahraga, tapi tidak ada yang istimewa dari itu, kan?”

“Kamulah satu-satunya yang berpikir begitu.”

Setahuku, Ibuki mengalahkan Horikita dalam pertarungan satu lawan satu di pulau tak berpenghuni. Horikita menang lomba lari 100 meter saat festival olahraga.

Satu kemenangan, satu kekalahan. Tapi sulit untuk mengatakan bahwa saat itu mereka dalam kondisi terbaik. Pertama-tama, pada saat ujian di pulau tak berpenghuni, Horikita terpaksa bertarung dalam kondisi yang merugikan karena dia sedang demam tinggi. Pada saat festival olahraga, Ibuki begitu terpaku pada Horikita sehingga kecepatan larinya jadi terganggu. Dengan kata lain, jika ditanya siapa yang lebih baik di antara dua orang ini, tidak mungkin aku bisa menjawabnya sekarang.

Bahkan setelah aku mengalahkan Ibuki dan Ryuuen di atap, Ibuki menantangku lagi di kemudian harinya.

Intinya, dia adalah tipe orang yang tidak mudah menerima hasilnya sampai dia benar-benar mengetahui siapa yang lebih kuat.

Kali ini, dia ingin bersaing dengan Horikita dalam ujian khusus bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.

Dengan pemikiran seperti itu, Ibuki tidak akan mau bekerja sama dengan Horikita.

“Sepertinya, ini hanya buang-buang waktu.”

“Tunggu. Apa kamu terima? Atau tidak?”

“Aku memang akan memulai ujian ini solo, tapi aku tidak memilih untuk bertindak sendirian. Setelah ujian khusus di mulai, aku akan bergabung dengan kelompok lain yang perlu bantuan.”

Jika itu pertandingan satu lawan satu, mungkin pemenangnya bisa ditentukan, tapi sekarang itu bukan lagi pertarungan yang adil.

“Menyedihkan!”

“Sindiranmu itu tidak akan membuatku berubah pikiran dalam ujian khusus ini.”

Horikita membalas provokasi Ibuki dengan mengatakan bahwa provokasi itu tidak akan mempengaruhinya.

“Kalau kamu bersikeras bertarung solo, berusahalah untuk tidak kalah meski aku membentuk kelompok. Seandainya kamu menang, aku akan mengakuimu sedikit.”

“… Boleh juga.”

Horikita dan Ibuki tidak akan membentuk kelompok, sepertinya negosiasi gagal.

Namun, tidak diragukan lagi kalau motivasi Ibuki semakin kuat karena provokasi Horikita barusan. Setelah meminta maaf pada Ishizaki, aku memutuskan kembali ke kelas bersama Horikita.

“Sejak awal kau sudah tahu kalau Ibuki tidak bisa di ajak berdiskusi, kan? Kau terlalu baik.”

“Aku sengaja memprovokasinya supaya dia bertindak sembrono dan diskualifikasi.”

Horikita tidak berkata jujur, tapi sikapnya yang ini memang sama persis dengan dirinya yang kukenal.