Youjitsu 2st Year Volume 2

[Revisi]Bab 4: Pertempuran Kelas Satu dan Kelas Tiga

- 62 min read - 13145 words -
Enable Dark Mode!

BAB 4 : PERTEMPURAN KELAS SATU DAN KELAS TIGA

Tiga bulan telah berlalu semenjak siswa kelas satu memasuki sekolah ini, mereka sekarang sudah mulai memahami sedikit mekanisme SMA Kodou Ikusei.

Saat ini, mereka tengah membentuk kelompok untuk menghadapi ujian khusus yang akan datang.

Namun, setelah izin membentuk kelompok diberikan, terjadi sesuatu di luar perkiraan.

Pemimpin Kelas 1-D, Housen Kazuomi.

Dia menolak aliansi dan strategi bertukar kartu dengan kelas lain.

Housen menuntut poin pribadi kepada tiga kelas lainnya, jika mereka ingin mendapatkan kerja sama darinya.

Hal ini membuat situasi menjadi rumit, mereka pun tidak dapat membentuk kelompok dengan bebas.

Perwakilan dari setiap kelas berharap Housen akan berubah pikiran sebelum akhir Juni, tapi, bahkan setelah memasuki Juli, situasinya sama sekali tidak berubah.

Sebagian besar siswa kelas satu memutuskan untuk mengabaikan Kelas D, tapi Yagami Takuya dari Kelas B tidak setuju akan hal itu. Meskipun mudah bagi mereka untuk membentuk kelompok dari 3 kelas, mereka tidak boleh mengabaikan Kelas D, karena mereka akan bertarung melawan siswa dari angkatan yang berbeda.

Dengan pemikiran tersebut, mereka perlu memilih siswa terbaik dari 4 kelas agar dapat membentuk kelompok tangguh yang mampu bersaing dengan kelas 2 dan kelas 3.

“Demi mendapatkan hasil yang memuaskan dalam ujian ini, kita harus memilih siswa terbaik dari setiap kelas.”

Setelah Yagami mengatakan itu, siswa yang berpikiran sama dengannya, memberikan dukungan mereka kepada Yagami. Ketiga kelas sepakat untuk menunggu dan mengamati situasi hingga Juli mendatang.

Namun, tidak ada kemajuan sedikit pun karena Housen mengabaikan mereka.

Dan hari ini, batas waktunya sudah tiba, perwakilan setiap kelas akan mengadakan pertemuan untuk mencapai keputusan akhir.

Diskusi ini tidak bersifat rahasia, jadi mereka memutuskan untuk bertemu sepulang sekolah di koridor kelas satu. Mereka sepakat bahwa orang yang akan tiba di pertemuan itu adalah pemimpin atau perwakilan setiap kelas, tapi sampai sekarang Kelas D masih belum memberikan jawaban.

Yagami dari Kelas 1-B datang lebih awal di tempat pertemuan. Sebagai orang yang mengajukan aliansi, dia merasa harus tiba lebih dulu dari perwakilan kelas lain.

Tak lama kemudian, Utomiya dari Kelas 1-C juga tiba di tempat pertemuan.

“Sepertinya yang baru datang hanya kau, Yagami.”

“Utomiya-kun. Kupikir kau yang akan datang terakhir di pertemuan ini.”

“Aku bukanlah pemimpin kelas, tapi teman sekelasku tidak ada yang mau datang kemari. Meskipun aku bersedia mengutarakan pendapatku, aku benci dengan masalah yang merepotkan seperti ini.”

“Kurasa teman-teman sekelasmu memintamu datang ke sini karena mereka percaya bahwa kau adalah orang yang bisa diandalkan. Aku sudah melihat pembaruan OAA bulan ini, kontribusi sosialmu telah naik menjadi B.”

Yagami mengatakan itu dengan senyum cerah di wajahnya.

Meskipun menerima pujian, Utomiya mengerutkan dahinya.

Kemampuan fisik Yagami memang C, tapi dia mendapat penilaian A di bidang akademik. Selain itu, setelah berulang kali berkontribusi pada kelasnya, kemampuan beradaptasi dan kontribusi sosialnya telah meningkat jadi A. Dalam hal kemampuan keseluruhan, dia merupakan salah satu siswa terbaik.

Sedangkan di Kelas 1-C, tidak ada satupun yang memiliki bakat seperti itu.

“Kami baru saja kehilangan seorang rekan. Jujur saja, itu adalah kerugian yang cukup besar.”

“Aku juga tidak menyangka Hatano-kun akan dikeluarkan dari sekolah. Itu sangat disayangkan.”

“…Ya.”

Hatano adalah siswa laki-laki dari Kelas 1-C, siswa berbakat yang memiliki kemampuan akademik A.

Tapi dia dikeluarkan dari sekolah karena melanggar peraturan, itu menimbulkan kerusakan yang fatal bagi Kelas 1-C.

Karena hal itu juga, para siswa kelas satu yang menjalani kehidupan sekolah dengan santai, menjadi sadar betapa kerasnya sekolah ini.

Kurang lebih satu bulan telah berlalu sejak Hatano meninggalkan sekolah.

Utomiya, yang merupakan teman sekelasnya, bahkan tidak sempat meratapi kepergiannya.

Sekarang Kelas 1-C telah kehilangan salah satu siswa berbakat, mereka harus mendapatkan hasil yang solid di ujian khusus berikutnya.

“Sepertinya kau sangat akrab dengan Hatano.”

“Kami telah berjanji untuk bergabung dengan OSIS dan membuat sekolah ini menjadi lebih menyenangkan, tapi…”

Utomiya mengangguk ringan, dan mengalihkan pandangannya ke ruang Kelas 1-D.

“Apakah menurutmu Housen akan datang?”

Utomiya menanyakan hal itu pada Yagami.

“Kurasa, 50 : 50.”

“50 : 50? Sepertinya kau percaya pada Housen. Aku yakin dia tidak akan datang.”

“Jika dia tidak datang, kita akan putuskan untuk membentuk kelompok dengan tiga kelas saja. Dan kalau itu terjadi, Kelas D yang mencoba memeras kita akan tertinggal di belakang. Dan peluang kemenangan mereka akan hilang.”

“Jika dia pikir dia bisa mendapatkan poin pribadi dari kita secara paksa, itu salah besar. Hal yang paling penting sekarang adalah membentuk kelompok tangguh. Karena musuh kita kali ini adalah kelas dua dan kelas tiga. Tapi, Housen menolak bekerja sama dengan kita.”

Meskipun sesama kelas satu, mereka membuang-buang waktu dan energi untuk melakukan pertempuran yang sebenarnya tidak perlu dilakukan.

“Mungkin di permukaan Housen terlihat seperti itu. Tapi menurutku, itu bukan tujuannya yang sebenarnya.”

“Aku tahu kalau ini adalah strateginya. Tapi, itu tidak akan meningkatkan peluangnya untuk menang.”

“Kalau memang itu strateginya, malahan itu akan menguntungkan kami. Teman sekelasku sama sekali tidak menganggap Housen-kun sebagai ancaman.”

“…Ya.”

Yagami mencoba untuk menebak strategi Housen yang sebenarnya sambil mengutarakannya pada Utomiya.

Ketika mereka berdua tengah membahas hal itu, tiba-tiba orang ketiga muncul―

“Oh! Riku, Takuya. Jadi memang kalian yang datang, ya.”

Orang itu adalah Takahashi Osamu dari Kelas 1-A, dia melambaikan tangannya dan mendekati mereka berdua dengan energik.

Dia adalah siswa biasa yang memiliki kemampuan akademik C+, tapi dia tipe orang yang mudah bergaul, karena sifatnya ini, dia sering diundang ke berbagai pertemuan. Dalam waktu singkat, dia telah berteman dengan banyak siswa dari kelas lain.

“Osamu-kun, apa kau dipaksa lagi untuk datang?”

“Pemimpin kelasku tidak suka dengan hal-hal merepotkan. Itulah sebabnya aku yang datang ke sini.”

“Yah, diskusi ini akan jadi lebih lancar jika Osamu yang datang.”

Seperti halnya Utomiya, tidak masalah jika siswa yang datang ke pertemuan ini bukan pemimpin kelas.

Malahan, kedatangan siswa yang pandai berkomunikasi akan disambut oleh kelas lain.

“Sekarang yang tersisa adalah Kazuomi ya.”

Masih ada waktu sekitar tiga menit sebelum pertemuan dimulai. Jika Housen tidak datang, mereka bertiga akan memulai diskusi tanpa kehadirannya.

“Bukankah lebih baik kalau kita saja yang bekerja sama? … Aku benar-benar ingin mengisolasi dan menghancurkan Kelas D secepat mungkin.”

“Kita sudah diberitahu bahwa kemampuan selain akademik juga diperlukan dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Jika menilai dari kemampuan akademik, mungkin Kelas D adalah yang terendah di kelas satu, tapi dari segi kemampuan fisik, mereka berada di urutan kedua. Mereka memiliki peran yang penting dalam pembentukan kelompok.”

“Aku mengerti apa yang ingin Riku katakan, kelasku juga merasa sedikit resah dengan tindakan mereka. Tapi, bukankah terlalu cepat untuk mengabaikannya? Di masa depan nanti, tidak ada jaminan kita tidak akan bekerja sama dengan kelas lain dalam ujian khusus, bukan?”

Sementara Utomiya mengusulkan untuk menghancurkan Kelas D, Yagami ingin bekerja sama dengan Kelas D. Sedangkan Takahashi menjadi penengah.

“Kalau kerja sama memang dibutuhkan, tiga kelas saja sudah cukup. Memang benar, Kelas D bisa menjadi aset yang berharga, tapi tidak mungkin bagi kita untuk menuruti kehendak Housen. Sudah hampir waktunya. Kuharap hanya kelas kita saja yang berpartisipasi dalam diskusi ini.”

“Sepertinya itu tidak akan terjadi, Riku.”

Orang yang sedang dibicarakan muncul dengan santai, seolah-olah ingin mengantisipasi percakapan itu berlanjut.

“Kau benar-benar datang ya, Housen-kun.”

Setelah disambut oleh Yagami dengan senyuman, Housen mendekati mereka bertiga dengan menunjukkan gigi putih yang terlihat menakutkan seperti biasanya. Setelah melihat Housen sekilas, Utomiya mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

“Kau datang tepat waktu, Kazuomi.”

Takahashi berbicara dengan ramah pada Housen, tanpa rasa takut sedikitpun.

Keinginannya adalah berteman baik dengan semua orang.

“Jangan memanggil nama depanku seolah-olah kita berteman, atau aku akan membunuhmu.”

Setelah selesai mengintimidasi Takahashi, Housen kembali menatap Yagami dan Utomiya.

“Jadi, apa kalian sudah memutuskan untuk membayar?”

“Itu lelucon yang sangat lucu. Aku tidak akan memberimu sepersen pun.”

“Stop, stop, tenangkan diri kalian. Kita tidak akan bisa berdiskusi kalau kalian sudah bertengkar dari awal.”

“Nah, karena semuanya sudah datang, mari kita mulai diskusinya. Kelompok—”

“Jangan memutuskan seenaknya.”

Housen tiba-tiba mendorong bahu Takahashi, Takahashi pun terjatuh dan terduduk di lantai.

Utomiya, yang tidak senang melihatnya, menatap tajam ke arah Housen.

“Housen, jangan gunakan kekerasan di sini.”

“Hah? Apa kau ingin menghalangiku?”

“Aku akan melakukannya jika memang perlu.”

“Menarik. Kalau begitu, majulah.”

Ketika Housen mengangkat lengan kirinya, Takahashi yang terduduk di lantai, berteriak dengan panik.

“Tunggu, tunggu sebentar. Aku jatuh karena terpeleset, tenangkan dirimu, Riku.”

“Memang begitu, kan?”

“Sayangnya aku tidak sebaik Takahashi, aku tidak akan memaafkanmu.”

“Kalau begitu, mari kita lihat seberapa kuat dirimu.”

Utomiya meraih lengan Housen, sebelum Housen mengepalkan tinjunya.

“Hoo…”

Housen tersenyum lebar saat merasakan kekuatan cengkeraman lawannya.

Dari matanya terlihat bahwa Utomiya bukan sekedar menggertak, dia sudah bertekad akan bertarung di sini jika itu memang dibutuhkan.

Housen berpikir akan menyenangkan untuk bertarung di sini, tapi dia kembali mempertimbangkannya.

Meskipun pendekatannya sedikit berbeda, Housen adalah siswa yang paling bersemangat untuk melawan kelas lain.

“Sepertinya akan menyenangkan bermain denganmu. Aku akan menikmatinya di lain waktu.”

“Apa kau menganggap kekerasan sebagai permainan?”

“Ya, itu adalah permainan.”

“Sangat konyol. Tapi kalau itu maumu, kau tidak perlu menunggu. Aku dengan senang hati akan menghiburmu di sini. Namun ada syaratnya, kau harus berjanji untuk tidak menyentuh teman sekelasku lagi.”

Suasana menjadi tegang, keduanya saling menatap dengan tatapan yang tajam.

“Oi, oi, apa maksudmu?”

“Aku tahu kaulah orang yang membuat Hatano dikeluarkan dari sekolah. Dia bukanlah tipe orang yang akan melanggar peraturan.”

“Keroco seperti dia dikeluarkan dari sekolah karena salahnya sendiri.”

“Aku masih ingat raut wajahnya ketika dia dikeluarkan. Dia terlihat seperti orang yang telah dijebak.”

“Dan kau berpikir aku pelakunya?”

“Memangnya siapa lagi selain kau?”

Meski Utomiya sudah mulai tenang, dia kembali memanas karena perkataan Housen.

“Kalian berdua, tenanglah. Riku, jika kau memulai perkelahian di sini, kau akan bertindak sesuai keinginan Kazuomi.”

“Takahashi-kun benar. Yang paling penting sekarang adalah, fokus terhadap ujian di pulau tak berpenghuni.”

“Ah, benar juga, ujian khusus berikutnya kita akan membentuk kelompok dengan kelas lain ya.”

Housen berkata begitu seolah-olah belum mengetahui itu sampai sekarang.

“Kenapa kau berpikir begitu? Kau telah menolak kerja sama dengan kelas lain, jadi ini tidak ada hubungannya denganmu.”

“Nah, karena kalian telah meminta bantuanku, aku akan bekerja sama dengan kalian.”

“Jangan bercanda. Meskipun hanya kau siswa yang tersisa, aku tidak akan mau berkelompok denganmu.”

“Kau sangat dingin.”

Utomiya perlahan melepaskan lengan Housen.

Yagami yang telah diam menyaksikan situasi, merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk berbicara.

“Waktu kita sudah banyak terbuang, bisakah kita mulai sekarang?”

“Siapa bilang aku akan bergabung dengan diskusi kalian? Jangan seenaknya saja memulainya.”

“Kalau begitu, apa alasanmu datang ke sini? Sekedar menghabiskan waktu?”

“Bagaimana kalau aku bilang iya?”

“Aku tidak percaya itu. Kau tidaklah sebodoh itu.”

Meskipun berhadapan dengan Housen, Yagami tetap tersenyum dan memberi jawaban dengan ramah.

“Ujian bertahan hidup di pulau tak berpenghuni memang bukan hal yang biasa, tapi siswa kelas dua dan siswa kelas tiga sudah pernah melakukannya. Kita siswa kelas satu akan menghadapi ujian ini dengan situasi yang kurang menguntungkan.”

“Tapi, bukankah kita memiliki kelebihan?”

Berhadapan dengan Takahashi yang optimis, Yagami melanjutkan kata-katanya dengan sikap ramah.

“Itu tidak mengubah fakta siswa kelas dua dan kelas tiga lebih unggul daripada kita di bidang akademik dan fisik. Jika kita tidak bekerja sama, kita mungkin hanya akan menjadi makanan untuk para senior.”

Itulah sebabnya Yagami menekankan bahwa kerja sama keempat kelas sangatlah penting.

“Sikapmu yang rendah hati itu membuatku muak, Yagami. Baik itu kelas dua, maupun kelas tiga, aku akan menghancurkan mereka semua.”

“Memang benar, beberapa siswa yang berbakat bisa mengungguli mereka secara individu. Tapi, tidak bisa dipungkiri bahwa total kekuatan siswa kelas satu lebih rendah dari siswa senior. Tidak semua orang sehebat dirimu, Housen-kun.”

Yagami mempertahankan sikap ramahnya dan memuji Housen agar percakapan bisa terus berlanjut.

“Kurasa―kita setidaknya harus membentuk satu kelompok kuat yang terdiri dari 4 orang. Seperti yang dikatakan Housen-kun, mari kita buat kelompok dengan siswa berbakat yang tidak akan kalah dari kelas dua dan kelas tiga.”

“Itu berarti, kita tidak akan bersaing untuk memperebutkan poin kelas dalam ujian ini?”

“Kelas dua dan kelas tiga tidak memiliki banyak waktu yang tersisa, mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan poin kelas. Sebaliknya, kita kelas satu masih memiliki waktu lebih dari dua tahun. Karena itulah, kali ini kita akan mengabaikan perbedaan poin kelas.”

Perbedaan poin kelas Kelas A dan Kelas D masih sekitar 300 poin. Meskipun Yagami berkata tidak ada alasan untuk panik, Utomiya mengerutkan dahinya, sepertinya dia memiliki pemikiran lain.

“Manfaat bekerja sama dengan kelas lain terlalu kecil. Tidak baik jika kita mengabaikan perbedaan poin kelas.”

“Tidak ada gunanya kita bersaing untuk memperlebar atau memperkecil jarak poin kelas jika pada akhirnya kita jadi makanan para senior.”

“Tapi, jika kita menggunakan strategi itu, tidak akan ada perubahan yang terjadi di kelas satu.”

Utomiya menekankan, tidak ada pilihan selain bertempur satu sama lain.

“Ah, tunggu dulu. Ada yang membuatku bingung dengan kata-kata Takuya, kenapa hanya membuat satu kelompok saja? Tiga kelompok teratas akan menerima poin kelas, bukan? Mengingat kita bisa menggabungkan kelompok saat ujian berlangsung, bukankah kita bisa membentuk kelompok kuat lebih dari satu?”

Yagami segera menjawab pertanyaan Takahashi.

“Itu memang benar. Tapi, jika ingin membuat beberapa kelompok kuat, kita harus memikirkan keseimbangan setiap kelompok. Lawan kita adalah siswa senior, mereka tidak mudah untuk dikalahkan. Karena itulah, kita harus memprioritaskan satu kelompok beranggotakan 4 orang yang mampu menempati peringkat pertama. Selama ujian berlangsung, membentuk kelompok besar akan sulit untuk dilakukan, meskipun siswa senior bekerja sama, mereka hanya dapat memilih 3 orang dari 3 kelas untuk membentuk kelompok.”

Setelah mendengar penjelasan Yagami, Takahashi akhirnya menyadari tujuan Yagami.

“Itu berarti, asalkan kita menempati peringkat pertama, kita bisa menghilangkan kemungkinan terburuk.”

“Kita memang bisa membentuk kelompok yang kuat jika mengabaikan Housen-kun dan melakukan kerja sama di antara tiga kelas saja. ‘Tapi kalau kita melakukan itu, keadaan kita tidak akan berbeda dari para senior’. Itu sebabnya aku berharap keempat kelas mau bekerja sama. Menurutku persatuan di angkatan kita sangatlah penting dalam ujian ini. Bukan hanya sekedar memilih kekuatan dari setiap kelas. [Kelas satu dapat membentuk kelompok kecil beranggotakan 4 orang]. Kita harus memanfaatkan keuntungan ini. Akan disayangkan jika kita membuangnya.”

(Tl note : ‘ kelas dua dan kelas tiga hanya bisa membentuk kelompok kecil maksimal 3 orang, kalau kelas satu melakukan kerja sama dari tiga kelas saja, keuntungan membentuk kelompok 4 orang dari 4 kelas di angkatan mereka akan menghilang dan

keadaan mereka akan berakhir sama seperti kelas dua dan kelas tiga yang hanya bisa melakukan kerja sama dari 3 kelas)

Jika mengucilkan Kelas-D, peluang untuk mendapatkan peringkat pertama akan berkurang.

Seandainya itu terjadi, mereka hanya akan saling menyabotase saat ujian berlangsung.

Pemikiran ideal Yagami adalah kerja sama antar empat kelas.

Kemudian, Yagami kembali menghadapi Housen.

“Kaulah yang paling mengerti bagaimana para senior bertempur, kuharap kau mau bekerja sama dengan kami.”

Yagami menegaskan bahwa kerja sama keempat kelas sangatlah diperlukan, tapi Utomiya melihat Housen dengan tatapan curiga.

Utomiya berpikir bahwa Housen tidak akan menyetujuinya, karena pria ini telah menolak semua negosiasi selama lebih dari dua minggu.

“Baiklah, aku akan bekerja sama dengan kalian.”

Namun, Housen menerima proposal Yagami.

“… Apa yang kau rencanakan, Housen?”

“Apa yang kurencanakan? Bukankah aku hanya menerima permohonannya untuk bekerja sama denganku?”

“Kalau begitu, aku ingin mendengar persyaratannya.”

Yagami tidak ingin membuang-buang waktu dan mendesak Housen untuk mengatakan syarat yang dibutuhkan, sebelum Housen berubah pikiran.

“Dua slot kosong di kelompok terkuat harus disediakan untuk Kelas D. Inilah persyaratannya.”

“Apa?”

Utomiya tidak senang mendengar syarat Housen yang hanya menguntungkan Kelas D.

“Tapi bagaimana kalau kita tidak bisa membentuk kelompok besar sesuka hati kita?”

“Sudah kubilang, kan!? Syaratku adalah 2 siswa Kelas D harus ada dalam sebuah kelompok.”

“Jadi begitu. Jika kita tidak berkelompok dengan dua siswa Kelas D, kita harus menyelesaikan ujian ini dengan tiga kelas saja.”

“Kalian tidak peduli dengan kemenangan, bukan? Kalau begitu siapkanlah kelompok empat orang terkuat untuk kelasku.”

“Jangan bercanda, Housen.”

“Aku tidak bercanda. Jika kau tidak menyukainya, enyahlah.”

“Kau bajingan…”

Utomiya menjadi kesal dan mendekati Housen yang mengajukan syarat yang tidak masuk akal.

Tapi, di saat itu juga, Yagami berdiri di depan Utomiya, seolah-olah sedang memotong antrian.

“Tenangkan dirimu, Utomiya-kun. Aku tidak keberatan dengan syaratnya itu.”

“Kau akan membiarkan Kelas D mendapat keuntungan?”

“Prioritas utama kita sekarang adalah mempersatukan semua kelas satu. Kita tidak boleh kalah dari angkatan lain.”

“Jika kita membiarkan dia memanfaatkan kita sekarang, dia pasti akan semakin semena-mena.”

“Lalu, jika sekarang kita mengabaikan Housen-kun dan Kelas D, apa ada yang akan berubah?”

“Itu…”

“Hal terpenting dalam ujian ini adalah mendapatkan peringkat pertama. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada itu.”

“Aku juga setuju, Riku. Aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi pertama-tama, kita kelas satu harus bisa bekerja sama.”

Utomiya yang menyuarakan ketidakpuasannya, berhenti setelah dibujuk oleh Yagami dan Takahashi.

“Tidak ada lagi syarat lain. Kau mengerti, Housen?”

Housen berbalik setelah mendengar kata-kata Utomiya tersebut.

Seolah menandai berakhirnya percakapan mereka.

“Terakhir, ada satu hal yang perlu kita lakukan. Untuk menghindari perselisihan mengenai hadiah, kita akan mendistribusikan kembali kartu item yang dimiliki setiap siswa kelas satu agar dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin. Kita akan memberikan kartu Half-Off kepada siswa berkemampuan menengah ke bawah yang beresiko dikeluarkan. Kau tidak keberatan kan, Housen-kun?”

“Lakukan sesukamu.”

Housen tidak terlihat keberatan, dan segera pergi dari tempat itu.

Di saat ketiganya melihat Housen pergi, Takahashi berbicara pada Yagami.

“Ngomong-ngomong, Takuya, siapa yang akan kau pilih dari Kelas B?”

“Setidaknya aku berpikir, semua orang yang berpartisipasi di sini bisa membentuk kelompok tangguh, tentu saja termasuk Housen-kun. Apa aku salah?”

Yagami menatap Takahashi dan Utomiya, serta Housen yang meninggalkan tempat ini dengan tatapan lembut tapi juga tajam.

“Meski kau mengakui kemampuan Housen, salah jika kau menganggapnya sebagai rekan. Dia―”

“Sudahlah, kita akan berhati-hati mengambil keputusan selanjutnya. Dalam diskusi ini, kita bisa menyatukan semua kelas satu, bukankah itu sudah cukup?”

“…Aku mengerti.”

“Jika kita bekerja sama, kita pasti bisa menempati peringkat pertama. Mari jadikan itu sebagai tujuan utama kita.”

Meski sedikit enggan menerima kata-kata Yagami, Utomiya menyetujuinya dan kemudian, pertemuan ini pun dibubarkan.

Bagian 1

Keesokan harinya, sepulang sekolah, di kafe Keyaki Mall.

“Suara detik jam yang terus berbunyi itu sangat menyebalkan. Aku benci jam tangan seperti itu.”

Amasawa mengungkapkan kekesalannya sambil melihat arloji di tangan kiri Housen, yang duduk di depannya.

“Berisik. Apa kau tahu nilai dari jam tangan ini?”

“Nilai? Apakah jam tangan itu berharga? Aku tidak punya waktu untuk mencari tahu sesuatu yang kubenci.”

“Hahh.. Inilah kenapa wanita sangat membosankan.”

Housen tertawa dan mengelus jam tangannya.

“Kamu ini… Yah, sudahlah. Jadi, apa yang kamu inginkan dariku?”

“Aku memanggilmu untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni yang akan datang. Amasawa, bergabunglah denganku.”

“Kamu ingin bekerja sama denganku lagi, ya. Selain itu di pulau tak berpenghuni, apa kamu akan melakukan sesuatu yang cabul padaku?”

“Hah?”

Housen mengerutkan dahinya dan memberikan tatapan yang tajam, namun Amasawa membalasnya tanpa takut dengan senyuman yang terlihat seperti iblis kecil.

Kemudian Amasawa menurunkan kakinya yang sedang bersilang, dan perlahan membuka lebar bagian tengah di antara kedua kakinya.

“Apa kamu ingin melihat celana dalamku? Kamu bisa kok mengintipnya dari bawah meja.”

Jika mengambil posisi merangkak, bagian tengah di antara kedua kaki Amasawa akan terlihat.

Menanggapi godaan tersebut, Housen meletakkan siku kanannya di atas meja, dan mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Apa kau pikir aku tidak akan menggunakan kekerasan pada wanita?”

“Aku tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali. Tapi menurutku, kamu tipe orang yang akan memukul orang lain tanpa pikir panjang.”

“Kalau kau sudah tahu, berhentilah mengatakan sesuatu yang konyol. Itu buang-buang waktu.”

“Buang-buang waktu ya? Kalau begitu, aku ingin mendengar rencanamu. Mengapa kamu mengundangku?”

“Itu karena kau memiliki keberanian untuk mengeluarkan Ayanokouji dari sekolah.”

“Yah, itu memang benar. Ada beberapa orang yang mengetahui tentang [Hadiah] tersebut, tapi tidak melakukan apa-apa, ada pula yang mengincar hadiah itu tapi hanya bertindak setengah hati. Untuk mendapatkan 20 juta poin pribadi, kurasa wajar jika kita harus mengerahkan semua kemampuan.”

Amasawa menjawab seperti itu, tanpa menunjukkan ekspresi yang bermasalah.

“Jadi, apa keuntungan yang kudapat jika bekerja sama denganmu? Begini-begini, aku tidaklah murahan.”

Saat Amasawa menanyakan imbalannya, sebuah suara yang tegas terdengar dari arah belakang.

“Kita akan membaginya sama rata. Kamu berkata begitu saat kita bekerja sama sebelumnya, bukan?”

Nanase yang datang agak telat, bergabung dalam percakapan mereka.

“Sama rata? Meskipun memiliki wajah yang cantik, kamu orang yang blak-blakan, Nanase-chan. Housen-kun, apa kamu tidak akan menanggapi pernyataan yang mengejutkan ini?”

Mereka bertiga berkumpul di meja untuk tiga orang.

“Jadi begitu. Kelompok yang Housen-kun katakan adalah kita bertiga, ya. Satu lagi siapa?’

“Kita tidak membutuhkannya. Yang akan memenangkan ujian di pulau tak berpenghuni bukanlah kelas dua ataupun kelas tiga, melainkan kita bertiga.”

“Kamu cukup percaya diri. Meskipun banyak siswa yang tangguh di antara para senior, mereka sangat berbeda dari siswa kelas satu loh?”

“Tidak masalah, aku akan menghancurkan mereka semua.”

“Yah, bahkan jika kemampuan Housen-kun adalah yang nomor satu… kita kelas satu sudah sepakat untuk bekerja sama menghadapi ujian ini, bukan? Berbicara tentang siswa terbaik dari Kelas D, kurasa itu adalah kalian berdua.”

“Yang boleh memberikan penilaian itu terhadap Kelas D adalah aku. Mengerti?”

“Jadi kamu akan mengirim kroco sebagai perwakilan dari kelasmu, ya. Itu berarti kita akan mendapat perlawanan dari segala arah?”

“Itu tergantung pada kekuatan utama mereka. Meskipun kami mengirim siswa berkemampuan akademik atau fisik yang tinggi, itu tidak akan menjadi ancaman.

Sebaliknya, kita akan mendapat masalah jika Housen-kun yang bergabung dengan mereka.”

“Yah, asalkan tidak menghadapi mereka secara langsung, seharusnya tidak ada masalah. Kita juga belum memulai kerja sama sih. Nah, kembali ke topik utamanya, berapa banyak poin yang akan kudapatkan?”

“Kami tidak akan menentukan jumlah poin untukmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, kita memiliki hubungan yang setara. Tentu saja, semua hadiah poin pribadi yang didapatkan oleh Kelas D akan kami bagi sama rata denganmu.”

“Apa kamu puas dengan itu?” Kata Nanase bertanya pada Amasawa.

“Tapi, kontribusi setiap orang berbeda, kan? Baik ujian di pulau tak berpenghuni ataupun ujian khusus lainnya, aku yakin aku bisa berkontribusi lebih banyak dibanding siapapun. Apa kamu bisa mengimbangiku, Nanase-chan?”

“Bagaimana kalau kamu pastikan saja sendiri?”

Nanase menanggapi provokasi itu dengan memprovokasi kembali.

Amasawa mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Housen, lalu dia mengarahkan tangannya ke wajah Nanase secara tiba-tiba. Dia berniat menampar Nanase dengan serangan mendadak.

Namun, Nanase meraih tangannya tanpa panik sedikitpun.

“Kamu benar-benar berani, ya? Mengujiku di tempat seperti ini?”

“Waah. Kamu sangat gesit. Aku suka gadis yang kuat.”

“Kamu sendiri juga tidak seperti gadis biasa.”

“Entahlah. Bagaimana kalau aku coba sekali lagi? Boleh, kan?”

‘Di satu sisi menunjukkan senyuman, di sisi lain menunjukkan wajah tanpa ekspresi.’

(Tl note : ‘ Amasawa tersenyum, Nanase berwajah datar)

Aliran waktu di tempat itu terasa berjalan dengan lambat, seolah mereka sedang menguji kemampuan satu sama lain.

“Aku dan Nanase, lalu kau, kita bertiga akan membentuk kelompok. Kau tidak keberatan, kan?”

“Aku sudah memahami kemampuan Nanase-chan, tapi menurutku hubungan kita masih belum setara.”

“Kenapa kamu berpikir begitu? Apa karena kami berdua berasal dari Kelas D?”

“Aku tidak peduli dengan hal itu. Hanya saja, jumlah poin pribadi yang akan kita dapatkan sama banyak… Kalau kalian ingin bekerja sama denganku, kalian harus membayar ekstra.”

Setelah mengatakan itu, Amasawa mengepalkan tangan kirinya, lalu dia menggesekkan jari jempol dan jari telunjuknya berulang kali, seperti isyarat meminta suap.

“Wajar kan, jika aku menaikkan imbalan yang akan kuterima? Karena orang yang mengajak untuk bekerja sama adalah kalian.”

“Sikap yang sangat arogan. Baik kau maupun Nanase, kalian lebih menakutkan daripada gabungan Yagami dan Takahashi.”

“Apa kamu tidak tahu? Saat ini, wanita lebih kuat.”

“Kalau begitu, aku akan bertanya. Apa lagi yang kau inginkan selain hadiah kelompok?”

“Sudah jelas bukan, menempati peringkat pertama, tapi tidak hanya itu saja.”

Amasawa mengubah posisi tangan kirinya, dia mengangkat jari jempolnya hingga ke lehernya.

Kemudian dia menggesernya dari kiri ke kanan secara perlahan.

“Poin yang didapatkan dari pengusiran Ayanokouji-senpai, semuanya harus menjadi milikku. Itulah syaratku.”

“Hah? Bukankah itu terlalu berlebihan? Aku tidak bisa menyerahkannya begitu saja.”

“Kalau begitu, aku akan menolak tawaranmu. Tapi, apa yang akan kamu lakukan tanpaku? Jika kamu tidak memiliki rekan yang dapat dapat dipercaya selain Nanase-chan, kamu akan mengalami kesulitan dalam ujian khusus ini, kan?”

Seperti yang dikatakan Amasawa sebelumnya, Housen akan mendapat permusuhan dari segala arah.

Selain itu, meski mereka berdua bekerja sama dengan keempat kelas, tidak akan ada siswa lain yang mau membantu kelompok yang egois seperti mereka. Tidak seperti Amasawa.

“Begitu aku bekerja sama dengan Housen-kun, aku akan semakin terisolasi di Kelas A. Bukankah wajar bagiku meminta imbalan yang sesuai atas hal itu?”

Housen dan Amasawa saling memandang.

“Tentu saja aku tidak akan meminta yang lain, asalkkan kamu memberiku hadiah dari pengusirannya. Namun, kehormatan mengeluarkan Ayanokouji-senpai akan tetap jadi milikmu, Housen-kun. Bukankah itu sudah cukup?”

“Kita tidak perlu mendengarkannya. Jika Kelas 1-A mendapat tambahan 20 juta poin pribadi, kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan nantinya…”

“Diamlah, Nanase.”

Housen menolak saran Nanase, dan terus menatap Amasawa.

“Aku akan menyerahkan hadiah itu padamu.”

“Terima kasih. Fakta bahwa kamu bukan pria yang pelit benar-benar membuatku senang.”

Setelah mengatakan itu, Amasawa perlahan berdiri dari kursinya.”

“Mohon kerja samanya.”

Setelah negosiasi berakhir, merasa tidak ada gunanya berlama-lama di tempat ini, Amasawa pergi meninggalkan mereka berdua.

“Apa kamu yakin dengan ini?”

“Ya.”

“Aku mengerti, yang membuat keputusan adalah kamu. Tapi, apa tidak masalah mempercayai Amasawa-san sepenuhnya? Menurutku dia adalah tipe orang yang akan mengkhianati rekannya.”

“Percaya? Jangan seenaknya berasumsi kalau aku mempercayainya. Baik itu kau maupun Amasawa, aku tidak mempercayai kalian berdua.”

“Lalu, kenapa kamu ingin bekerja sama dengannya?”

“Karena dia berbeda dari sampah lainnya. Dia memiliki sisi yang tersembunyi, sama sepertimu.”

“Aku mengerti, mungkin itu benar. Tapi, 20 juta poin sangatlah banyak.”

“Perjanjian lisan tidak ada artinya. Selama aku menjelaskan fakta bahwa aku yang mengeluarkan Ayanokouji, tentu saja aku lah yang akan menerima hadiah itu. Aku tidak peduli meskipun dia menangis padaku tentang kesepakatan lisan ini.”

Housen mengatakan bahwa dia tidak berniat menepati janjinya dari awal.

“Kamu benar-benar orang yang kejam.”

“Ayanokouji, Ryuuen, ataupun yang lain, bajingan-bajingan itu membuatku muak, aku akan menghancurkan mereka semua. Aku tidak tahan terkekang oleh aturan sekolah ini.”

Housen tidak bisa menahan tawanya, dia terlihat sangat senang.

Bagian 2

6 Juli, mendekati liburan musim panas.

Semua anggota grup Ayanokouji, selain Akito yang pergi melakukan aktifitas klub, berkumpul di sekitar tempat dudukku yang dekat dengan pintu masuk kelas. Kami sebelumnya sudah berjanji untuk pergi ke kamar Keisei.

“Ayanokouji-kun, bisa aku bicara denganmu sebentar?”

Saat kami akan meninggalkan kelas, Kushida memanggilku dan bertanya seperti itu.

“Ada apa?”

Belakangan ini, aku jarang melakukan kontak dengan Kushida, jadi interaksi ini sedikit tidak biasa.

Meskipun setiap bulan aku memberinya sejumlah poin pribadi, hubungan kami tidak lebih dari sebuah kontrak. Aku tidak perlu berpikir panjang memberikan poinku padanya, karena poin pribadi yang kuterima setiap bulan cukup konsisten.

“Sebenarnya, ada siswa kelas satu yang ingin bertemu denganmu, Ayanokouji-kun… Tapi sepertinya, sekarang bukan waktu yang tepat ya?”

Kushida menatap Haruka dan anggota grup lainnya dengan wajah bersalah, lalu dia melanjutkan perkataannya.

“Dia minta tolong padaku untuk mengatur pertemuan denganmu. Kurasa, ini akan memakan waktu sekitar satu jam.”

“Mungkinkah junior itu seorang gadis yang ingin menyatakan perasaannya pada Kiyopon?”

“Eh? Ehhh!? Apa itu benar?”

Airi menjadi panik setelah mendengar Haruka yang menebak secara asal-asalan.

“Kalau memang begitu, kita tidak bisa membiarkan mereka berdua bertemu.”

Mereka mengutarakan pikiran mereka secara blak-blakan, dan memutuskan nasibku sesuka hati mereka.

“… Apa memang begitu?”

Bagaimanapun, aku memutuskan untuk mengkonfirmasinya lebih dulu pada Kushida.

“Eh? Ah, itu… junior yang ingin bertemu denganmu adalah laki-laki…. Maaf, ya.”

Dengan menunjukkan wajah yang bersalah, Kushida meminta maaf padaku.

Tidak, kau tidak perlu meminta maaf untuk hal itu.

Meskipun dari awal aku sudah berpikir bukan itu masalahnya, aku merasa sedikit lega.

“Tidak masalah, kan? Sedikit berinteraksi dengan siswa kelas satu? ”

“Benar. Anggota grup kita tidak begitu baik dalam bersosialisasi. Bukan hal yang buruk jika Kiyotaka bisa mengenal siswa kelas satu.”

Setelah mengetahui bahwa junior tersebut adalah laki-laki, kedua belah pihak memintaku untuk menemuinya. Airi merasa lega setelah mendengar bahwa itu bukanlah sebuah pengakuan, dan dia dengan senang hati memintaku untuk pergi. Kalau sudah begini, aku tidak punya lagi alasan untuk menolak.

“Baiklah. Apa yang harus aku lakukan?”

“Terima kasih! Untuk sekarang, aku akan memberitahunya bahwa Ayanokouji-kun mau bertemu dengannya.”

Kushida mengeluarkan ponselnya dan menghubungi siswa tersebut.

“Kalau begitu, kami duluan. Nanti kamu nyusul, ya?”

Setelah mengucapkan salam perpisahan yang singkat, anggota grup Ayanokouji kembali ke asrama.

“Maaf, ya.”

Dia sekali lagi meminta maaf padaku sambil mendekatkan ponsel ke telinganya, sepertinya panggilan itu belum terhubung.

“Ini bukan masalah besar. Mereka juga tidak akan mengeluh karena hal ini.”

Tak lama kemudian, panggilan telepon Kushida terhubung.

“Aa, halo? Ayanokouji-kun bilang dia bisa bertemu denganmu sekarang. Ya, ya. Aa, begitu ya? Kalau begitu kami akan menunggumu di sini.”

Kushida menyelesaikan panggilan itu dalam waktu kurang dari sepuluh detik.

“Sepertinya dia sudah menuju ke sini. Kita tunggu saja, biar nanti kita tidak kesulitan mencarinya.”

Siswa kelas satu yang ingin bertemu denganku berada dalam perjalanan menuju koridor kelas dua.

“Selain itu, Kushida nampaknya semakin akrab dengan siswa kelas satu ya?”

“Eh? Sekarang sudah memasuki bulan Juli, kan? Kupikir itu wajar karena sudah cukup lama waktu berlalu …”

“… Benar juga.”

Aku melihat ke luar melalui jendela koridor, matahari bersinar sangat terang.

Sudah waktunya bagi para jangkrik untuk bernyanyi dan memulai paduan suara.

Sudah lebih dari tiga bulan sejak siswa kelas satu datang ke sekolah ini.

Bagiku yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, itu hanyalah tiga bulan yang sudah berlalu, tapi bagi Kushida, itu sudah lebih dari cukup untuk menjalin hubungan baik dengan junior.

“Ayanokouji-kun sendiri, juga akrab dengan beberapa siswa kelas satu, bukan?”

Bukankah itu sudah jelas? Itulah yang ingin kukatakan, tapi kenyataannya tidak begitu.

“Tidak ada yang bisa aku panggil sebagai teman.”

“Be-Begitu, ya… Yah, tidak perlu buru-buru. Ini baru permulaan.”

Aku akan merasa hampa jika fokus pada hal itu. Memang benar, aku sudah melakukan interaksi dengan beberapa siswa kelas satu. Namun, belum ada satu pun yang akrab denganku.

Percakapan kami terhenti sampai di situ, suasana menjadi canggung.

Ketika aku sedang memikirkan bahan percakapan, siswa kelas satu muncul di koridor.

“Kushida-senpai.”

Siswa itu adalah Yagami Takuya, lulusan dari SMP yang sama dengan Kushida dan Horikita. Kushida tersenyum ketika melihatnya, kedatangan Yagami melenyapkan suasana kami yang canggung.

“Yagami-kun adalah orang yang ingin bertemu denganmu, Ayanokouji-kun.”

“Senang bertemu denganmu, Ayanokouji-senpai. Terima kasih sudah meluangkan waktumu untukku.”

Aku mengingat Yagami, karena sebelumnya dia pernah menyapa Kushida.

“Kalau tidak salah―siswa Kelas 1-B, kan?”

“Ya. Aku Yagami Takuya dari Kelas 1-B.”

‘Aku sudah pernah bertemu dengan Yagami’, tapi kami tidak pernah melakukan percakapan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya kami berbicara, tepat ketika musim panas tiba.

(Tl note : ‘ saat Housen datang ke koridor kelas dua)

Kelihatannya dia sudah menjadi pemimpin Kelas 1-B, tapi seberapa besar pengaruhnya?

Dengan sikap yang ramah dan juga kepribadian yang baik, ditambah dengan kemampuan akademik yang tinggi, dia pasti populer.

“Kita harus cari tempat dulu ya… Bagaimana kalau kita berbicara di kamarku? Aku baru saja mendapatkan teh hitam yang cukup langka. Menyeduhnya memang agak lama, tapi rasanya sangat enak lho!”

Yagami menyarankan untuk pergi ke kamarnya.

Aku sedikit tertarik, karena aku jarang minum teh hitam.

Tapi jika aku mengikutinya, apakah kami akan selesai dalam waktu satu jam? Aku sedikit ragu akan hal itu.

“Ah, maaf Yagami-kun. Sebenarnya, Ayanokouji-kun setelah ini akan bertemu dengan teman-temannya. Jadi kalau bisa, kita harus menyelesaikannya dalam waktu satu jam.”

Kushida yang menyadari bahwa itu akan memakan waktu lama, segera menjelaskan keadaanku pada Yagami.

“Begitu ya, aku mengerti. Kalau begitu, mari kita bicara di kafe Keyaki Mall.”

Meskipun terlihat sedikit kecewa, Yagami menerima situasiku dan menyetujui usulan Kushida.

“Kalau begitu, ayo kita pergi Ayanokouji-kun.”

Aku memutuskan untuk pergi ke kafe Keyaki Mall bersama Kushida dan Yagami.

“Ngomong-ngomong, ujian khusus di pulau tak berpenghuni akan segera dimulai. Kudengar, tahun lalu Kushida-senpai juga melaksanakan ujian khusus yang serupa.”

“Ya. Aku kesulitan saat itu.”

“Maukah senpai memberitahuku tentang ujian itu? Kami kelas satu tidak memiliki pengamalan, jadi setidaknya kami ingin mengumpulkan beberapa informasi.”

“Aku tidak keberatan… Tapi aku tidak tahu apakah ini akan membantu. Aturan ujian kali ini juga sangat berbeda dari tahun lalu.”

“Aku tahu itu. Siswa kelas tiga juga menjalani ujian khusus di pulau tak berpenghuni, dengan aturan yang berbeda darimu, Kushida-senpai.”

“Ooh, jadi siswa kelas tiga juga pernah melakukan ujian khusus di pulau tak berpenghuni ya.”

“Ya. Mereka melakukannya saat mereka masih kelas satu, sama sepertimu. Biasanya siswa sekolah ini hanya satu kali melakukan ujian khusus di pulau tak berpenghuni―Apakah tahun ini pengecualian? Atau ada perubahan?”

Kelihatannya Yagami memiliki lebih banyak informasi daripada kami.

“Apakah senpai penasaran kenapa aku memiliki informasi tentang siswa kelas tiga?”

Yagami berkata begitu kepadaku, yang terus diam mendengarkan.

“Aku telah bergabung dengan OSIS. Ketika aku membicarakan topik itu dengan Ketua OSIS Nagumo, dia dengan senang hati memberitahuku tentang ujian khusus di pulau tak berpenghuni yang dia lakukan 2 tahun sebelumnya. Saat itu, setiap kelas di bagi menjadi 4 kelompok, total 12 kelompok berkompetisi dalam ujian itu.”

Aturan ujian khusus mereka berbeda dari kami.

Meskipun sama-sama melakukan ujian di pulau tak berpenghuni, pada dasarnya setiap angkatan melaksanakan ujian itu dengan aturan yang berbeda.

“Kemungkinan, ada petunjuk tersembunyi dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni kelas dua.”

Bahkan jika aku dan Kushida menyembunyikan kebenarannya dari Yagami, dia pasti akan mendengarnya dari orang lain. Kushida nampaknya akan memberitahu Yagami, yah, kami juga tidak perlu menyembunyikannya.

Dengan sikap yang ramah, Kushida mulai menjelaskan kelangsungan hidup di pulau tak berpenghuni tahun lalu.

Aku hanya diam mendengarkan mereka berbicara dan terus berjalan mengikuti mereka.

Bagian 3

Kami tiba di kafe Keyaki Mall tepat setelah selesai membicarakan tentang ujian bertahan hidup di pulau tak berpenghuni tahun lalu.

Kami sampai di tempat tujuan tanpa kendala, tapi sesampainya di sini, muncul situasi tak terduga.

“Ramai sekali.”

Kafe dipenuhi oleh pengunjung. Bahkan, banyak siswa yang mengantri di dekat pintu masuk.

“Sekarang bagaimana? Haruskah kita pergi melihat ke lantai dua?”

“Tunggu dulu.”

Yagami mengatakan itu sambil memegang ponsel dengan tangan kirinya, lalu dia mulai mengoperasikan sesuatu di ponselnya.

“Aku baru saja memeriksanya dari temanku, sepertinya kafe di lantai dua juga penuh. Meski kita ke sana, kita tetap akan menunggu, jadi bagaimana kalau kita menunggu yang di sini saja?”

Tampaknya, Yagami menghubungi temannya yang juga berada di kafe melalui pesan teks. Dia mengambil keputusan dengan cepat agar waktu kami tidak terbuang sia-sia. Ketika kami berdua menyetujui saran itu, Yagami menyadari seseorang mendekat dari belakang. Dia dengan santai membawa kami menjauh dari tempat antrian, lalu Yagami menulis nama dan jumlah orang pada lembar reservasi kafe, sambil memegang ponsel dengan tangan kirinya. Tulisannya jauh lebih bagus daripada tulisan siswa di kolom atas dalam lembar reservasi tersebut.

“Wah. Tulisanmu sangat bagus, Yagami-kun.”

Setelah melihat tulisan tersebut, tak heran jika Kushida memberikan pujian seperti itu.

Yagami menanggapi pujian itu dengan tersenyum.

Setelah itu, kami bertiga pergi menuju kursi antrian untuk menunggu meja kosong.

“Kakekku pernah bilang padaku, walaupun aku tidak pandai belajar, setidaknya tulisanku harus rapi.”

“Kakekmu?”

“Ya. Kakekku adalah seorang guru kaligrafi.”

“Luar biasa. Tulisanku sama sekali tidak bagus.”

Kushida bersikap rendah hati, tapi seingatku tulisannya tidak terlalu buruk. Aku sudah beberapa kali melihatnya, tulisan Kushida bisa dikatakan cukup bagus. Meskipun tidak sebagus tulisan Yagami, tulisannya sangatlah feminim.

Selain itu, siswa bernama Yagami sepertinya bukan tipe orang yang memamerkan kemampuannya. Meskipun dia bilang tidak pandai belajar, kemampuan akademiknya di OAA saat ini mendapat penilaian A. Siswa berbakat yang populer. Dia sedikit mirip dengan Yousuke.

Setelah beberapa saat, akhirnya ada meja kosong untuk empat orang, lalu kami meminta pesanan masing-masing dan duduk di meja itu.

“Mungkin senpai berpikir, kenapa baru sekarang aku menghubungimu. Sebenarnya―ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Ayanokouji-senpai. Ujian khusus yang hanya diketahui oleh beberapa siswa kelas satu, senpai sudah tahu itu, kan?”

Kushida kehereanan mendengar cerita Yagami, kelihatannya dia belum mengetahuinya. Ujian khusus terbatas, dimana siswa yang mengeluarkanku akan menerima hadiah 20 juta poin pribadi. Dari cara Yagami mengatakannya, dia sepertinya mengetahui fakta itu secara langsung, bukan hanya dari rumor belaka. Untuk berjaga-jaga, aku memutuskan untuk mendengar lebih lanjut dan memastikan pendapatnya.

Aku menunggu Yagami melanjutkan perkataannya, tanpa penegasan ataupun penyangkalan. Yagami menganggukkan kepalanya, dia sepertinya memahami maksudku.

“Aku menerima ujian ini pada bulan April lalu. Tapi aku memutuskan untuk tidak berpartisipasi, karena aku tidak tertarik menerima bayaran dari mengeluarkan seseorang.”

Memang benar, Yagami tidak melakukan apapun terhadapku. Jika dia tertarik dengan hadiah itu, dia akan memperhatikanku. Tapi sampai sekarang, dia tidak mengusikku sama sekali.

“Kenapa baru sekarang kau memberitahuku?”

“Aku dengar Housen-kun telah gagal dalam percobaan pertamanya. Karena itu juga, tangan kiri Ayanokouji-senpai sampai terluka. Aku tidak akan terkejut jika dia melakukan sesuatu yang tidak manusiawi, tapi ini jauh melebihi perkiraanku.”

“Yah, aku tidak akan menyangkalnya.”

Kushida bergantian melihatku dan Yagami, dia mencoba untuk memahami pembicaraan kami. Kalau ini terus berlanjut, kemungkinan besar Yagami akan mengungkapkan kebenarannya.

“Dan ada satu lagi… alasanku memberitahu hal ini padamu.”

Tapi Yagami tidak segera mengungkapkannya, nampaknya dia memiliki alasan lain.

“Demi melindungi siswa kelas satu, aku bersedia menjadi pengamat. Namun, jika Ayanokouji-senpai tidak melakukan apa-apa… situasi terburuknya, kemungkinan besar teman sekelasmu juga akan terlibat, seperti Kushida-senpai. Karena itulah aku memintanya untuk mengatur pertemuan ini, agar aku dapat memberitahumu semua yang aku ketahui.”

Kushida yang telah mendengarkan sejauh ini, mengangkat tangan kirinya dengan wajah kebingungan.

“Umm, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan…”

“Apa aku boleh melanjutkannya?”

“Aku tidak punya hak untuk menghentikanmu.”

Yagami meminta izin dariku, karena Kushida terlihat sangat khawatir.

Bahkan jika aku menghentikannya sekarang, Yagami akan memberitahu Kushida di saat aku tidak ada.

“Kalau begitu, aku akan memulainya dari awal agar Ayanokouji-senpai juga memahami situasinya secara menyeluruh. Semuanya berawal dari saat Ketua OSIS Nagumo memanggilku. Dia memberi instruksi kepada perwakilan setiap kelas satu untuk berkumpul di ruang OSIS secara diam-diam. Sebenarnya, kami dipanggil ke sana ketika baru masuk sekolah ini.”

Aku mendapat kata kunci [OSIS] dari Yagami.

“Siswa yang berkumpul di tempat itu totalnya 6 orang. Perwakilan dari Kelas A adalah Takahashi Osamu-kun dan Ishigami Kyou-kun, Kelas B aku, Kelas C Utomiya Riku-kun, lalu dari Kelas D adalah Housen Kazuomi-kun dan Nanase Tsubasa-san.”

Jika apa yang dikatakan Yagami benar, ini adalah informasi yang sangat berharga. Itu berarti dua siswa Kelas 1-C yang melakukan percakapan denganku bukanlah sebuah kebetulan. Tapi yang membuatku kepikiran adalah.. nama Amasawa tidak disebutkan.

“Isi ujian khususnya adalah mengeluarkan seorang siswa kelas dua, yaitu Ayanokouji-senpai.”

“Eh!? Mengeluarkan.. Ayanokouji-kun…?”

Dilihat dari ekspresi Kushida, sepertinya dia benar-benar tidak mengetahui hal ini sebelumnya.

Yagami menanggapi Kushida yang terkejut dengan anggukan ringan, lalu dia melanjutkan perkataannya.

“Batas waktunya sampai awal semester dua, kami diperbolehkan menggunakan cara apapun. Selain itu, kami dilarang memberitahu ujian khusus ini kepada siapapun. Namun supaya adil, aku dan Utomiya-kun diizinkan untuk memberitahukannya pada satu orang siswa dari kelas kami masing-masing, karena perwakilan dari kelasku dan kelas Utomiya-kun hanya kami satu orang, tapi aku tidak memberitahukan hal ini pada siapapun. Kalau Utomiya-kun mungkin sudah memberitahu satu orang teman sekelasnya.”

Itu berarti, 6 atau 7 siswa kelas satu tahu tentang ujian khusus ini.

“Ketua OSIS Nagumo bilang pada kami bahwa dia akan memberikan 20 juta poin kepada siswa yang berhasil mengeluarkan Ayanokouji-senpai.”

“I-Itu poin yang sangat banyak… Apa hal semacam itu diperbolehkan?”

Siapapun itu, mereka akan terkejut mendengar isi ujian itu. Yang membuatku bertanya-tanya adalah, seberapa jauh aku bisa mempercayai Yagami? Tapi dia sepertinya tidak berbohong. Namun, jika dia terbukti berbohong, hubungan kami kedepannya akan berakhir. Jika Kelas 2-D menderita kerugian yang besar, itu juga akan berpengaruh pada Kushida.

“Tak heran jika Kushida-senpai terkejut. Pada bulan April lalu, kami tidak tahu apapun tentang sekolah ini, tapi sekarang kami sudah mulai memahaminya sedikit-sedikit. Ujian khusus itu tidak biasa. Itu sebabnya aku ingin bertemu dengan Ayanokouji-senpai untuk memberitahukannya.”

Yagami mendekatkan cangkir ke mulutnya, seolah penjelasannya telah selesai.

Mengetahui 20 juta poin berkaitan dengan pengusiranku, Kushida mengajukan pertanyaan pada Yagami.

“Bukankah agak aneh kalau Ketua OSIS sendiri yang mengadakan ujian khusus…?”

“Ya, aku setuju denganmu. Saat itu aku juga merasa ada yang janggal. Dia memang menyebutnya ujian khusus, tapi akan lebih mudah dipahami jika menganggap itu

sebagai tantangan yang dibuat sendiri oleh Ketua OSIS Nagumo untuk siswa kelas satu.”

Kemungkinan Nagumo terlibat dalam hal ini cukup besar. Horikita juga berniat untuk menyelidikinya. Namun, ketika aku berpikir keterlibatannya tidak akan terungkap dengan mudah, seseorang membocorkannya secara tak terduga.

“Ke-Kenapa Ayanokouji-kun ditargetkan? Apa ada lagi selain dia?”

“Setahuku, hanya Ayanokouji-senpai saja. Menurutku tidak ada alasan khusus Ayanokouji-senpai terpilih. Ketua OSIS Nagumo mengatakan bahwa siswa tersebut dipilih secara acak dari kelas dua. Dengan kata lain, 1/157.”

Bagi Yagami yang tidak mengetahui hubunganku dengan Nagumo, ini bukanlah sesuatu yang bisa dia pahami.

Dia bahkan tidak meragukan pemilihan acak tersebut. Memang benar, peluangku untuk dipilih secara acak bukanlah nol, tapi jika menilai situasinya, kemungkinanku untuk terpilih sangatlah kecil.

Selain itu, apakah Nagumo rela menghabiskan 20 juta poin hanya untuk mengeluarkanku? Sejak aku bertemu dengannya sampai sekarang, aku tidak pernah berpikir dia akan bertindak sejauh ini. Tidak, dia akan bertindak begitu selesai membuat keputusan, tapi penilaiannya terhadapku seharusnya tidak setinggi itu.

“Bahkan jika Ketua OSIS sendiri yang mengadakan ujian itu, bagaimana mungkin dia menyiapkan 20 juta poin?”

Aku sengaja mengatakan itu agar Yagami memikirkan kemungkinan lain yang tersembunyi.

“Ya, benar. Mungkin kata-kataku ini kedengarannya agak kurang sopan… Tapi, bisa jadi itu hanyalah kebohongan atau lelucon saja, bukan? Aku tidak percaya dia mau menyiapkan 20 juta poin untuk ujian seperti itu.”

Bahkan Kushida juga berpikir bahwa 20 juta poin itu adalah jumlah yang sangat banyak.

Meskipun Ketua OSIS yang menyiapkannya, aku masih akan meragukannya.

“Memang benar itu poin yang sangat banyak. Sekarang aku sudah tahu betapa sulitnya untuk mendapatkan poin pribadi sebanyak itu. Namun, saat itu kami baru masuk sekolah, jadi kami lebih mempercayainya daripada siswa lain, karena dia adalah siswa kelas tiga sekaligus Ketua OSIS, dan dia juga siswa Kelas A. Di atas segalanya, aku berpikir naif bahwa dia bisa mengumpulkan poin sebanyak itu dengan mudah.”

Meskipun poin yang diterima siswa baru tahun ini menurun, poin yang mereka terima masih terbilang cukup banyak, yaitu 80.000 poin pribadi. Setiap bulannya mereka akan menerima poin itu. Menempati asrama yang bagus dan bersih, tersedia berbagai fasilitas seperti Keyaki Mall untuk kebutuhan sehari-hari. Bagaikan surga yang terpencil. Tahun lalu, kami juga merasakannya untuk waktu yang singkat.

“Tapi faktanya dia memang memiliki 20 juta poin, aku sudah memastikannya sendiri.”

Tidak mengherankan jika Nagumo memiliki poin sebanyak itu.

“Tapi, bukankah kita biasanya akan merasa enggan berpartisipasi dalam ujian khusus yang tidak diakui dari sekolah secara resmi?”

“Selain konten ujian yang tidak menyenangkan itu, yang lainnya tidak ada masalah. Kurasa semua siswa selain aku menyambut ujian tersebut. Mereka menganggapnya sebagai ujian resmi.”

“Aku belum pernah dengar sebelumnya, Ketua OSIS mengadakan ujian khusus.”

“Tidak. Kami berpartisipasi bukan karena mempercayai Ketua OSIS.”

“Eh…?”

“Ketika Ketua OSIS mengumumkan ujian itu, Direktur Sekolah juga ada di sana.”

Keberadaan Tsukishiro, yang berkaitan erat dengan hal itu, merupakan sumber masalahnya.

Dengan ini bisa dipastikan bahwa Tsukishiro dan Nagumo adalah orang yang berada di balik hadiah 20 juta poin.

“Dalam situasi itu, wajar jika kami menerimanya sebagai ujian khusus, bukan?”

“Jika Direktur sendiri yang hadir… Yah, itu benar.”

Ujian khusus untuk mengeluarkan seorang siswa. Mendengarnya saja akan membuat siswa curiga. Tapi, kehadiran Direktur melenyapkan semua kecurigaan.

“Hanya itu informasi yang kumiliki tentang masalah ini.”

“Aku berterima kasih kau mau memberitahukannya padaku, tapi kau mungkin akan berada dalam bahaya.”

Apa yang disampaikan Yagami ini tidak akan ada manfaatnya untuknya.

“Yagami-kun. Apa kamu akan baik-baik saja? Jika pembicaraan kita ini terbongkar…”

“Tidak apa-apa, Kushida-senpai. Aku tidak dengar ada hukuman untuk siswa yang membicarakan hal ini pada orang lain.”

Yagami tersenyum tanpa merasa khawatir.

“Aku juga sudah siap dibenci oleh siswa kelas satu lainnya. Cepat atau lambat kami akan saling berkompetisi.”

Kelihatannya dia sudah membulatkan tekad. Yagami Takuya dari Kelas 1-B, tampaknya dia adalah orang yang bertempur dengan menggunakan taktik bertahan, tapi tergantung situasinya, dia akan menyerang lebih dulu sebagai bentuk dari pertahanan diri.

Namun, saat ini masih belum diketahui seberapa jauh Yagami memahami situasi.

Di sudut kafe, ada seorang siswa perempuan yang telah melihat kami sepanjang waktu. Yagami mungkin tidak menyadarinya, karena siswa itu berada tepat di belakangnya.

Siswa itu adalah Tsubaki Sakurako dari Kelas 1-C.

Tak lama setelah kami memulai pembicaraan, dia muncul di kafe dan berhasil mengamankan tempat terbaik untuk mengawasi kami.

Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel.

Apa tujuannya aku …? Atau Yagami? Apapun itu, sekarang Tsubaki tahu kalau aku telah melakukan kontak dengan Yagami. Entah kebetulan ataupun disengaja, ini bukan situasi yang menguntungkan bagi Yagami. Apalagi jika ada teman sekelas Tsubaki yang membantu pengawasan. Di pekarangan sekolah yang terbatas ini, sulit untuk lepas dari pengawasan. Tapi ini juga merupakan bukti bahwa pertempuran antara siswa kelas satu sedang berlangsung.

“Berhati-hatilah, Ayanokouji-senpai. Ada kemungkinan siswa lain juga membocorkan ujian ini, sama seperti aku sekarang.”

“Kalau begitu, menurutmu siapa yang harus aku waspadai?”

“Benar juga. Menurutku, orang yang harus senpai waspadai adalah Housen-kun dari Kelas 1-D. Dia adalah lawan merepotkan yang tidak peduli dengan peraturan, dia akan menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.”

Bahkan siswa kelas satu pun, juga mengakui bahwa Housen adalah keberadaan yang sangat berbahaya.

“Tapi jika aku harus memilih satu orang, itu adalah―”

Yagami agak ragu meneruskan perkataannya.

“Lupakan saja. Lebih baik kita berhenti sampai di sini.”

“Kenapa? Apa kamu tidak ingin mengatakannya karena ada aku di sini?.”

Yagami tersenyum pahit dan berkata..

“Aku rasa ini bukan sesuatu yang bisa aku katakan padamu, senpai. Jika aku menyebutkan nama-nama yang harus diwaspadai, senpai pasti akan menandai mereka. Kupikir penting bagi senpai untuk mengetahuinya, tapi di sisi lain aku merasa itu tidak adil bagi mereka, meski aku sudah menyebut nama Housen-kun.”

Memang benar, jika dia menyebutkan nama-nama siswa yang harus diwaspadai, aku dan Kushida akan mengambil tindakan pencegahan.

Kami juga akan memperingatkan teman sekelas kami untuk bersiap akan hal itu.

“Selain itu, aku masih belum yakin sepenuhnya. Aku hanya memperkirakannya saja.”

Bahkan untuk para saingannya, Yagami tetap bersikap adil.

“Aku akan menyelidikinya di ujian khusus yang akan datang. Begitu aku yakin dia adalah ancaman, aku akan memberitahumu saat itu juga, Ayanokouji-senpai.”

Yagami ingin memastikannya lebih dulu sebelum memberitahukannya padaku.

“Hati-hati, Yagami-kun.”

“Baik. Dan… setelah ujian di pulau tak berpenghuni selesai, bisakah kita bertemu, Kushida-senpai? Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

“Y-Ya… Baiklah, kira-kira itu apa ya…?”

Kushida setuju meskipun merasa keberatan, entah kenapa, aku bisa menebak pemikirannya itu.

Cara Yagami memandang Kushida berbeda dari orang biasa yang memandang senior mereka.

“Bagaimanapun, informasimu sangat membantu Yagami. Terima kasih.”

“Tidak, tidak. Malahan aku merasa bersalah kalau Ayanokouji-senpai sendiri yang harus menanggung beban ini.”

“Izinkan juga aku berterima kasih padamu, Yagami-kun. Terima kasih banyak.”

“Senpai berkata begitu saja sudah membuatku senang. Jika Ayanokouji-senpai dikeluarkan dari sekolah, itu akan berdampak buruk pada kelasmu. Aku benar-benar ingin Kushida-senpai lulus dari Kelas A.”

Tidak banyak siswa kelas satu yang melakukan percakapan selama ini denganku.

Dilihat dari perilakunya, Yagami terlihat seperti kebanyakan siswa berprestasi.

Aku sering memikirkan tentang siswa dari White Room, dan setelah bertemu dengan beberapa siswa, dia adalah siswa yang bersikap paling biasa dari siswa kelas satu lainnya. Dia tidak pernah meminta sesuatu yang khusus padaku.

Sebaliknya, dia dengan senang hati memberiku informasi yang berharga.

Tentu saja, itu tidak menutup kemungkinan dia berasal dari White Room. Aku tidak berpikir dia adalah siswa White Room, tapi kalau dia memang berasal dari situ, dia adalah lawan yang tidak ingin kuhadapi.

Aku ragu orang yang dibesarkan di fasilitas itu bisa bersikap seperti ini dalam waktu singkat.

Bagaimanapun, untuk saat ini aku akan memanfaatkan informasi yang kuterima dari Yagami.

“Pengunjungnya semakin ramai. Aku duluan senpai.”

“Apa kau ada keperluan?”

“Tidak ada. Hanya saja, aku tidak ingin dilihat oleh siswa kelas satu lainnya.”

Itu benar, tapi sayangnya sudah terlambat.

Di saat Yagami akan pergi, sekali lagi aku berterima kasih padanya.”

Setelah itu, aku tinggal berdua dengan Kushida di tempat ini.

“Kau memiliki junior yang baik, Kushida.”

“Ya. Tapi… Itu tidak ada gunanya bagiku. Aku tidak berharap situasinya akan jadi seperti ini.”

Setelah mengatakan itu, Kushida menyeka bagian tepi cangkirnya dengan jari telunjuknya.

Meski tidak berkata apapun, aku tahu apa yang Kushida pikirkan.

Jika mereka berasal dari SMP yang sama, Yagami pasti mengetahui masa lalu Kushida.

“Yagami-kun, juga tahu tentang hal itu.”

Kushida memberitahuku sesuatu yang sedang kupikirkan.

“Apa tidak masalah memberitahuku?”

“Mau kamu tahu atau tidak, itu tidak ada bedanya.”

“Itu berarti―”

“Aku akan menyingkirkan Yagami-kun secepat mungkin.”

Kushida memancarkan tekad yang kuat dari matanya.

Dia terlihat bersikap ramah pada Yagami, tapi faktanya, dia masih menganggap Yagami sebagai musuh.

Sepertinya dia tidak akan pernah berpikir positif pada orang yang mengetahui masa lalunya.

“Mengeluarkan junior jauh lebih sulit daripada mengeluarkan aku dan Horikita loh.”

“Itu tergantung metodenya.”

Dia seolah-olah sudah menyusun rencana.

“Semakin kamu menunjukkan keunggulanmu, semakin membosankannya dirimu. Ayanokouji-kun dan Horikita-san bukanlah pengecualian.”

“Bukankah kita sudah setuju untuk melakukan gencatan senjata?”

“Aku setuju hanya untuk sekarang saja.”

Dari awal aku tidak pernah lengah sekalipun saat berhadapan dengannya, tapi Kushida tampaknya akan melawanku dengan segala cara.

“Tapi karena aku selalu kalah darimu, [untuk sekarang] aku akan diam.”

Setelah itu, dia mendorong kursinya ke belakang, dan bersiap-siap untuk pergi.

“Sampai jumpa, Ayanokouji-kun.”

“Ya.”

Tidak ada alasan bagiku untuk memintanya tinggal di sini, jadi aku hanya melihatnya pergi meninggalkanku.

Di pertemuan ini aku jadi tersadar kembali bahwa Kushida merencanakan sesuatu yang buruk di balik sikapnya yang ramah itu.

Bagian 4

Setelah berpisah dengan Kushida dan Yagami, aku mampir ke toserba dalam perjalanan kembali ke asrama.

Aku ingin membawakan sesuatu untuk Keisei dan yang lain.

Selain itu, aku juga ingin memberi kesempatan pada orang yang mengikutiku untuk melakukan kontak denganku.

Aku memutuskan untuk membeli makanan ringan dan minuman kaleng.

“Umm…”

Saat aku sedang membayar di kasir, orang itu bergumam padaku.

Dia adalah siswa perempuan dari Kelas 1-C. Dia hanya membeli permen lolipop, mungkin itu hanya kedoknya saja untuk mendekatiku.

” Tsubaki, ya. Apa ada yang bisa kubantu?”

Aku bertanya begitu tanpa menyebutkan keberadaannya di kafe tadi.

“Aku ingin membicarakan sesuatu. Maukah senpai menungguku di luar?”

Tsubaki membayar permen lolipopnya dengan wajah datar.

Memang benar, tidak mungkin kami akan berbicara di depan kasir, aku memutuskan untuk menunggu di luar toserba.

Aku sudah cukup lama menunggu, tapi dia tidak juga muncul. Aku pun berbalik dan melihat ke dalam, dia terlihat sedang menelepon dengan seseorang.

Membuat orang lain menunggu seperti ini, dia cukup berani.

“Maaf membuatmu menunggu.”

Tsubaki melepas bungkus permen dengan jari tangannya yang ramping.

Lalu dia berjalan menuju asrama.

“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?”

“Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Ayanokouji-senpai.”

Kira-kira apa itu?

Kupikir Tsubaki akan segera mengatakannya, tapi nyatanya dia hanya menjilat permen lolipopnya dan tidak mengatakan apapun.

Alih-alih tertarik padaku, dia seperti mengharapkan kedatangan seseorang.

“Utomiya, kah?”

Saat aku menyebutkan nama siswa yang terlintas di benakku, Tsubaki berhenti menjilati permennya.

“Sepertinya tebakanku benar.”

“Dia bilang dia akan segera datang.”

Sepertinya orang yang dia telepon saat di kafe tadi adalah Utomiya, teman sekelasnya.

Tak lama kemudian, seperti yang dikatakan Tsubaki, Utomiya muncul di sini.

Setelah melihatku, Utomiya mengangguk sedikit.

“Maafkan aku. Mengajak bicara seperti ini.”

“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”

Apakah tentang Yagami, atau ujian khusus?

“Housen Kazuomi.”

Nama siswa yang tak terduga keluar dari mulutnya.

“Ayanokouji-senpai berpasangan dengan Housen dalam ujian khusus pada bulan April lalu, kan?”

Saat itu, Tsubaki sedang mencari siswa kelas dua untuk menjadi pasangan ujian.

Dia memintaku untuk jadi pasangannya, tapi aku menolak.

“Aku tidak menyangka senpai akan berpasangan dengan Housen.”

“Apa itu aneh?”

“Senpai harusnya sudah tahu bahwa Kelas 1-D tidak mau bekerja sama dengan siapapun. Bahkan dalam ujian ini, mereka berniat membuat kami menunggu sampai akhir.”

Semua siswa mengerti, tidak ada untungnya mengisolasi diri dari kelas lain dalam ujian ini.

Namun, Housen nampaknya tidak merasa terganggu dengan fakta tersebut dan tetap mempertahankan sikapnya yang keras kepala.

“Lalu?”

“Kami ingin menyerang Housen dalam ujian di pulau tak berpenghuni.”

Utomiya yang awalnya berbicara dengan sopan, kini berbicara dengan nada yang agak tinggi dan merapatkan bibirnya dengan erat.

“Tapi kita belum mengetahui secara spesifik isi ujian dan aturannya.”

“Yah… itu benar, tidak ada jaminan kita boleh menyerang atau menyergap kelompok lain. Tapi, kita sudah dipastikan akan bersaing satu sama lain, jadi kita bisa merancang strategi sebelum ujian dimulai.”

Itu bisa dibilang benar.

Kelompok-kelompok sudah dipastikan akan bersaing satu sama lain.

“Saat ini, Housen tidak memiliki banyak poin pribadi. Dengan kata lain, jika kita membuatnya mundur dari ujian, meskipun hukuman untuk siswa kelas satu telah diringankan, Housen tidak akan mampu membayar sanksinya.”

Jika itu terjadi, Housen Kazuomi akan dikeluarkan dari sekolah.

“Apa kau ingin mengeluarkan Housen dari sekolah?”

“Ya, itu benar.”

Meskipun lupa menggunakan kata kehormatan, Utomiya menjawab tanpa ragu-ragu.

“Bisa kau beritahu aku alasannya?”

“Seorang siswa Kelas 1-C bernama Hatano dikeluarkan dari sekolah. Aku berpikir Housen terlibat dalam hal itu.”

Utomiya mengatakannya secara terang-terangan, kurasa dia sudah mengumpulkan beberapa bukti.

“Jadi ini adalah balas dendam ya?”

“Tentu saja, tidak mungkin aku tidak membencinya. Tapi, yang paling penting bagiku sekarang adalah mencegah teman sekelasku dikeluarkan lagi.”

“Ya. Gara-gara itu, kami kehilangan 100 poin kelas.”

Tsubaki mengemut permennya dan mengatakan itu dengan wajah datar.

“Sekarang aku mengerti alasannya, tapi.. apa hubungannya denganku?”

“Housen belum pernah bekerja sama dengan siapapun. Tapi, dia pernah bekerja sama denganmu, Ayanokouji-senpai.”

Jadi dia berpikir itu adalah kelemahan Housen.

Dilihat dari sikap Utomiya, sepertinya dia benar-benar ingin mengeluarkan Housen.

Tsubaki tidak terlihat begitu, tapi sepertinya dia akan membantu Utomiya.

Kalau tidak, dia tidak akan mempertemukanku dengan Utomiya.

“Tolong bantu aku.”

“Aku tidak bisa menjawab [iya] sebelum mengetahui isi ujian ini.”

“Kalau begitu, bisakah senpai mengingat hal ini? Misalkan senpai mengalahkan Housen dan membuatnya keluar dari sekolah… Pada saat itu juga aku akan memberimu hadiah yang sesuai.”

Tampaknya mereka akan memberikan imbalan jika aku ikut bekerja sama, tapi ada banyak bagian yang tidak meyakinkan.

“Tidakkah terpikir olehmu bahwa aku adalah rekan Housen? Kami berdua pernah bekerja sama, jadi masuk akal kalau kau berasumsi bahwa aku dan Housen memiliki hubungan semacam itu. Apakah menurutmu aku tidak akan memberitahu Housen apa yang kau katakan sekarang ini?”

Bagaimanapun, dia mengungkapkan rencananya dengan sembrono dan kurang berhati-hati.

“Soal itu…”

Untuk pertama kalinya, Utomiya mengalihkan pandangannya ke arah Tsubaki.

Aku juga mengalihkan pandanganku ke arah Tsubaki.

Melihat lolipopnya yang semakin mengecil, Tsubaki menunjukkan wajah kecewa.

Dia terus melihat permennya. Apakah dia tidak sadar kalau kami berdua sedang menatapnya?

Setelah beberapa saat, dia mulai bicara.

“Bukankah tangan kiri senpai terluka setelah bertarung dengan Housen-kun?”

Dia mengatakan itu sambil menjilati permen lolipop dengan bagian atas lidahnya.

“Kenapa kau berpikir begitu?”

“Kami juga menargetkan hadiah 20 juta poin.”

Tsubaki mengakuinya tanpa ragu sedikitpun.

“Jadi begitu. Kalian juga berpartisipasi dalam ujian itu, ya? Karena itu kalian mendekatiku sebelumnya, dengan berpura-pura mencari pasangan.”

Aku sudah dengar informasi itu dari Yagami, tapi aku pura-pura tidak tahu dan menjawab begitu.

Di sisi lain, Tsubaki juga tidak menyebutkan pertemuanku dengan Yagami.

“Ya, itu benar.”

“Tapi, meskipun aku berpasangan dengan Tsubaki, tidak ada cara untuk memaksaku keluar dari sekolah.”

Aku bisa saja dikeluarkan jika Tsubaki menyerah dalam ujian, tapi kalau itu terjadi, Tsubaki juga akan dikeluarkan dari sekolah.

“Kami tidak bisa menjawabnya.”

Sejauh ini, aku berpikir Utomiya lah orang yang memikirkan ide di antara mereka berdua.

Tapi setelah melihat situasinya, sepertinya tidak begitu.

“Kami minta maaf atas hal itu. Tapi kami sudah menyerah dengan hadiah 20 juta itu.”

“Kenapa?”

“Jika kami membuatmu keluar dari sekolah, berita itu akan segera menyebar ke seluruh siswa. Dan kami akan mendapat permusuhan dari Kelas 2-D. Wajar bagi mereka untuk membenci orang yang telah mengeluarkan teman sekelas mereka.”

Utomiya baru menyadarinya, setelah teman sekelasnya yang bernama Hatano dikeluarkan dari sekolah akibat perbuatan Housen.

“Kalau begitu, bukankah itu sama saja jika Housen dikeluarkan?”

“Tidak, itu berbeda. Siswa Kelas 1-D takut pada Housen. Malahan, kurasa banyak teman sekelasnya yang berharap dia keluar dari sekolah.”

Jika kau tidak khawatir akan dibenci orang lain, kau bebas melakukan apa pun yang kau mau.

“Pokoknya, kuharap senpai mengingat ini. Kami hanya ingin mengeluarkan Housen dari sekolah.”

Setelah menekankan bagian itu sekali lagi, Utomiya dan Tsubaki pergi dan berjalan menuju asrama kelas satu.

Meskipun sudah dua kali berbicara dengan mereka, aku masih belum tahu apa-apa tentang Kelas 1-C.

Dan juga masih belum jelas apakah ini berhubungan dengan siswa dari White Room.

Untuk saat ini, aku akan tetap waspada dan mengamati pergerakan Housen

Bagian 5

Horikita telah bergabung dengan OSIS, tapi sejak saat itu aku belum mendengar satupun informasi baru darinya.

Mengesampingkan pemikiran pribadi Nagumo, OSIS beroperasi dengan lancar.

Satu minggu sebelum pembentukan kelompok kecil berakhir, hal yang tak terduga terjadi.

Semuanya berawal saat Wakil Ketua OSIS Kiriyama memanggilku.

Kiriyama telah berusaha menghentikan Nagumo dengan mendukung Horikita Manabu, Ketua OSIS yang lulus tahun lalu, tapi rencananya tidak berjalan lancar dan sekarang waktunya sudah hampir habis.

Kemungkinan Kiriyama sudah menyerah akan hal itu.

Begitulah pikirku, tapi tak kusangka dia akan meminta untuk bertemu.

Meskipun dugaanku itu benar, mengapa dia memanggilku di siang hari?

Kalau dia ingin merahasiakannya dari Nagumo, dia bisa memilih untuk bertemu tengah malam atau dini hari.

Jika dia tidak ingin dicurigai, dia harusnya bertindak begitu.

Tapi, aku tidak menolak dan menyetujui permintaannya.

Sepulang sekolah, aku menuju Keyaki Mall dan bertemu dengan Kiriyama.

“Kau datang ya.”

“Ada perlu apa Wakil Ketua OSIS denganku?”

“Jangan terburu-buru, ini akan memakan waktu cukup lama.”

Dengan berkata begitu, Kiriyama menuntunku dan aku pun mengikutinya.

“Ujian di pulau tak berpenghuni berskala besar akan segera dimulai, apa kau sudah mempersiapkan diri untuk itu?”

Kupikir dia akan membicarakan tentang OSIS, tapi ternyata dia membahas tentang ujian khusus.

“Aku telah mengerahkan semua yang aku bisa. Bagaimana denganmu, Wakil Ketua OSIS Kiriyama?”

“Aku telah membentuk kelompok beranggotakan 3 orang tanpa siswa Kelas A.”

Berarti, dia ingin mengurangi jarak dengan Kelas A dan menghadapi pertempuran yang sulit.

Di kelas tiga, perbedaan poin kelas antara Kelas A dan kelas lain jauh lebih besar daripada di kelas dua. Jika ada kemungkinan yang tersisa untuk membalikkan keadaan tersebut, mereka harus mendapatkan peringkat teratas dalam ujian ini.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Jika kami Kelas 3-B ingin mencapai Kelas A, kami harus mendapatkan peringkat pertama dengan kelompok yang hanya berisikan siswa dari kelas kami. Tidak hanya itu, kami harus menang telak di ujian-ujian khusus berikutnya. Namun, itu tidak realistis sama sekali.”

Jika keajaiban itu bisa terjadi dengan mudah, keadaan mereka tidak akan seperti sekarang ini.

“Aku ingin melawan Nagumo secara pribadi dalam ujian khusus ini.”

“Pertarungan pribadi, ya.”

“Sudah lama sekali sejak kami dikalahkan oleh Nagumo dan jatuh ke Kelas B. Setelah itu, Nagumo menjadi ketua OSIS dan mengendalikan seluruh kelas tiga, dan pada akhirnya seluruh sekolah. Dapat dikatakan bahwa saat ini posisi kelas telah ditentukan.”

“Ya. Aku juga berpikir begitu.”

Mayoritas siswa kelas tiga mengikuti Nagumo karena mereka sudah menyerah untuk mencapai Kelas A dengan cara mereka sendiri.

“Tapi aku pribadi tidak berpikir kalau aku lebih lemah dari Nagumo.”

Siswa Kelas 3-B, Kiriyama, mendapat evaluasi yang tinggi di OAA. Nilai keseluruhannya di atas B +. Tak heran kalau dia percaya diri dengan kemampuannya.

Namun, kemampuan keseluruhan Nagumo lebih tinggi darinya. Bisa dibilang sikap arogan Nagumo sepadan dengan kemampuannya.

Tapi, OAA bukanlah segalanya. Ada beberapa siswa yang tidak menunjukkan semua kemampuan mereka, ada pula yang memiliki bakat unik yang sulit untuk ditampilkan secara numerik dalam OAA.

Jika Kiriyama berpikir bisa mengalahkan Nagumo dalam pertarungan satu lawan satu, kemungkinan dia memiliki peluang untuk menang.

“Siswa dapat membentuk kelompok besar hingga 6 orang, tidak peduli dari kelas manapun. Kemampuan untuk memperhatikan siswa berbakat dan merekrut mereka sangat dibutuhkan untuk meraih kemenangan—Dalam aspek itu, kurasa aku tidak akan kalah dari Nagumo.”

Ujian khusus dengan dua sisi yang memungkinkanmu untuk bertarung dengan siswa seangkatan, atau siswa di luar angkatan.

Ujian di pulau tak berpenghuni ini merupakan salah satu peluang yang tersisa bagi Kiriyama.

“Aku sudah mengerti alur pembicaraan ini. Tapi, bukankah kau tidak perlu memberitahukan hal ini kepadaku?”

Menurutku tidak ada gunanya dia memberitahukan hal ini kepadaku.

“Aku tidak ingin kau menghalangi jalanku.”

“Aku tidak tertarik dengan pertarunganmu dan Ketua OSIS di pulau tak berpenghuni.”

“Aku tahu itu. Yang kumaksud adalah, aku tidak ingin mendapat gangguan dari luar.”

“Gangguan dari luar?”

“Aku mengacu pada Horikita Suzune, yang baru saja bergabung dengan OSIS.”

“Jadi begitu. Sepertinya dia diperlakukan sebagai pengganggu, tapi setidaknya aku akan memberitahumu bahwa aku mengirim Horikita Suzune ke dalam OSIS atas keinginan kakaknya, mantan ketua OSIS.”

Kiriyama mungkin tidak peduli lagi dengan hal ini.

Aku memutuskan untuk mengkonfirmasinya secara langsung.

“Itu sudah tidak ada artinya. Masa jabatan Nagumo sebagai ketua OSIS hanya tersisa beberapa bulan lagi. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan sekarang adalah

menyelesaikan perselisihan pribadi dengannya, bukan menjatuhkannya dari kursi Ketua OSIS.”

“Jika itu yang diinginkan oleh Wakil Ketua OSIS Kiriyama, tidak masalah.”

Tak heran jika dia ingin melakukan pertarungan pribadi.

Yang membuatku bertanya-tanya adalah, apa hubungannya denganku?

“Kau mengirim adik Horikita-senpai ke dalam OSIS agar dapat memantau Nagumo, kan?”

“Bohong jika aku bilang tidak, tapi sebagian besar karena alasan lain. Seperti yang Horikita katakan di depan Ketua OSIS Nagumo, dia ingin mengikuti jejak kakaknya.”

“Itu berarti, dia tidak akan menghalangi Nagumo?”

“Asalkan Horikita tidak menganggap Nagumo sebagai gangguan.”

“Itu tidak baik. Buanglah semua pemikiran untuk menyingkirkan Nagumo. Itu hanya akan menyebabkan konflik yang sia-sia.”

Dia menarik kata-kata yang pernah dia katakan sebelumnya.

Awalnya aku tidak peduli dengan hal itu, tapi sekarang aku ingin menyaksikan sendiri apa yang akan dilakukan oleh Nagumo. Jika Horikita menilai tindakan Nagumo itu salah, dia mungkin akan menghadapinya secara langsung. Tapi rasanya agak aneh kalau Kiriyama menganggap itu sia-sia dan menghentikanku seperti ini.

“Aku akan mengingat kata-katamu, Wakil Ketua OSIS Kiriyama.”

Aku menjawab begitu seolah mendengarkan sarannya, karena aku ingin memahami situasinya.

Kiriyama terlihat kurang puas, mungkin dia tidak senang mendengar jawabanku yang setengah hati.

“Aku sudah berbaik hati memberitahumu untuk tidak melakukan apa pun.”

“Kurasa, aku juga sudah bilang kalau aku mengerti, bukan?”

“Kalau begitu, kau berjanji tidak akan melakukan apa-apa. Bisakah aku menafsirkannya seperti itu?”

“Terserah bagaimana kau akan menafsirkannya, tapi aku tidak pernah membuat janji apa pun di sini.”

Saat percakapan kami terus berlanjut, Kiriyama yang biasanya tenang menjadi tidak sabaran.

“Nagumo telah mengetahui hubunganku dengan Horikita-senpai. Tapi dia hanya mengamati situasinya dan tetap tenang, karena aku mengikuti instruksinya. Adik Horikita-senpai yang bergabung dengan OSIS saja sudah cukup menyebalkan, jadi kalau kau tidak berhenti ikut campur dalam hal ini— ”

“Apa kau akan berada dalam masalah, Wakil Ketua OSIS?”

“…Ya.”

Jadi ini alasan sebenarnya dia memanggilku, untuk memberitahuku hal itu.

Di permukaan, dia terlihat seperti mengkhawatirkan kami.

Namun, kenyataannya, dia ingin melindungi dirinya sendiri dan mengutamakan keselamatannya.

Tentu saja, aku tidak akan mengatakan kalau itu hal yang buruk.

Lagipula, aku tidak ingin ikut campur dengan urusan Nagumo dan Kiriyama, di mana pemenang dan pecundang sudah ditentukan.

“Kebijakan Nagumo, di mana setiap siswa memiliki kesempatan untuk lulus dari Kelas A, kau juga menginginkannya, ya.”

“Ya…”

Kebijakan mantan ketua OSIS Horikita Manabu adalah melanjutkan premis sekolah untuk menang berdasarkan kelas.

Tidak, lebih tepatnya―kebijakan sekolah, sampai tahun lalu.

Kalau mengandalkan itu, mustahil untuk mengalahkan Kelas 3-A yang dipimpin oleh Nagumo.

Faktanya, Kiriyama telah pasrah untuk lulus dari Kelas B.

Namun, situasinya akan berubah jika dia mengikuti kebijakan Nagumo yang berfokus pada ‘kekuatan individu’.

Jika Kiriyama pribadi memiliki kemampuan yang cukup, mungkin dia bisa naik ke Kelas A.

Dia bilang ingin bersaing dengan Nagumo di pulau tak berpenghuni, tapi pada akhirnya, dia hanya ingin mengumpulkan poin pribadi untuk naik ke kelas atas.

Dia menggunakan alasan itu agar aku dan Horikita tidak menghalanginya.

Kenyataannya, dia tidak akan menantang Nagumo.

“Apakah itu aneh… ingin lulus dari Kelas A?”

Tidak ada yang aneh, tapi Kiriyama terus berbicara.

Untuk melindungi harga dirinya.

“Apa artinya lulus di luar Kelas A setelah masuk sekolah ini? Aku tidak akan menempuh jalan yang sama dengan mereka yang berbakat tapi menyerah untuk berjuang. Aku tidak akan pernah tenggelam bersama Kelas B, yang dipenuhi oleh orang-orang aneh dan tidak kompeten.”

Apakah Manabu akan kecewa mendengar ini?

Atau dia sudah mengetahui kelemahan Kiriyama sejak awal?

“Ngomong-ngomong, kau harusnya sudah mengerti apa yang kumaksud, kan?”

“Aku mengerti. Saat Horikita bergabung dengan OSIS, dia seharusnya diperkenalkan dengan anggota OSIS yang lain, tapi kau datang lebih awal, Wakil Ketua OSIS Kiriyama, sekarang aku tahu alasannya.”

Dia khawatir aku dan Horikita akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.

“Bicaralah sesukamu―”

“Kiriyama.”

Saat kami berdua sedang berbicara, sebuah suara terdengar dari jarak yang cukup dekat.

Meski namanya dipanggil, Kiriyama tidak langsung bereaksi.

“Kiriyama. Apa kamu tidak mendengarku?”

Suara itu terdengar sekali lagi, tapi lebih keras dari sebelumnya.

“Persetan…”

Setelah berkata begitu, Kiriyama dengan enggan berbalik ke arah suara tersebut, disertai dengan wajah tidak puas.

Suara itu berasal dari seorang gadis yang duduk di sebuah bangku, dia adalah siswa kelas 3.

Gadis itu menyilangkan kaki dan merentangkan tangannya di sandaran bangku, dia kelihatannya sedang bersantai.

Jika mencocokkan wajah, nama, dan kemampuannya yang ditampilkan di OAA… Kelas 3-B―Kiryuuin, kah?

“Apa yang kau inginkan dariku?”

Meskipun gadis itu adalah teman sekelasnya, Kiriyama tidak mengubah raut wajahnya yang tidak senang.

Sepertinya mereka berdua tidak begitu akrab.

“Fufu. Aku menyapamu karena kamu bersama adik kelas yang menarik.” Dengan berkata begitu, Kiryuuin mengalihkan pandangannya ke arahku.

“Ayanokouji Kiyotaka, kan? Tampaknya kamu menjadi terkenal setelah mendapat nilai sempurna dalam ujian matematika yang sulit.”

“Itu tidak ada hubungannya denganmu, Kiryuuin.”

Sebelum aku membalasnya, Kiriyama lebih dulu berbicara dengan nada bicara yang agak tinggi.

Kiriyama mencoba untuk menjauh dari Kiryuuin dan mulai berjalan.

“Apa yang kau lakukan, Ayanokouji? Ayo kita pergi.”

Kiriyama memanggilku, yang diam di tempat dan tidak bergerak.

“Kamu tidak akan mendapatkan apa-apa jika menghabiskan waktu bersama pria seperti itu, loh?”

Aku terjebak di antara dua siswa kelas tiga.

Siapa yang harus kudengarkan?

Sejujurnya, aku tidak ingin mendengarkan kedua orang ini.

“Bersamamu juga tidak ada artinya.”

“Ayanokouji lah yang berhak memutuskannya, bukan? Kiriyama, bisakah kamu segera pergi dari sini?”

Kiryuuin tertawa sambil mempertahankan postur duduknya.

“Bagaimana kalau membicarakan sesuatu yang bermakna, tentunya hanya berdua saja?”

“…!!”

Sepertinya Kiriyama lebih tidak suka dianggap pengganggu, daripada dicemooh.

“Kau bisa mengabaikan wanita ini.”

Kiriyama meninggikan suaranya dan memperingatiku.

“Dia siswa kelas tiga sama sepertimu, Wakil Ketua OSIS. Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.”

“… Dia adalah Kiryuuin, siswa Kelas 3-B sekaligus teman sekelasku.”

“Aku sudah melihatnya di OAA. Dia adalah siswa yang berbakat, bukan?”

“Hanya sebatas nilai saja. Kiryuuin tidak memiliki pendukung, dia berbeda dari Nagumo. Dia bahkan tidak punya teman.”

Jadi itu sebabnya Kiriyama bilang tidak masalah untuk mengabaikannya.

“Jangan memujiku seperti itu, aku jadi malu.”

Meskipun itu bukan pujian, Kiryuuin tertawa dengan berani.

“Dia mirip dengan Kouenji di angkatanmu. Jika kau menganggap serius semua perkataan dan tindakannya, kau hanya akan buang-buang waktu.”

Dia membandingkan gadis ini dengan orang yang tak terduga.

Kouenji Rokusuke adalah orang yang memiliki kepribadian unik dalam artian tertentu, jika Kiryuuin mirip dengannya, berarti Kiryuuin juga orang yang unik.

Aku sedikit tertarik, tapi di saat bersamaan, aku berpikir lebih baik tidak terlibat dengannya.

Meski begitu, Kiryuuin mendapat penilaian A+ dalam bidang Akademik dan Fisik.

Hanya Kiryuuin satu-satunya siswa di sekolah yang mendapat evaluasi A+ di kedua bidang tersebut.

Bahkan kontribusi sosialnya mendapat nilai C +, tidak terlalu rendah, satu-satunya kekurangan Kiryuuin hanyalah kemampuan beradaptasi, dia mendapat penilaian D di bidang itu.

Jika hanya melihat nilai, bisa dikatakan bahwa dia adalah siswa nomor satu di sekolah.

“Ada apa? Kamu tidak akan ke sini?”

“Apa kau memanggilku?”

“Jika kamu tidak mau ke sini, aku yang akan ke sana. Tapi, apa itu tidak masalah, Kiriyama?”

“…Karena orang-orang seperti inilah, aku tidak mau bergantung pada Kelas B.”

Kiriyama mengatakan itu dengan suara yang pelan.

“Kalau kau memiliki teman sekelas yang luar biasa seperti ini, bukankah kau seharusnya bisa bersaing dengan Nagumo?”

“Sudah kubilang, kan? Dia sama dengan Kouenji. Dia sudah bukan manusia lagi. Selama 3 tahun ini, dia sama sekali tidak berkontribusi pada kelas, kecuali untuk nilainya sendiri. Dia adalah alien di kelas kami.”

Itu ada benarnya juga, meski dia mendapatkan penilaian yang luar biasa di OAA, aku belum pernah mendengar namanya. Kalau dia termasuk orang yang menarik perhatian seperti Nagumo dan Horikita Manabu yang lulus tahun lalu, tidak aneh jika aku pernah mendengar tentang dirinya.

Kiryuuin bangkit dari tempat duduknya dan berbisik kepada Kiriyama.

“Terima kasih atas pujiannya, Kiriyama.”

“Hah!?”

Dia ternyata cukup tinggi. Mungkin lebih dari 170 sentimeter.

Hanya dengan melihat fisiknya, aku bisa mengetahui bahwa kemampuan fisik Kiryuuin sangatlah tinggi.

Ternyata ada siswa seperti ini di kelas 3.

Aku teringat kembali akan percakapanku dengan Kiriyama sebelumnya.

Dia berkata tidak akan tenggelam bersama Kelas B yang dipenuhi oleh orang-orang ‘aneh’ dan ‘tidak kompeten’, mungkin orang aneh yang dia maksud adalah Kiryuuin.

“Kalau ada yang ingin kau katakan, cepat katakan.”

“Tentu saja aku akan mengatakannya. Tapi, kamu mengganggu kami, Kiriyama.”

“…Kalau begitu, aku akan pergi. Lakukanlah sesukamu”

Tampaknya Kiriyama tidak ingin berlama-lama dengan Kiryuuin, dia memutuskan pergi dari sini.

“Jangan lupa dengan perkataanku tadi, Ayanokouji. Tergantung situasinya, aku bisa menjadi musuhmu juga.”

Aku mendapat peringatan dari Wakil Ketua OSIS.

Sekarang, aku harusnya sudah bisa pulang, tapi kali ini aku harus berurusan dengan Kiryuuin Kelas 3-B.

“Apa kita akan bicara sambil berdiri? Mengapa tidak duduk?”

“Aa…”

Kiryuuin memintaku untuk duduk di bangku.

Aku berharap segera bebas darinya.

“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?”

“Terserah. Asalkan aku bisa mengetahui orang seperti apa kamu ini.”

“Aku? Wakil Ketua OSIS Kiriyama bilang kau sama sekali tidak berkontribusi pada kelas, Kiryuuin-senpai. Itu berarti kau tidak tertarik dengan orang lain ataupun teman sekelasmu, kan?”

“Tertarik dan bekerja sama adalah dua hal yang berbeda, bukan? Ada beberapa orang yang menarik di kelasku, terkadang aku berbincang dengan mereka seperti sekarang ini.”

Begitu. Perkataannya ada benarnya juga.

“Aku tidak tertarik dengan sistem Kelas A di sekolah ini. Meskipun nilai jual terbesar sekolah ini siswa dapat melanjutkan ke universitas yang diinginkan dan mencari pekerjaan di mana pun setelah lulus dari Kelas A, aku yakin bisa meraihnya dengan kemampuanku sendiri. Aku hanya iseng saja memilih sekolah ini.”

Dari kata-katanya, dia memang mirip dengan Kouenji.

Dia sangat percaya diri dengan kemampuannya sendiri.

Dan itu memang benar, mengingat fakta dia mendapat evaluasi A + dalam bidang akademik dan fisik.

“Apa kau tidak akan memilih sekolah ini jika sebelum itu kau sudah tahu bahwa struktur sekolah ini berpusat pada kerja sama?”

“Itu tidak benar. Aku suka sekolah ini. Faktanya, aku tidak pernah mengeluh satu kali pun tentang kehidupan sekolahku. Sistem poinnya juga sangat menyenangkan.”

Kouenji sepertinya juga menyukai sekolah ini, dan menikmati semua manfaatnya secara maksimal.

Kau tidak perlu berpegang teguh pada Kelas A jika setelah lulus kau dapat mencapai apa pun dengan kemampuanmu sendiri.

“Sepertinya kau tidak masalah dibenci orang lain.”

“Penilaian orang lain sama sekali tidak penting bagiku.”

Kiryuuin menjawabnya secara terang-terangan, lalu dia mengeluarkan tawa yang aneh.

“Aku bermaksud untuk bertanya padamu, tapi malah kamu yang bertanya padaku.”

Kiryuuin mulai mengajukan pertanyaan, seolah-olah beralih dari pertahanan menjadi serangan.

“Sudah waktunya kamu menceritakan tentang dirimu.”

“Mengapa aku? Ada banyak siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi.”

“Ini adalah insting. Instingku mengatakan bahwa orang yang ada di depanku sekarang ini bukanlah orang biasa.”

Mempercayai instingnya tanpa dasar apapun.

Jika aku tidak mengetahui fakta bahwa mereka mirip, mungkin aku akan salah mengira dan menganggapnya sebagai Kouenji.

“Apa kamu berencana mendapatkan peringkat pertama dalam ujian pulau tak berpenghuni ini?”

“Tidak ada siswa yang tidak menginginkan tempat pertama. Kecuali untuk orang-orang sepertimu, Kiryuuin-senpai.”

“Mengesampingkan tempat pertama, aku juga salah satu orang yang mengincar posisi teratas. Karena dengan begitu aku bisa mendapatkan poin pribadi yang banyak. Aku tipe orang yang membelanjakan semua uang yang kumiliki, jadi aku selalu kehabisan uang.”

Poin Kelas dan Poin Perlindungan tidaklah penting baginya.

Sepertinya Kiryuuin berpartisipasi dalam ujian hanya demi poin pribadi.

“Nagumo dan Kiriyama jelas akan mengincar posisi pertama. Dan sepertinya ada beberapa adik kelas yang berbakat, kan? Ujian khusus ini juga merupakan pertarungan untuk menentukan siswa terbaik di sekolah ini.”

“Mungkin begitu.”

Kemampuan yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan akademik dan fisik saja.

Jika itu adalah pertempuran yang mengharuskan siswa bertarung dengan semua kemampuan mereka, maka apa yang dia katakan itu memang benar.

“Apakah aku akan kehilangan minat padamu atau tidak, itu semua tergantung pada tindakanmu di pulau tak berpenghuni.”

“Malahan, aku berharap kau kehilangan minat padaku, Senpai.”

“Kohai, kamu mengatakan sesuatu yang menarik. Aku tidak sabar untuk melawanmu, Ayanokouji.”

Setelah mengatakan itu, Kiryuuin menyuruhku pergi seolah mengusir hewan yang tersesat.

“Kalau begitu, aku permisi.”

Meskipun aku bertemu dengan siswa kelas tiga yang aneh, aku menyadari satu hal yang pasti.

Kalau aku ingin mencapai peringkat pertama dalam ujian khusus berikutnya, aku harus mengalahkan Kiryuuin.

Dan itu sepertinya lebih merepotkan daripada mengalahkan Nagumo dan Kiriyama.

Bagian 6

Meskipun Ayanokouji telah pergi, Kiryuuin tetap berada di tempat itu.

Ini merupakan rutinitasnya sehari-hari untuk menghabiskan waktu luang dan bersantai.

Dalam pandangannya, tiba-tiba muncul seseorang berambut pirang yang terlihat familiar.

Wakil Ketua OSIS Kiriyama yang baru saja pergi, berdiri di sebelah orang itu.

“Hei, anjing yang setia ini kembali dengan tuannya.”

“Apa katamu…!?”

“Jika kamu marah mendengarnya, berarti kamu mengerti apa yang kumaksud, Kiriyama. Dalam situasi ini, aku tidak memutuskan siapa anjing yang setia dan siapa pemiliknya. Namun, dari sudut pandang orang ketiga yang tidak tahu apa-apa, kau terlihat seperti itu. Mengapa? Karena orang yang pergi dan kembali ke sini adalah kamu, Kiriyama, karena itu kamu cocok menjadi anjing yang setia.”

Kiryuuin mengulang kembali ejekannya terhadap Kiriyama yang mendekatinya, serta Nagumo yang berdiri di sebelah Kiriyama.

“Wanita ini sudah gila…”

“Kata-katamu tidak sopan, Kiriyama. Itu bukan kata-kata yang pantas diucapkan oleh Wakil Ketua OSIS.”

“Nagumo, berurusan dengan wanita ini hanya buang-buang waktu saja. Kau sudah tahu itu, kan?”

“Aku setuju. Bisakah kalian berdua pergi dari hadapanku sekarang? Kalian membuang waktuku yang berharga.”

“Memangnya kau pikir kau siapa? Kau hanyalah―”

“Kiryuuin, jangan mengejek rekan OSIS ku yang berharga.”

Nagumo menepuk bahu Kiriyama dan memotong perkataannya. Dia meminta Kiriyama tenang, lalu dia berdiri di hadapan Kiryuuin.

“Rekan yang berharga? Aku tidak merasakan itu dari kata-katamu.”

“Itu hanya perasaanmu saja.”

“Baiklah kalau begitu. Jadi, ada urusan apa Ketua OSIS denganku? Kurasa tidak ada hal penting yang membuatmu harus datang menemuiku.”

“Kalau bisa, aku juga tidak ingin berlama-lama di sini.”

Setelah mengatakan itu, Nagumo duduk di samping Kiryuuin.

“Kau wanita yang cantik, tapi tidak mempesona. Aku tidak tertarik pada wanita seperti itu.”

“Aku memiliki sisi yang mempesona. Hanya saja, aku belum bertemu dengan pria yang bisa mengeluarkannya.”

“Jika ada pria yang bisa mengeluarkan sisi menawanmu, aku ingin sekali bertemu dengannya.”

“Aku juga. Tapi, kesampingkan selera pribadimu, kenapa aku tidak populer?”

“Wanita dengan bakat yang berlebihan, agak sulit untuk ditangani. Dan juga, aku tidak menyukai tipe wanita seperti itu.”

“Jadi begitu, kalau itu masalahnya, aku tidak akan pernah memenuhi standarmu. Jika kemampuanku yang luar biasa ini adalah alasanku belum menemukan pacar, maka aku hanya bisa pasrah menerima kenyataan.”

Setelah menikmati permainan kata yang tidak berarti dengan Kiryuuin, Nagumo beralih ke topik utama.

“Aku sudah dengar ceritanya dari Kiriyama. Kau tidak tertarik padaku maupun Horikita-senpai, tapi kau tertarik pada Ayanokouji. Aku terkejut mendengarnya.”

“Apa itu alasanmu datang menemuiku? Ketua OSIS memiliki banyak waktu luang, ya.”

“Aku sudah menyelesaikan pekerjaan administrasi, karena itu aku punya banyak waktu luang.”

“Kamu sepertinya salah paham, Nagumo. Bukannya aku tidak peduli dengan orang lain. Hanya saja, aku mau berbicara dengan orang-orang yang menarik bagiku. Ada pula masanya aku tertarik padamu dan Horikita Manabu.”

Kiryuuin mengatakan itu sambil membelai ujung rambut (poni) Nagumo.

“Kelihatannya kamu merawat rambutmu dengan baik, bahkan melebihi aku seorang wanita. Aku yakin kamu sangat populer, Ketua OSIS. Jadi bagaimana kehidupan asmaramu selama 3 tahun ini?”

“Kau yang tidak pernah berpacaran sebelumnya, memangnya tahu apa tentang asmara?”

“Memang benar, aku belum pernah berpacaran dengan siapapun, tapi bagiku itu bukan hal yang memalukan. Sebaliknya, itu malah meningkatkan nilai jualku, bukan?”

“Pola pikirmu sangat aneh seperti biasanya.”

Percakapan yang tidak berarti di antara mereka terjadi lagi, tapi Nagumo segera kembali ke topik utama.

“Jadi… Bagaimana, Ayanokouji? Apakah dia orang yang pantas untuk diawasi?”

“Dia adik kelas yang lucu dan penuh basa basi. Itu saja.”

“Itu saja? Berarti kau tidak tertarik padanya?”

“Untuk saat ini, aku menunda evaluasiku tentang dirinya. Kami telah bicara tatap muka, tapi aku tidak dapat mengetahui niat aslinya. Meskipun tidak bisa di sebut sebagai kemampuan, setidaknya dia lebih menarik darimu. Ketua OSIS, aku telah kehilangan minat padamu sejak kita pertama kali bertemu.”

“Kau satu-satunya siswa kelas tiga yang berani berkata begitu padaku.”

Setelah itu, Nagumo mendekatkan mulutnya ke telinga Kiryuuin dan berbisik.

“Jika kau merasa lebih baik dariku, bisakah kau menunjukkannya padaku?”

Nagumo menantang Kiryuuin untuk bersaing dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni.

“Ketua OSIS, di saat kamu kalah, kamu akan kehilangan hal yang berharga bagimu. Bagaimanapun, kamu sepertinya salah paham, aku tidak pernah meremehkanmu. Aku tidak punya kemampuan untuk memimpin seperti kamu dan Horikita Manabu, dan aku tidak pandai bergaul. Faktanya, aku tidak punya seseorang yang bisa kupanggil sebagai teman. Benar, kan?”

Nagumo menjadi bosan dan menjauh dari telinga Kiryuuin.

“Tapi, beda lagi ceritanya jika membahas faktor lain.”

Meskipun Nagumo telah menjauh dari Kiryuuin, jarak antara wajah mereka kurang dari 40 sentimeter.

Nagumo menatap Kiryuuin dengan tajam.

“Apa kau ingin bilang bahwa aku lebih rendah darimu di aspek lain?”

“Yah.. kalau begitu, bisakah kamu mengatakannya kepadaku, di bagian mananya kamu melebihi diriku?”

“Aku telah memberimu beberapa kesempatan untuk memastikannya, tapi kau tidak melakukan apa-apa. Hasilnya, kau berakhir di Kelas B.”

Sejauh ini, Nagumo telah berulang kali berkompetisi dengan Kelas B Kiriyama dalam ujian khusus.

Namun, Kiryuuin tidak mau bekerja sama hingga akhirnya mereka jatuh ke Kelas B.

“Jika hanya melihat hasil, tentu saja itu adalah kekalahan telak.”

Kiriyama mengutuk Kiryuuin yang berbicara dengan wajah gembira, tapi dia tidak mengganggu percakapan mereka berdua.

“Yah, aku tahu kau bukan orang yang peduli dengan Kelas A atau Kelas B.”

Nagumo bangkit dari tempat duduknya, menandakan berakhirnya percakapan mereka.

“Maaf telah mengganggu, Kiryuuin. Nikmatilah kehidupan sekolahmu yang tersisa.”

Setelah mengatakan itu, Nagumo bersiap untuk pergi.

“Sebelumnya aku berkata kalau aku menunda evaluasiku terhadap Ayanokouji Kiyotaka, tapi kupikir dia adalah siswa yang menarik.”

“Apa?”

“Kamu ingin mengetahui penilaianku tentang Ayanokouji, kan?”

Nagumo datang menemui Kiryuuin untuk mengetahui kesan Kiryuuin terhadap Ayanokouji. Itu merupakan salah satu alasannya datang kemari.

“Menarik? Bukankah kepribadiannya sangat jauh dari itu.”

Kiryuuin tertawa, melihat Nagumo memakan umpan tersebut.

“Ada pepatah yang mengatakan bahwa pemangsa tidak akan memperlihatkan taringnya, bukan? Kalau tidak salah, dia mendapat nilai sempurna dalam ujian khusus yang sangat sulit.”

“Beberapa orang menyembunyikan bakat mereka karena tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku sudah banyak mengalahkan orang-orang seperti itu. Mereka tidak menarik sama sekali.”

Setelah mengatakan itu, Nagumo mengalihkan pandangannya ke arah Kiriyama, yang menunggunya di kejauhan.

“Kalau dalam artian sederhananya, bisa dibilang auranya. Aku merasa auranya sangat berbeda darimu dan Horikita Manabu.”

“Kata-katamu itu benar-benar abstrak.”

“Kalau begitu, bagaimana jika kamu memastikannya sendiri?”

“Memang itu niatku. Pada ujian khusus di pulau tak berpenghuni yang akan datang, mungkin aku bisa menyaksikan kemampuan sejatinya.”

“Kamu sepertinya menjadi bosan setelah Horikita Manabu lulus, adik kelas ini seharusnya bisa jadi teman bermain untukmu, kan? Jika kamu benar-benar serius, mungkin kamu akan mendapatkan peringkat pertama dalam ujian khusus yang akan datang.”

“Ya, tentu saja aku akan menempati peringkat pertama. Atau mungkin, Kiriyama yang sangat bersemangat untuk melawanku akan menempatinya. Tapi aku masih butuh satu kelompok lagi untuk mengamankan posisi teratas. Kau bisa mengambil peran itu, Kiryuuin. Kalau perlu, aku akan membantumu menemukan anggota kelompok.”

Akhirnya, Nagumo mengatakan tujuan utamanya datang menemui Kiryuuin.

Kiryuuin tertawa mendengarnya, seolah-olah itu adalah hal yang lucu.

“Jadi begitu. Kamu datang ke sini untuk meminta bantuanku, ya?”

“Kau mungkin berpikir aku akan membiarkan para junior menempati peringkat tiga teratas, tapi sayangnya aku tidak sebaik itu.”

“Bukankah kamu memiliki banyak bidak? Kamu tidak perlu bergantung padaku.”

“Jadi kau tidak tertarik dengan tawaranku?”

“Lima puluh persen teratas sudah cukup bagiku. Aku minta maaf membuatmu datang jauh-jauh kemari tanpa membawa hasil.”

Nagumo berbalik, seolah-olah dia sudah tahu kalau Kiryuuin akan menjawab begitu.

“Kau memang orang yang seperti itu. Aku meminta kerja samamu karena kita sama-sama kelas tiga, tapi sepertinya hanya buang-buang waktu saja.”

Nagumo yang telah puas berbicara dengan Kiryuuin, berjalan mendekati Kiriyama.

“Karena kamu sudah jauh-jauh datang kemari, aku akan memberikan sedikit saran untukmu.”

“Kau memberiku saran? Maaf, tapi aku tidak butuh saran dari orang yang lebih rendah dariku.”

“Jika kamu berpikir begitu, tidak akan ada orang yang bisa memberimu saran.”

Meskipun Nagumo merendahkannya, Kiryuuin tetap melanjutkan kata-katanya.

“Kalau begitu, anggap saja ini seperti monolog. Kamu seharusnya fokus melihat apa yang ada di depanmu tanpa berurusan dengan adik kelas. Jika kamu melihat junior yang ada di belakangmu, kamu akan mendapatkan bencana.”

“Monolog yang sangat membosankan.”

Merasa hanya buang-buang waktu, Nagumo pergi dari tempat itu.