Youjitsu 2st Year Volume 2

[Revisi]Bab 3: Musim Panas yang Semakin Dekat, Firasat akan Pertempuran Sengit

- 100 min read - 21195 words -
Enable Dark Mode!

BAB 3 : MUSIM PANAS YANG SEMAKIN DEKAT, FIRASAT AKAN PERTEMPURAN SENGIT

Pertengahan Juni semakin dekat.

Setelah ujian khusus di bulan April lalu, kehidupan sekolahku berlangsung seperti biasa tanpa adanya ujian khusus baru. Aku belum melihat pergerakan siswa White Room yang mengincarku.

Sejauh ini, tidak ada bahaya di sekitar yang bisa membuatku keluar dari sekolah, satu-satunya hal merepotkan yang terjadi adalah kunjungan Amasawa sebelumnya.

Pada saat itu aku gagal berciuman dengan Kei karena kedatangannya yang tiba-tiba.

Meskipun hubunganku dengan Kei sudah semakin dekat, masih ada dinding tak terlihat yang memisahkan kami berdua. Aku ingin menghapus dinding itu untuk membuat kemajuan, tapi aku tidak perlu buru-buru. Seiring berjalannya waktu, Kei dengan sendirinya akan merobohkan dinding itu, lalu hubungan kami akan bergerak ke tahap yang selanjutnya secara alami. Bisa dikatakan, cara ini lebih efektif bagi Kei demi perkembangan hatinya.

Sementara aku menjalani keseharianku layaknya siswa SMA, musim semi mulai berganti ke musim panas.

Suhu di luar perlahan semakin meningkat, hampir sama seperti tahun sebelumnya. Ketika sedang cerah, suhunya bahkan bisa mencapai 30 derajat. Itu tidak mengherankan, mengingat musim telah berganti.

Setelah menjalani kehidupan sekolah dalam waktu yang cukup lama, ada beberapa topik yang sering kudengar.

Apa musim favoritmu?

Itu memang topik yang sederhana, tapi menurutku.. topik itu cukup menarik dan memiliki arti yang dalam. Bahkan orang yang lahir dan tumbuh di daerah yang sama, memiliki jawaban yang berbeda-beda mengenai musim favorit mereka.

Setelah merasakan keempat musim selama berada di skeolah ini, aku menantikan datangnya musim panas. Ketika memikirkan hal itu, aku menyadari kalau aku sangat menyukai musim panas.

Mungkin aku menyukainya karena langit biru bersinar paling terang di musim panas.

“Selamat pagi, Ayanokouji-senpai.”

Ketika aku sedang berjalan sambil menatap langit, aku mendengar suara seseorang memanggilku dari arah depan.

Orang itu adalah Nanase Tsubasa, siswa Kelas 1-D.

Aku tidak melihat teman-teman Nanase di dekatnya, tampaknya Nanase pergi ke sekolah sendiri.

“Ah, pagi.”

Mempertimbangkan dirinya yang datang dari arah depan, apa dia kebetulan menemukanku ketika dia sedang melihat ke belakang?

Atau mungkin dia sudah menungguku?

“Apa ada yang aneh di langit?”

Aku tidak menyadari keberadaan Nanase karena terlalu fokus memandang langit, tapi sepertinya dia sudah mengamatiku dari tadi sebelum menyapaku.

“Tidak ada, aku hanya sedang melihat langit biru.”

“Langit biru…?”

Nanase yang berdiri di sebelahku, juga ikut memandang langit.

Hari ini, langit sangat cerah tak berawan.

“Cuacanya bagus, ya.”

“Ya. Ngomong-ngomong, kita sudah lama tidak bertemu.”

Meskipun kami pernah berpapasan sebelumnya, kami belum melakukan percakapan seperti ini sejak kejadian tersebut.

“Ya, kita tidak melakukan kontak selama satu setengah bulan.”

Nanase dan Housen pernah bekerja sama untuk mengeluarkanku dari sekolah. Wajar jika mereka kesulitan untuk mendekatiku. tidak seperti Amasawa.

“Maaf atas perbuatanku waktu itu, Ayanokouji-senpai.”

Nanase berkata demikian sambil melihat ke arah langit.

Tampaknya dia memikirkan hal itu lebih dari yang kuperkirakan.

“Apa kamu dendam padaku?”

“Aku tidak punya alasan untuk dendam padamu. Nanase melakukan itu karena ujian khusus, kan? Selain itu, Nanase juga mencoba untuk melindungiku.”

Meski bekerjasama dengan Housen, pada saat-saat terakhir Nanase berdiri di depanku tanpa memikirkan bahaya yang dihadapinya.

Aku juga ingat dia dengan berani menghadapi Housen.

“Apakah ujian khusus itu sudah berakhir? Aku tidak mendengar apapun tentang batas waktunya.”

“Belum, ujiannya masih berlanjut. Batas waktunya sampai semester kedua dimulai.”

Dengan kata lain, ujian khusus itu masih akan terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Tapi kalau itu benar, sikap tenang Nanase dan Housen selama satu setengah bulan ini terasa mencurigakan.

“Apa kamu khawatir karena sampai saat ini aku tidak melakukan kontak denganmu?”

“Aku tidak bisa menyangkalnya. Aku khawatir kalian merencanakan sesuatu dibelakangku.”

“Jika dilihat dari kejadian sebelumnya, aku yakin tidak mudah untuk mengeluarkanmu dari sekolah. Lagipula Ayanokouji-senpai sudah tahu tujuan kami, akan sulit bagi kami untuk menyudutkanmu sekarang.”

“Lalu kau akan menunggu siswa dari kelas lain ikut berpartisipasi dalam ujian khusus ini? Tapi menurutmu bagaimana dengan mereka?”

“Aku yakin mereka sudah tahu tentang tindakan Housen-kun.”

“Jadi mereka tidak mau sembarangan bertindak karena rencana Housen telah gagal? Sepertinya aku harus berterima kasih pada luka ku ini.”

“Aku tidak tahu apakah itu sepadan dengan luka di tangan kirimu.”

Diantara siswa kelas satu, Housen Kazuomi adalah salah satu siswa yang menarik perhatian banyak orang.

Mungkin aku harus bersyukur bahwa Housen adalah orang pertama yang mengambil tindakan terhadapku.

Yang jadi pertanyaan sekarang, siapa yang berada dibalik ujian khusus ini?

Sangat mudah bagiku untuk mengetahuinya dari Nanase, tapi…

Setiap kali aku menatapnya, dia langsung mengalihkan pandangannya dariku. Untuk saat ini aku tidak punya pilihan selain menyerah. Bahkan jika aku bertanya padanya sekarang, Nanase tidak akan menjawabnya. Tiga kelas yang tersisa masih menyembunyikan keberadaan mereka, sehingga aku tidak dapat mengidentifikasi mereka. Nanase tidak mungkin mengkhianati kelasnya hanya demi keadilan. Nanase memberitahuku tentang ujian khusus itu hanya untuk mencegah Kelas 1-D menjadi satu-satunya yang dirugikan.

“Terima kasih telah mendengarkan kata-kataku sebelumnya.”

Karena aku terus diam dari tadi, Nanase mulai bicara. Dari perkataannya, dia seolah-olah mengetahui isi pikiranku. Aku memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan karena sepertinya aku akan pergi ke sekolah bersamanya.

“Kau kelihatannya sudah terbiasa dengan sekolah ini.”

Cara bicara dan sikapnya jauh berbeda dari dirinya yang sebelumnya baru masuk sekolah, dia seolah sudah berbaur sepenuhnya ke dalam sekolah.

“Ya. Kurasa teman-teman sekelasku, termasuk aku, sudah mulai menerima situasi ini. Mungkin senpai tidak menyadarinya, siswa kelas satu baru saja menyelesaikan ujiian khusus yang kedua pada akhir Mei lalu.”

Sama seperti siswa kelas dua yang saling bertarung satu sama lain, siswa kelas satu juga memiliki pertempuran mereka sendiri.

“Aku memang tidak bertanya secara langsung, tapi aku telah mendengar rumornya. Sepertinya ada siswa kelas satu yang dikeluarkan dari sekolah.”

Rumor tentang siswa tersebut telah sampai ke kelas dua.

“Seperti yang diharapkan, kamu sudah mengetahuinya. Itu benar, seorang siswa laki-laki dari Kelas 1-C telah dikeluarkan dari sekolah.”

Aku mengetahuinya karena nama siswa itu menghilang dari daftar OAA.

Siswa itu memiliki kemampuan akademik A, mungkin dia telah melanggar aturan dan menerima hukuman.

“Jika ada siswa yang dikeluarkan dari sekolah, siswa tersebut akan dijadikan bahan pembicaraan oleh siswa-siswa lain.”

“Di sekolah ini, teman-teman yang tertawa bersama kita.. bisa saja pergi keesokan harinya. Hal itu membuatku sadar bahwa aku harus menjalani kehidupan sekolah ku tanpa meninggalkan penyesalan.”

Saat ini mereka masih belum merasakannya, aku tidak tahu kapan hal itu akan terjadi pada Kelas 1-D.

Penting bagiku untuk meningkatkan kewaspadaan seperti Nanase.

Meski begitu, aku tidak tahu apa-apa mengenai poin kelas di tahun pertama.

Aku tidak memiliki informasi tentang kemenangan dan kekalahan di kelas satu.

“Bagaimana posisi Kelas 1-D setelah ujian khusus berakhir?”

“Sayangnya.. hasilnya tidak begitu bagus. Pada ujian khusus yang pertama, Kelas 1-D berada di posisi yang terakhir. Lalu pada ujian khusus kali ini, kami berada di posisi ketiga. Tapi, perbedaan poin di antara kelas sekarang tidak terlalu jauh, karena pertarungan sengit antara Kelas 1-A dan Kelas 1-B.”

Tampaknya Kelas 1-A dan Kelas 1-B memiliki persaingan yang ketat.

Di sisi lain, Kelas 1-C berada di posisi terakhir mungkin karena salah satu siswanya dikeluarkan dari sekolah.

“Sepertinya Housen sudah bersikap lebih dewasa daripada sebelumnya…?”

“Aku tidak akan menyangkalnya. Hanya saja, Housen-kun tidak terlalu peduli dengan pengusiran siswa tersebut. Dia sepertinya terobsesi padamu, Ayanokouji-senpai.”

Nanase, yang dari tadi hanya menatap langit, sekarang menoleh kepadaku dengan tersenyum pahit.

“Ini mungkin hanya perkiraanku saja, tapi kurasa Housen-kun menjadi lebih dewasa berkat Ayanokouji-senpai. Saat baru masuk sekolah, dia hanya menunjukkan rasa permusuhan pada kelas satu, tapi sekarang dia mulai menunjukkannya juga pada kelas dua. Bahkan baru-baru ini dia pernah berkata.. [Biarkan aku melawan kelas dua!]. Kurasa ini perkembangan yang bagus untuknya.”

Memang benar―itu hal yang patut disyukuri bagi siswa kelas satu. Terkadang saat berpapasan dengan Housen, dan saat mata kami bertemu, dia seolah berkata.. [Mari kita bertarung!].

“Mungkin akan tiba waktunya bagi kami untuk bertarung dengan kelas satu.”

Sampai sekarang, kelas satu dan kelas dua baru satu kali melakukan ujian khusus bersama dalam bentuk hubungan kerja sama.

Seandainya kebijakan Nagumo disetujui oleh pihak sekolah, hari dimana kami saling berkompetisi tidak lama lagi akan terjadi.

“Aku tidak berencana meninggalkan penyesalan selama bersekolah di sini.”

“Itu bagus.”

Seperti yang dikatakan Nanase tadi, teman-teman yang tertawa bersama kita, bisa saja pergi keesokan harinya.

Hal itu sering terjadi di sekolah ini.

Itu sebabnya, kita harus menghargai setiap momen yang kita habiskan di sekolah.

Hari-hari yang telah berlalu, akan menjadi masa lalu yang tidak akan pernah kembali.

“Ayanokouji-senpai, jangan sampai meninggalkan penyesalan dalam kehidupan sekolahmu.”

Kata-kata Nanase seolah menyiratkan bahwa kehidupan sekolahku tidak akan berlangsung lama.

Aku bisa melihat tekad yang kuat dari matanya.

“Tentu saja, aku tidak akan meninggalkan penyesalan.”

Setelah mendengar jawabanku, Nanase mengangguk puas.

“Kalau begitu, aku permisi dulu.”

Melihat gedung sekolah yang hampir dekat, Nanase menundukkan sedikit kepalanya padaku, kemudian dia meninggalkanku.

Bagian 1

Mengingat siswa kelas satu baru saja menyelesaikan ujian khusus pada akhir bulan

Mei lalu, tidak aneh jika ujian khusus untuk siswa kelas dua akan segera diumumkan.

Kami harus mempersiapkan diri untuk hal itu.

Seolah untuk menguji persiapan kami, kelas pagi ini dimulai dengan suasana yang berbeda.

“Tampaknya kalian semua sudah hadir di kelas.”

Setelah memastikan kehadiran semua siswa, Chabashira mulai mengoperasikan tablet dan menghubungkannya ke monitor.

Beberapa saat kemudian, layar monitor berubah menjadi putih, setelah itu Chabashira mengalihkan pandangannya ke arah kami.

“Aku sudah cukup lama mengenal kalian. Aku yakin kalian semua bisa menebaknya.”

Sebuah ujian khusus akan dimulai.

Semua orang di kelas memikirkan hal yang sama ketika mendengar kata-kata itu, tapi mereka masih menunggu penjelasan dari Chabashira.

Setelah mengumpulkan perhatian semua siswa, Chabashira tertawa kecil.

“Memang benar kita akan membicarakan tentang ujian khusus. Tapi, kita akan membahasnya nanti agar kesenangan ini berlangsung lebih lama. Pertama-tama, mari kita bicarakan tentang liburan musim panas.”

Setelah mengatakan itu, Chabashira kembali mengoperasikan tablet. Tidak lama kemudian, layar monitor menampilkan sebuah gambar.

Gambar pertama yang ditampilkan adalah sebuah kapal pesiar mewah.

Kami Kelas D, cukup akrab dengan pemandangan itu.

“Aku akan menjelaskan tentang kegiatan kalian di liburan musim panas.”

Untuk sesaat, para siswa saling memandang satu sama lain, mereka menunjukkan wajah gembira setelah mendengar kata-kata manis Chabashira.

Namun, kombinasi antara kapal pesiar dan liburan mengingatkanku akan sesuatu yang berbeda.

Sekolah ini, tidak akan membiarkan siswanya bersantai begitu saja. Sementara aku sedang mengingat hal itu, gambar di monitor beralih ke bagian luar dan bagian dalam kapal, lalu jadwal kami.

“Selama 8 hari 7 malam, yaitu dari tanggal 4 sampai 11 Agustus, kalian bebas menikmati liburan musim panas di kapal pesiar. Kalian bisa menonton pertunjukan atau memuaskan selera makan kalian. Dan sekolah tidak akan memberikan ujian khusus apapun selama kalian berada di atas kapal.”

Dengan kata lain, kami dijanjikan liburan satu minggu penuh.

Para siswa yang tadinya merasa curiga, sekarang mulai sedikit tenang.

Namun, ketenangan itu segera menghilang bersamaan dengan bergantinya gambar di monitor.

Seolah-olah gambar itu beracun bagi mata kami.

“Tapi untuk menikmati pelayaran ini, kalian harus menyelesaikan ujian khusus berikutnya.”

Setelah para siswa berfantasi untuk waktu singkat, mereka segera terseret kembali menuju kenyataan.

Menaikkan tingkat kegembiraan kami.. kemudian menjatuhkannya, biasanya metode ini akan membuat siswa kecewa.

Namun kali ini, para siswa langsung mengubah pola pikir mereka, dan bersiap untuk menerima pertempuran yang akan datang.

“Sepertinya kalian telah banyak belajar.”

Dengan merasa kagum, Chabashira tersenyum melihat kami.

Tujuan Chabashira lebih dulu membahas topik liburan, bukan karena ingin bersikap kejam.

Dia ingin kami membuktikan bahwa Kelas D yang sekarang berbeda dengan tahun lalu, meski saat ini kami masih berada di Kelas D.

Setelah melalui berbagai ujian yang sulit, kami sudah belajar untuk ‘memperkuat diri’.

(Tl note : ‘ mencakup mental dan pikiran, fisik dan kemampuan.. intinya perkembangan diri)

“Sensei, kapan ujian khusus ini dimulai?”

Horikita yang duduk di kursi tengah barisan depan, mengajukan sebuah pertanyaan.

“Biasanya, ujian khusus akan dimulai pada hari yang sama dengan hari pengumumannya atau keesokan harinya. Tapi sayangnya, kali ini agak sedikit lama. Ujian khusus berikutnya akan diadakan saat liburan musim panas.”

Setelah semester pertama baru saja berakhir, sekolah akan mengadakan ujian khusus pada saat liburan musim panas. Yang membuatku penasaran adalah.. bukankah terlalu awal untuk menjelaskannya sekarang? Mereka telah mengumumkannya walaupun masih ada waktu satu bulan lagi. Apa ada maksud tertentu?

Bagaimanapun, setelah melihatnya sejauh ini, ada satu ujian khusus yang muncul dibenak para siswa. Tepat saat kami membayangkannya, kata-kata Chabashira berikutnya mengubah hal itu menjadi kenyataan.

“Kalian akan berpartisipasi dan bersaing dalam ujian khusus [bertahan hidup di pulau tak berpenghuni]”

Ujian khusus, bertahan hidup di pulau terpencil.

Pertempuran antara kelas yang terjadi saat liburan musim panas tahun lalu, masih terukir jelas dalam ingatan kami. Setiap kelas bersaing dengan poin kelas yang terbatas, ada juga aturan tambahan seperti menebak pemimpin kelas lain, dan menempati spot untuk memperoleh poin.

“Kita akan melakukannya lagi tahun ini, ya…”

Keisei yang biasanya mendengarkan penjelasan ujian khusus dengan tenang, bergumam sambil mengingat kejadian itu.

Pada saat itu, siswa laki-laki dan siswa perempuan di Kelas D mengalami berbagai kesulitan dan perselisihan internal.

“Kalian semua pasti ingat ujian di pulau tak berpenghuni tahun lalu, tapi ujian tahun ini sangat berbeda dari itu. Ujian ini mungkin akan lebih sulit daripada ujian-ujian khusus sebelumnya. Tentu saja, poin kelas dan poin pribadi yang dapat kalian peroleh juga lebih banyak.”

Pada saat ujian di pulau tak berpenghuni tahun lalu, siswa bebas memilih cara bertarung mereka. Jika ingin menang, siswa harus berhemat dalam menggunakan poin, tapi jika ingin merelakan kemenangan, siswa diizinkan untuk menghabiskan waktu dengan santai. Selain itu, siswa tidak akan menerima hukuman dropout asalkan tidak melanggar peraturan yang fatal.

Meski Chabashira berkata bahwa ujian kali ini lebih sulit, sebenarnya apa perbedaannya dengan ujian tahun lalu? Mungkin sebentar lagi Chabashira akan menjelaskannya.

“Pertama-tama, aku akan mulai dengan menjelaskan jadwalnya secara detail. Kalian tidak perlu mencatatnya, karena nanti kalian bisa mengunduhnya dan memeriksanya di ponsel atau tablet kalian.”

Setelah memberikan instruksi itu, Chabashira menampilkan jadwal ujian khusus di layar monitor.

19 Juli : Berkumpul di lapangan, kemudian menaiki bus menuju pelabuhan, setelah itu naik ke atas kapal.

20 Juli : Ujian khusus dimulai, penjelasan rinci mengenai ujian akan diberikan, serta persediaan untuk bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.

3 Agustus : Ujian berakhir, peringkat akan diumumkan di atas kapal, dan hadiah akan diberikan sesuai dengan hasilnya.

*Poin pribadi untuk bulan Agustus akan diberikan setelah ujian khusus di pulau tak berpenghuni selesai.

4 Agustus : liburan satu minggu penuh di atas kapal pesiar.

11 Agustus : Kapal tiba di pelabuhan, dan kembali ke sekolah.

Upacara penutupan semester pertama akan diadakan pada hari Jum’at tanggal 16.

Ujian khusus akan dimulai tiga hari sesudahnya.

Selain itu, dapat dilihat bahwa periode ujian khusus kali ini dua kali lebih lama dari yang sebelumnya, yaitu dua minggu.

“Sensei, berdasarkan jadwal ini, bukankah liburan musim panas kami menjadi lebih singkat?”

Nishimura mengajukan pertanyaan bagaikan panah yang terbang dari busurnya. Liburan musim panas biasanya sekitar 40 hari, bahkan jika kami menghitung pelayaran di atas kapal sebagai liburan musim panas, kami hanya akan mendapat waktu liburan sekitar 24 hari. Tidak mengherankan jika siswa mengajukan keluhan.

“Sayangnya, itu adalah keputusan akhir. Sekolah sudah memutuskan untuk mempersingkat liburan musim panas kalian.”

Panah yang ditembakkan oleh siswa, diterima langsung oleh pihak sekolah.

Tentu saja, pertentangan tidak bisa dihindari.

Bagi kebanyakan siswa, hari libur lebih berharga daripada hari yang dihabiskan di sekolah.

“Namun, sebagai kompensasi, kalian akan menikmati pelayaran di atas kapal pesiar selama satu minggu penuh. Satu minggu ini seharusnya lebih bernilai dari waktu dua minggu yang hilang. Seperti yang kukatakan sebelumnya, pelayaran di atas kapal dapat kalian nikmati sebagai liburan.”

Chabashira terlihat seperti sedang membujuk kami dengan kata-kata itu.

Tahun lalu kami juga menaiki kapal pesiar mewah, tapi pada waktu itu kami hanya memiliki sedikit waktu untuk menikmati pelayaran. Aku ingat saat itu kami langsung mengerjakan ujian zodiak setelah menyelesaikan ujian bertahan hidup di pulau terpencil.

Bagi kami yang tinggal di lingkungan sekolah, dunia luar terasa sangat baru dan menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa ini adalah liburan musim panas terbaik karena kami bisa menjalani kehidupan yang berbeda dari biasanya, meskipun hanya berada di atas kapal. Bahkan siswa yang kurang puas sudah mulai menerimanya. Jika mereka tidak dapat menerima hal itu, mereka tidak akan bisa bergerak maju.

Tidak seperti tahun lalu, tahun ini para siswa memiliki poin pribadi dalam jumlah tertentu, jadi tidak akan ada siswa yang merasa tidak nyaman di atas kapal. Itu juga menjadi faktor penting untuk mengurangi stress siswa.

“Baiklah, sekarang mari kita beralih ke topik utama. Perbedaan besar antara ujian tahun lalu dengan ujian kali ini adalah [Skala]. Selain waktu ujian yang berlangsung dua minggu, luas pulau tak berpenghuni untuk ujian ini jauh lebih besar dari yang sebelumnya.”

Sebuah pulau tak berpenghuni yang mengambang di atas laut diproyeksikan oleh sebuah drone.

“Dan juga, kalian tidak hanya bersaing dengan siswa di angkatan yang sama, tapi juga dengan siswa di angkatan yang berbeda.”

Dengan kata lain, ujian ini akan dilakukan dalam skala yang melebihi waktu sebelumnya dalam berbagai aspek.

“Tentunya jumlah orang yang akan kalian hadapi juga lebih banyak daripada ujian sebelumnya.”

Meskipun ini adalah perkembangan yang tak terduga, ujian bertahan hidup ini akan melibatkan siswa di semua angkatan.

Selain itu, bagian yang paling mengejutkan adalah.. kami tidak hanya bersaing dengan siswa seangkatan saja.

“Itu… bukankah akan sangat merugikan untuk siswa kelas satu, dan menguntungkan untuk siswa kelas tiga?”

Pertanyaan itu datang dari Yousuke, yang membenci ketidakadilan. Jika ujian khusus ini melibatkan siswa di semua angkatan, mereka harus menerima perlakuan yang adil. Tapi sekarang bukan itu masalahnya. Berdasarkan perbedaan usia, fisik dan pengalaman, ada kesenjangan yang besar.

“Aku tahu apa yang kau maksud, tapi dari awal aku sudah mengatakan bahwa tidak ada ujian yang 100% adil. Bahkan jika kita mengambil contoh dari kelas dua, masih ada perbedaan sekitar satu tahun antara siswa yang lahir terlambat dan lahir lebih awal, tapi kalian masih bersaing di panggung yang sama, kan?”

Dengan kata lain, meskipun ada perbedaan satu tahun dalam angkatan yang sama, jika dilihat dari usia, mungkin ada kerugian sekitar dua tahun yang harus diterima oleh siswa yang lahir terlambat.

“Jika siswa kelas satu meminta nasehat, sebagai senpai, kalian wajib menjawabnya, tapi.. seberapa banyak yang ingin dikatakan itu terserah kalian. Ini sama seperti kalian meminta nasehat kepada siswa kelas tiga.”

Tampaknya kami bisa memberi nasihat sebanyak yang diinginkan, tapi itu sama saja seperti membantu musuh.

“Ada beberapa kesenjangan di antara semua angkatan, tapi pada dasarnya semua orang akan bertarung dipanggung yang sama. Oleh karena itu, untuk mengisi kesenjangan tersebut, siswa yang lebih muda akan menerima hadiah yang lebih banyak, dan hukuman untuk mereka akan diringankan.”

Jadi, semakin tinggi kelasmu, semakin kecil hadiah yang akan kau dapatkan, dan semakin berat hukuman yang akan kau terima? Sistem ini hampir sama seperti ujian khusus berpasangan di bulan April lalu. Saat itu, meski kami melakukan ujian bersama, siswa kelas dua akan mendapatkan hukuman pengusiran jika tidak lulus ujian, sedangkan siswa kelas satu tidak akan menerima poin pribadi selama 3 bulan. Ada perbedaan besar antara dua hukuman itu.

“Mari kita lanjutkan. Sekarang aku akan menjelaskan secara garis besar [bagian] dari aturan ujian bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.”

Siswa saling memandang satu sama lain mendengar kata [bagian].

“Dengan kata lain, semua aturan tidak akan diumumkan hari ini.”

Chabashira meminta kami untuk mendengarkannya dengan tenang, kemudian dia mengganti gambar di layar monitor.

Saat aku melihat layar monitor, muncul kata [kelompok] yang menonjol.

“Agar kalian dapat memahami aturan ujian khusus ini, kalian harus lebih dulu memahami tentang kelompok.”

Penjelasan ujian khusus kali ini mungkin akan lebih lama dari ujian-ujian sebelumnya.

Ini seperti menyiratkan betapa sulitnya ujian yang akan kami hadapi.

“Pada ujian khusus berikutnya, dengan kata lain dalam bertahan hidup di pulau tak berpenghuni, kalian harus membentuk kelompok besar dengan anggota 6 orang, sekolah menetapkan aturan itu untuk membuat kalian saling bekerja sama. Dan hal pertama yang perlu kalian ingat adalah.. kalian dapat membentuk kelompok besar dengan siswa seangkatan, terlepas dari kelas manapun.”

“Itu berarti… siswa kelas dua bisa dianggap sebagai sekutu…?”

Gumam Horikita, yang dulunya menganggap siswa di kelas lain sebagai musuh, suaranya bergema di dalam ruang kelas.

Chabashira mendengarnya, tapi dia terus melanjutkan penjelasan tanpa membalas perkataan Horikita.

“Dari hari ini sampai hari Jum’at, 16 Juli, sekitar dua minggu lagi, kalian diberikan hak untuk memilih dua orang siswa kelas dua yang kalian inginkan untuk membentuk kelompok kecil maksimal 3 orang. Kelompok kecil merupakan dasar dari kelompok besar. Namun, meski aku mengatakan kalian bebas memilih siapapun, masih ada aturan untuk itu. Pertama, seperti yang kukatakan, kalian hanya dapat membentuk kelompok kecil dengan siswa dari angkatan yang sama. Kalian tidak dapat membentuk kelompok kecil dengan siswa kelas satu ataupun siswa kelas tiga.”

(Tl note : dalam ujian khusus ini ada dua macam kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok kecil dapat dibentuk dengan siswa seangkatan [anggotanya bisa 3 orang, 2 orang ataupun solo…)

Itu berarti kami dapat membentuk kelompok kecil dengan Kelas 2-A atau Kelas 2-C.

Tampaknya siswa kelas satu dapat membentuk kelompok kecil maksimal 4 orang, dan kelas tiga maksimal 3 orang, sama dengan kelas dua. Ini mungkin salah satu aturan yang telah disiapkan untuk setiap tahun ajaran. Aturan ini ditampilkan dengan jelas di layar monitor.

Situasi dimana siswa antar kelas bekerja sama dan membentuk kelompok terkuat untuk berkompetisi bisa saja terjadi.

Jika kami dapat membentuk kelompok yang ideal dengan bebas, kami memiliki peluang yang tinggi untuk menang.

Sebaliknya, jika kelas-kelas lain membentuk kelompok dengan memilih orang-orang terbaik, kami harus bekerja sama untuk bersaing menghadapi mereka.

“Kemudian, untuk rasio siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam membentuk kelompok kecil campuran di ujian ini adalah, jumlah siswa perempuan setidaknya harus 2/3 atau lebih.”

Itu berarti kombinasi 2 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan, atau 1 siswa laki-laki dan 1 siswa perempuan tidak diperbolehkan.

Kombinasi untuk kelompok kecil di tampilkan pada layar monitor.

[1 laki-laki] [2 laki-laki] [3 laki-laki]

[1 perempuan] [2 perempuan] [3 perempuan]

[1 laki-laki dan 2 perempuan]

Totalnya ada 7 kombinasi. Sebaliknya, [2 laki-laki dan 1 perempuan] serta [1 laki-laki dan 1 perempuan] akan di tolak dan tidak diizinkan untuk membentuk kelompok.

“Apa yang akan terjadi jika kami tidak membentuk kelompok… atau tidak bisa membentuk kelompok?”

“Seperti yang kalian lihat di layar monitor, 1 orang dapat membentuk kelompok kecil.

Meskipun manfaatnya akan berkurang, tidak ada masalah serius yang akan muncul.

Ujian khusus ini dapat dilakukan terlepas dari jumlah orang di dalam kelompok. Siswa di izinkan menantang ujian ini solo, baik itu laki-laki maupun perempuan.”

Lebih banyak orang lebih baik, tapi satu orang masih tetap bisa mengikuti ujian khusus.

“Beberapa siswa mungkin berpikir akan lebih mudah bergerak solo, tapi.. lebih baik memiliki anggota sebanyak mungkin. Selain keuntungan memiliki banyak orang, hak istimewa akan diberikan kepada kelompok yang memiliki banyak anggota. Oleh sebab itu, aku sarankan jangan memilih untuk bertarung solo kecuali kalian tidak punya pilihan lagi.”

Jika dapat menangani ujian ini dengan mudah, bertarung solo bukanlah pilihan yang buruk, tapi siswa yang tidak dapat membentuk kelompok terpaksa harus menjalani ujian dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Dalam hal ini, membentuk kelompok kecil dengan tiga orang adalah syarat minimum bagi siswa biasa.

“Tidak ada hal penting yang perlu kukatakan selain keuntungan membentuk kelompok dengan banyak orang, tapi ada satu hal yang harus kalian perhatikan. Begitu kelompok kalian telah dikonfirmasi, kalian tidak bisa pindah ke kelompok lain apapun alasannya.”

Sepertinya siswa harus tetap bersama anggota kelompoknya sebagai sekutu sampai ujian khusus berakhir.

“Kami tidak bisa pindah ke kelompok lain, tapi kami diperbolehkan membentuk kelompok besar dengan anggota 6 orang pada hari ujian khusus, bukan? Namun saat ini, kami hanya dapat membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Apa maksudnya itu?”

Yousuke mengajukan pertanyaan itu pada Chabashira.

“Kau benar, itulah poin pentingnya. Setelah ujian khusus dimulai, kelompok-kelompok kecil yang telah terbentuk akan berkumpul (atau bergabung) menjadi kelompok besar. Kalian dapat membentuk kelompok besar dengan menggabungkan 2 kelompok yang terdiri dari 3 orang tiap kelompok atau 3 kelompok yang terdiri dari 2 orang tiap kelompok, atau bahkan 6 kelompok solo. Tapi, masih ada syarat agar sebuah kelompok besar disetujui. Ketika berada dalam kelompok besar yang terdiri dari 4 orang, proporsi siswa perempuan setidaknya harus lebih dari 50%.”

Sepertinya aturan tentang 2/3 siswa perempuan harus ada dalam kelompok, akan berubah menjadi 1/2 saat membentuk kelompok besar. Kalau memang seperti itu, membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 1 atau 2 orang sejak awal bisa dijadikan sebuah strategi.

“Setelah mendengarkan penjelasanku sampai sekarang, mungkin beberapa dari kalian berpikir bahwa kalian bisa membentuk kelompok besar begitu ujian dimulai, tapi itu tidaklah mudah. Meskipun kalian bebas memilih anggota, kesulitan membentuk kelompok besar yang ideal dalam ujian ini sangatlah tinggi. Kalian mungkin tidak akan dapat membuat kelompok besar hingga 6 orang. Situasi seperti itu bisa saja terjadi.”

Tampaknya memiliki kelompok dengan anggota yang sedikit tidak begitu efektif, jika mempertimbangkan resiko bertahan hidup sendirian di pulau tak berpenghuni dari awal sampai akhir, membentuk kelompok tiga orang sebelum ujian dimulai adalah cara yang lebih aman.

Jika tidak menghitung siswa yang sudah putus sekolah, setiap kelas memiliki 40 siswa. Di setiap angkatan terdapat 4 kelas, itu berarti ada 160 siswa di setiap angkatan. Dalam peraturan telah dinyatakan bahwa kami bisa membentuk kelompok besar maksimal 6 orang, jadi setidaknya akan ada 81 kelompok begitu ujian dimulai. Tapi tidak ada jaminan kalau setiap kelompok bisa mendapatkan 6 anggota, jumlah kelompok besar yang akan berkompetisi satu sama lain mungkin bisa mencapai ratusan.

“Aku tahu kalian pasti bingung saat aku mengatakan kalian bebas memilih anggota kelompok. Bagaimanapun juga, kalian masih belum mengerti tentang ujiannya dan kemampuan seperti apa yang akan dibutuhkan nantinya.”

Seolah mengetahui apa yang kami pikiran, Chabashira melanjutkan.

“Saat ini aku belum bisa memberitahu kalian tentang isi ujian khusus berikutnya. Tapi aku akan memberikan sedikit bocoran tentang kemampuan apa saja yang kalian butuhkan di sana.”

Setelah mengatakan itu, Chabashira melihat ke arah para siswa, yang menunjukkan eskpresi tegang.

“Pada ujian tahun lalu, banyak siswa yang merasa khawatir dan gugup, sehingga tidak bisa menunjukkan potensi mereka yang sebenarnya. Namun, perlu diingat bahwa ujian tahun ini akan membutuhkan [semua kemampuan]. Kemampuan akademik, fisik, mental dan berkomunikasi. Selain yang kusebutkan, kalian juga mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuan lain yang kalian kuasai.”

Menguasai bidang akademik dan olahraga saja tidaklah cukup.

Bisa dikatakan, siswa yang memiliki banyak kemampuan akan memperoleh keuntungan.

Mengaitkan [pulau tak berpenghuni] dengan [bidang akademik] memang terdengar tidak masuk akal, tapi ada beberapa cara untuk menghubungkan keduanya dalam ujian ini.

Misalnya, membuat peraturan dimana kau tidak akan mendapatkan makanan kecuali kau menjawab pertanyaan dengan benar.

Jika itu terjadi, aku bisa membayangkan kelompok yang dibentuk hanya dengan anggota yang berkemampuan fisik tinggi, akan gagal melewati ujian.

“Membentuk kelompok dengan siswa yang akrab dengan kalian memang penting, tapi kemampuan keseluruhan setiap anggota kelompok akan menentukan hasil ujian khusus. Oleh sebab itu, aku menyarankan kalian memilih anggota yang tepat.”

Bekerja sama dengan siswa yang kemampuan keseluruhannya tinggi akan lebih menguntungkan.

Namun, seperti yang dikatakan Chabashira tadi, memilih teman terdekat juga tidak bisa diabaikan.

Lagipula kami belum tahu apa-apa tentang ujian ini, ada kemungkinan kerjasama yang bagus akan mempengaruhi penilaian.

“Aku tadi mengatakan kalau semakin banyak orang, maka akan semakin menguntungkan, tapi alasannya bukan karena keuntungan jumlah. Melainkan karena berkaitan dengan aturan putus sekolah dalam ujian ini. Mari kita bayangkan situasinya. Pertama, Hirata menantang ujian ini solo sampai akhir. Kedua, Hirata, Sudou, dan Hondou membentuk kelompok untuk menantang ujian. Kita akan coba membandingkan kedua situasi ini.”

Setelah Chabashira selesai mengetik sesuatu di tablet, gambar di layar monitor beralih menampilkan kelompok 1 orang yang hanya terdiri dari Hirata, dan juga kelompok 3 orang yang berisikan tiga nama siswa, termasuk Hirata. Bagian dalam bingkai setiap nama diberi warna biru.

“Kita asumsikan saja, selama ujian khusus berlangsung, Hirata mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak bisa melanjutkan ujian. Jika dia menantang ujian khusus solo, maka kelompoknya akan didiskualifikasi dan menerima hukuman pada saat itu juga.”

Nama Hirata dalam kelompoknya berubah menjadi merah, itu menandakan bahwa dia sudah didiskualifikasi.

“Di sisi lain, seandainya Hirata berada dalam kelompok 3 orang, kira-kira apa yang akan terjadi…?”

Nama Hirata tetap berubah menjadi warna merah, tapi nama kedua anggotanya yang lain masih berwarna biru.

“Hirata yang telah didiskualifikasi, akan dikirimkan kembali ke kapal, tapi dua anggota yang lain masih dapat melanjutkan ujian khusus tanpa masalah. Dan seandainya kelompok mereka bertahan sampai akhir dan menempati peringkat pertama, Hirata akan dianggap sebagai salah satu pemenang, karena dia juga bagian dari kelompok.”

Itu berarti, meskipun ada anggota yang keluar, tidak akan jadi masalah selama masih ada anggota kelompok yang bertahan sampai akhir.

Intinya, semakin sedikit anggota kelompok, semakin besar kerugian yang akan ditanggung.

“Tidak peduli seberapa banyak anggota yang keluar di tengah-tengah ujian, selama kelompok masih memiliki anggota yang tersisa, mereka berhak untuk melanjutkan ujian. Dengan kata lain, semakin banyak orang di dalam kelompok, semakin besar kesempatan untuk bertahan sampai akhir.”

Jadi begitu. Memilih anggota kelompok yang tepat sangatlah penting.

Tidak peduli seberapa hebatnya seorang siswa, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa jika terjadi kecelakaan dan menderita luka parah.

Dengan mempertimbangkan resiko tersebut, membentuk kelompok 6 orang adalah salah satu strategi yang tepat untuk meraih kemenangan.

“Sekarang, aku akan menjelaskan tentang hadiahnya, karena kalian sudah mengerti betapa pentingnya menentukan anggota kelompok.”

Untuk pertama kalinya, kami akan mengetahui pengaruh ujian ini terhadap kelas jika kami berhasil melewatinya.

Pembagian Hadiah:

○Peringkat pertama: 300 poin kelas, 1 juta poin pribadi, 1 poin perlindungan.

○Peringkat kedua: 200 poin kelas, 500.000 poin pribadi.

○Peringkat ketiga: 100 poin kelas, 250.000 poin pribadi.

●Kelompok yang berada dalam 50% teratas (termasuk peringkat pertama sampai ketiga): 50,000 poin pribadi.

●Kelompok yang berada dalam 70% teratas (termasuk peringkat pertama sampai ketiga): 10,000 poin pribadi.

*Poin kelas yang didapatkan oleh tiga kelompok teratas akan dibayarkan oleh tiga kelompok terbawah.

*Poin kelas yang didapat akan dibagi sama rata sesuai dengan jumlah kelas yang berada dalam kelompok, bukan berdasarkan jumlah anggota.

Hadiah berupa poin kelas dan poin pribadi yang ditampilkan pada layar monitor sangatlah banyak. Jika kami berhasil menempati tiga peringkat teratas, hal itu tentunya akan mempengaruhi peringkat kelas, namun ada yang aneh dengan itu…

“Ini adalah daftar hadiah untuk ujian khusus kali ini. Perlu diingat bahwa kalian tidak bisa membentuk kelompok kecil diluar angkatan. Dan kali ini persaingan dengan angkatan yang berbeda tidak bisa dihindari. Namun, hadiah dan hukuman yang bisa kalian dapatkan juga dipengaruhi oleh [jumlah kelas dalam kelompok]. Misalnya, jika kelompok yang terbentuk dari Kelas D berhasil menempati peringkat pertama, maka semua hadiah untuk peringkat pertama akan diberikan kepada Kelas D. Sebaliknya, jika kelompok yang terbentuk dari 4 kelas berbeda berhasil menempati peringkat pertama, hadiahnya akan dibagi sama rata untuk 4 kelas. Memang benar jika siswa terbaik dari masing-masing kelas membentuk satu kelompok, kesempatan untuk menang akan meningkat, tapi selisih poin antar kelas tidak akan berubah sama sekali.”

Jumlah siswa dari setiap kelas tidak akan berpengaruh dalam sebuah kelompok, sekolah hanya akan membagikan 300 poin kelas secara merata untuk masing-masing kelas. Jika itu terjadi, selisih poin dengan kelas lain tidak akan berkurang sama sekali meskipun kami menempati peringkat pertama. Tidak, pada tahap ini, kami hanya dapat membentuk kelompok kecil maksimal 3 orang, jadi akan ada satu kelas yang tertinggal. Mustahil untuk mengadakan diskusi (bernegosiasi) yang ideal.

“Kemudian―total hadiah 600 poin kelas untuk tiga peringkat teratas akan dibayarkan oleh kelompok yang berada di tiga peringkat terbawah. Misalnya peringkat pertama dimenangkan oleh kelompok kelas dua, sementara peringkat terakhir ditempati oleh kelompok kelas satu, maka hadiah [poin kelas] akan dikumpulkan dari setiap anggota di kelompok kelas satu tersebut. Kelompok yang menempati peringkat kedua juga akan menerima hadiah dari kelompok yang berada di peringkat kedua terbawah, begitu pula untuk peringkat ketiga.”

Dengan kata lain, situasinya mungkin akan berkembang menjadi kompetisi mencuri poin kelas dari angkatan yang berbeda.

“Selanjutnya, aku akan menjelaskan apa yang terjadi seandainya kedua kelompok yang berada di peringkat atas dan peringkat bawah berasal dari angkatan yang sama. Dalam hal itu, kelompok yang menempati peringkat terakhir akan kehilangan 100 poin kelas, kelompok yang berada di peringkat kedua terakhir akan kehilangan 66 poin kelas, dan yang berada di peringkat ketiga terakhir akan kehilangan 33 poin kelas, lalu semua poin itu akan diberikan kepada tiga kelompok teratas. Seandainya semua anggota kelompok di peringkat pertama berasal dari kelas yang sama, maka kelas mereka akan menerima 300 poin kelas, tapi jika ada siswa dari kelas mereka yang menempati peringkat terakhir, 100 poin kelas akan dikurangi dan mereka hanya akan menerima 200 poin kelas.”

Jika kelompok yang anggotanya terdiri dari keempat kelas menempati peringkat pertama, poin kelas yang akan diterima oleh masing-masing kelas adalah 75 poin. Bahkan jika kelompok dari kelas kami menang, kami masih akan menderita kerugian seandainya ada siswa dari kelas kami yang menempati tiga peringkat terbawah.

“Seandainya poin kelas yang dikumpulkan kurang dari jumlah hadiah, sekolah akan menanggung sisanya. Aturan ini juga berlaku jika menerima hadiah dari angkatan yang berbeda.”

Jika ada kelas yang tidak punya cukup poin untuk membayar, sekolah akan menjamin hadiahnya.

“Sebagai tambahan, seandainya kelompok yang terdiri dari 4 kelas (campuran) menempati posisi terakhir, jumlah poin yang diambil dari masing-masing kelas akan dikurangi. Peringkat terakhir akan kehilangan 75 poin kelas, peringkat dua terakhir akan kehilangan 50 poin kelas dan peringkat tiga terakhir akan kehilangan 25 poin kelas. Hukuman akan ditanggung sama rata.”

Karena tahu betapa sulitnya keempat kelas untuk bekerja sama, sekolah memberikan sedikit keringanan.

“Memang benar, kelompok yang berada di peringkat tiga terbawah akan menerima hukuman. Mereka akan kehilangan poin kelas, tapi bukan hanya itu saja. Semua anggota kelompok yang berada di peringkat lima terbawah akan dikeluarkan dari sekolah.”

Para siswa terkejut mendengarnya.

Jika semua kelompok itu beranggotakan 6 orang, maka 30 orang akan dikeluarkan dari sekolah.

“Mi-Misalkan hanya siswa Kelas 2-D yang berada di peringkat terbawah…”

“Kemungkinan terburuknya, kelas kita akan kehilangan 9 orang. Tapi, kalian tidak perlu khawatir. Seandainya kalian menerima hukuman itu, kelompok kalian bisa membayar 6 juta poin pribadi agar terhindar dari hukuman. Pembagian ini berdasarkan jumlah anggota di dalam satu kelompok. Untuk kelompok yang memiliki anggota 6 orang, setiap anggota hanya perlu membayar 1 juta poin pribadi agar bisa selamat.”

Bahkan jika kami menerima hukuman, tampaknya masih ada cara untuk menghindarinya.

“Begitu ujian dimulai, kalian tidak dapat meminjam poin pribadi dari siswa lain, karena itu, penting bagi kalian untuk menyediakan banyak poin pribadi sebelum menaiki kapal.”

Sepertinya saat ujian berlangsung, opsi untuk saling membantu satu sama lain tidak diizinkan oleh sekolah, kami harus mengumpulkan poin yang cukup sebelum ujian dimulai.

“Apa yang akan terjadi jika ada anggota kelompok yang tidak mampu membayar?”

“Tidak perlu khawatir. Bahkan jika 5 anggota lainnya tidak mampu membayar, kau masih bisa selamat asalkan membayar 1 juta poin pribadi.”

Tampaknya kami tidak perlu khawatir dengan risiko dropout, selama kami memiliki poin yang cukup.

“Aku ingin menanyakan sesuatu.”

Horikita yang duduk tepat di hadapan Chabashira, mengangkat tangannya.

“Dalam aturan, jika kami membentuk kelompok dengan siswa kelas lain, hadiahnya akan dibagi sama rata. Bukankah ini sama saja seperti menyuruh kami untuk membuat kelompok dengan teman sekelas?”

Menurut Horikita, bahkan jika kami bekerja sama dengan kelas lain dan meraih kemenangan, tidak ada gunanya jika hadiah akan dibagi sama rata.

“Kalau kalian tidak mau membentuk kelompok dengan kelas lain, kalian hanya perlu memilih anggota dari kelas kalian sendiri. Itu saja.”

Chabashira menyerahkan pembentukan kelompok pada kami.

Sebenarnya, tidak ada solusi yang tepat untuk masalah ini. Namun, satu hal yang pasti, jika kami membentuk beberapa kelompok dari kelas kami sendiri untuk memonopoli semua hadiah, maka siswa yang tertinggal akan mengalami kesulitan dalam ujian nanti dan mereka bisa saja dikeluarkan dari sekolah.

Di sisi lain, walaupun membentuk kelompok dengan kelas lain akan membuat hadiah yang kami terima berkurang, itu akan membuat kami lebih mudah untuk membentuk kelompok dan mengurangi risiko terkait adanya siswa yang dikeluarkan. Tentu saja, masalahnya bukan hanya itu saja.

Kami harus membentuk kelompok yang dapat bertahan sampai akhir di pulau tak berpenghuni.

Berikut ini ringkasan informasi yang telah disampaikan Chabashira sejauh ini:

  • Siswa akan bertahan hidup selama dua minggu di pulau tak berpenghuni.
  • Ujian ini akan menilai seluruh kemampuan siswa, sehingga kelompok yang kemampuan keseluruhannya paling tinggi, memiliki peluang lebih besar untuk menang. Tapi kerja sama anggota dalam kelompok juga perlu diperhatikan.
  • Kelompok yang berhasil menduduki peringkat teratas akan menerima poin kelas, poin pribadi, poin perlindungan dan hadiah khusus lainnya (Poin kelas akan dibagi sama rata tergantung jumlah kelas dalam kelompok).
  • Kelompok dapat dibentuk dengan anggota minimal 1 orang dan maksimal 6 orang, semakin banyak anggota maka akan semakin bagus (Peringkat kelompok akan ditentukan berdasarkan anggota kelompok yang dapat bertahan sampai akhir atau tidak).
  • Kelompok yang menduduki peringkat terbawah akan menerima hukuman yaitu dikeluarkan dari sekolah.
  • Kelompok kecil yang dibentuk sebelum ujian dimulai harus terdiri dari siswa di angkatan yang sama (maksimal 3 orang).
  • Membentuk kelompok besar ketika ujian berlangsung tidaklah mudah.

Kira-kira begitulah, namun itu belum mencakup keseluruhan ujian khusus ini.

“Sejauh ini, aku sudah menjelaskan bagian rumitnya, tapi masih ada lagi yang harus kujelaskan.”

Setelah menghela nafas dalam-dalam, Chabashira beralih ke penjelasan berikutnya.

“Lihatlah ini.”

Gambar di monitor beralih menampilkan tabel yang memuat delapan kategori.

Daftar Kartu Dasar:

  1. Head Start: Pada saat ujian dimulai, jumlah poin yang dimiliki siswa akan dikalikan 1,5 (satu setengah).
  2. Bonus: Hadiah poin pribadi untuk pemilik kartu ini akan digandakan.
  3. Half Off: Pemilik kartu ini hanya perlu membayar setengah dari poin pribadi saat menerima penalti. Kartu ini hanya berlaku bagi pemiliknya.
  4. Stowaway: Digunakan untuk menunjuk satu kelompok begitu ujian dimulai. Siswa yang memiliki kartu ini akan menerima setengah dari poin pribadi yang dimenangkan oleh kelompok yang ditunjuk. Namun jika pemilik kartu ini bergabung dengan kelompok yang ditunjuknya, efek kartu ini tidak akan aktif.
  5. Insurance: Seandainya pemilik kartu ini jatuh sakit saat ujian berlangsung, sekolah akan memberikan waktu istirahat selama satu hari. Kartu ini tidak berlaku untuk siswa yang didiskualifikasi karena berbuat curang.

Daftar Kartu Spesial :

  1. More People: Pemilik kartu ini bisa membentuk kelompok yang terdiri dari 7 orang. Kartu ini bisa diaktifkan begitu ujian dimulai. Syarat mengenai rasio antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah kelompok tidak akan berlaku.

  2. Nullify: Jika pemilik kartu ini terancam dikeluarkan, maka poin pribadi yang harus dibayar akan dikurangi hingga nol. Hanya bisa digunakan oleh siswa yang memiliki kartu ini.

  3. Trial: Pemilik kartu ini berhak mendapatkan poin kelas 1.5 kali lebih banyak dalam ujian ini. Namun, jika gagal menduduki posisi 30% teratas, maka kelompok yang anggotanya memiliki kartu ini akan menerima hukuman. Bonus poin kelas itu akan diberikan oleh pihak sekolah.

“A-Apa ini?”

“Kartu ini akan berpengaruh dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni, dan semua siswa akan menerima salah satunya. [Efek Kartu] dapat kalian pahami dengan melihat penjelasannya.”

Terdapat 8 jenis kartu yang terlihat di monitor, ada kartu yang khusus untuk melindungi diri sendiri, dan ada pula kartu yang khusus untuk memberikan keuntungan selama ujian berlangsung. Kartu terakhir yaitu [Kartu Trial] adalah satu-satunya yang memiliki efek samping yang merugikan.

Jika dapat memanfaatkannya dengan baik, kartu itu memiliki potensi yang lebih tinggi daripada yang lain. Tapi tidak mudah untuk meraih 30% teratas.

“Setiap siswa akan menerima salah satu dari 8 kartu ini secara acak. Kartu-kartu ini akan dibagikan besok pagi, dan kartu yang kalian dapatkan bisa ditukarkan atau diperjualbelikan dengan siswa di angkatan yang sama hingga ujian khusus dimulai. Kalian bisa melihat kartu yang dimiliki oleh masing-masing siswa dalam OAA. Kalian bisa menjual kartu yang kalian miliki pada siswa yang ingin membelinya, atau kalian juga bisa mengumpulkan banyak kartu dengan membelinya dari siswa lain. Namun jika kalian mempunyai kartu yang sama, efeknya tidak akan digandakan, jadi tidak ada gunanya mengumpulkan kartu yang sama.”

Peraturan Terkait Kartu :

1. Kartu Dasar dan Kartu Spesial dapat ditukarkan dengan siswa seangkatan.

  1. Kartu tidak bisa ditukarkan dengan teman sekelas. Setelah ditukarkan sekali, kartu itu tidak bisa ditukarkan lagi.
  2. Siswa tidak bisa menggunakan fungsi dari kartu yang sama lebih dari sekali, tidak peduli seberapa banyak kartu yang dimiliki.

Dengan kata lain, setiap siswa hanya bisa menggunakan maksimal 7 kartu.

Namun, karena hal positif dan negatif bisa saja terjadi, tidak mungkin untuk menggunakan semua kartu dalam ujian. Pada akhirnya, kau hanya membutuhkan kartu yang sudah dimiliki sejak awal agar kartu-kartu tersebut dapat digunakan secara efektif.

“Setiap angkatan hanya menerima tiga kartu spesial dan dibagikan secara acak. Oleh karena itu, ada kemungkinan hanya satu kelas yang memegang 3 kartu spesial. Itu saja penjelasannya untuk sekarang.”

Penjelasan panjang mengenai hadiah dan hukuman dalam ujian bertahan hidup di pulau terpencil akhirnya selesai.

Dan kami juga sudah mendengar informasi tambahan terkait pembagian kartu.

“Beberapa dari kalian mungkin tidak mengerti dengan semua penjelasan ini. Tapi kalian tidak perlu khawatir, manual ujian khusus ini akan dikirimkan secara otomatis ke tablet masing-masing sebelum jam istirahat makan siang. Kalian dapat memeriksanya nanti di sana.”

Setelah Chabashira memberi semua penjelasan itu, bel berbunyi.. yang menandakan berakhirnya jam pertama.

“Masih ada banyak waktu sebelum ujian dimulai. Pikirkan baik-baik strategi seperti apa yang akan kalian gunakan nantinya.”

Setelah memberi nasihat itu, Chabashira meninggalkan ruang kelas. Kemudian para siswa berkumpul bersama.

Sementara itu, Kouenji, yang duduk di sebelah kiriku dengan satu kursi kosong di antara kami, langsung berdiri setelah Chabashira pergi dan berjalan menuju koridor. Ini hanyalah tindakan egois yang dilakukan Kouenji sehari-hari, tapi ini lebih cepat dari biasanya.

Aku merasa ada yang aneh dengan perilaku Kouenji hari ini, aku memutuskan untuk mengikutinya.

Aku menghilangkan suara langkah kakiku agar dia tidak menyadari keberadaanku. Namun, tempat ini cukup terbatas karena bukan di pulau tak berpenghuni yang memiliki banyak pohon untuk bersembunyi.

Tapi, orang normal biasanya tidak akan menjalani kehidupan mereka dengan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Bahkan jika seorang amatiran diikuti oleh amatiran yang lain, dia tidak akan menyadari keberadaan orang yang mengikutinya.

Tak lama kemudian, aku bisa mendengar suara Chabashira dan Kouenji dari sudut koridor.

Aku menahan nafasku sedikit dan mendengarkan pembicaraan mereka dari balik tembok.

“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan Kouenji?”

“Kurasa, aku belum menerima penjelasan yang penting dari Teacher.”

Chabashira, yang saling berhadapan dengan Kouenji, bertanya padanya.

“Penjelasan penting?”

“Seandainya siswa yang menantang ujian khusus solo jatuh sakit saat ujian sedang berlangsung, apa yang akan terjadi?”

“Kukira kau ingin bertanya apa, ternyata hanya sesuatu yang membosankan.”

Meskipun aku tidak bisa melihat wajahnya, aku bisa mendengar Chabashira tertawa kecil.

“Pada tahun lalu, kau mengundurkan diri di tengah-tengah ujian karena alasan sakit. Sayangnya itu tidak akan berhasil untuk tahun ini. Kau hanya akan menerima hukuman tanpa perlakuan khusus apapun. Dengan kata lain, kau harus membayar 6 juta poin pribadi agar tidak dikeluarkan. Tapi dilihat dari kondisimu sekarang, kau tidak akan sanggup membayarnya.”

“Fufu, memang benar. Aku dalam masalah karena sekarang aku tidak punya poin yang banyak.”

Tampaknya Kouenji masih berencana untuk mundur, bahkan dalam ujian kali ini.

Tapi, tidak mungkin bagi orang yang membentuk tim solo, mundur di tengah ujian.

“Jadi, apa yang akan kau lakukan? Tetap mempertahankan kebebasanmu, dan dikeluarkan dari sekolah?”

“Entahlah, aku juga penasaran apa yang harus kulakukan. Teacher boleh pergi sekarang.”

Kouenji sepertinya sudah puas dengan jawaban Chabashira, dia memintanya untuk pergi. Tidak lama setelah itu, suara langkah kaki Chabashira terdengar semakin menjauh.

Kouenji sepertinya juga akan segera pergi. Tidak ada gunanya lagi aku berlama-lama di sini.

Aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini tanpa membuat kebisingan.

Tapi―

“Ngomong-ngomong, orang yang bersembunyi disana dan telah mengikutiku dari tadi, siapa itu?”

Kouenji menyadari keberadaanku yang bersembunyi di balik tembok. Suaranya bergema di koridor.

“Apakah kau mau menunjukkan dirimu atau tidak, itu terserah padamu.”

Padahal aku sudah menghilangkan suara langkah kakiku, tapi dia masih bisa menyadari keberadaanku.

Rasanya dia seperti memiliki insting binatang buas…

Aku bisa saja kembali ke ruang kelas tanpa menunjukkan wajahku, tapi aku memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian.

“Rupanya Ayanokouji-boy. Apa kau ada perlu denganku?”

Kouenji tidak terkejut melihatku, malahan dia menerima keberadaanku di sini.

Tapi itu bukan berarti dia sudah menduga kalau orang yang mengikutinya adalah aku, melainkan dia tidak peduli sama sekali.

“Horikita memintaku untuk mengawasimu. Dia mengatakan kalau sikapmu itu tidak bisa diprediksi.”

“Hm?”

Kouenji menatapku seolah sedang menilai ekspresiku, dia secara perlahan berjalan mendekatiku.

“Kau sepertinya pintar dalam menyimpan rahasia. Tapi, baik itu kebenaran maupun kebohongan, aku tidak bisa membedakannya darimu, Ayanokouji-boy. Aku tidak dapat mempercayai kata-kata orang seperti itu.”

“Menurutku kau bukan tipe orang yang mempercayai orang lain.”

“Fufufu, memang benar. Aku tidak percaya pada siapapun kecuali diriku sendiri. Lebih tepatnya, aku tidak tertarik dengan orang lain.”

Kouenji menghentikan langkah kakinya tepat di sampingku.

“Termasuk kau, Ayanokouji-boy.”

Aku ingat ketika aku mendapat nilai sempurna dalam matematika, Kouenji meninggalkan ruang kelas tanpa bereaksi sedikitpun.

Setelah itu, dia juga tidak bertanya pada siapapun tentang detail kemampuan yang kusembunyikan.

Aku tidak merasakan kebohongan dalam perkataan Kouenji barusan.

“Apa yang akan kau lakukan di ujian ini?”

“Yah… mengenai itu, bisakah kau memasukkanku ke dalam kelompokmu?”

Aku penasaran dengan jawabannya, tapi ternyata malah ini yang dia katakan.

Jika Kouenji bergabung ke dalam sebuah kelompok, dia dapat mengundurkan diri begitu ujian dimulai.

“Maaf, aku menolak. Aku tidak berniat untuk menerima seseorang yang akan mundur tepat setelah ujian dimulai.”

“Fufu, begitu ya, apa boleh buat.”

“Tapi, apa kau akan baik-baik saja? Bahkan jika kau dapat membentuk kelompok, pada akhirnya kau harus mempercayakan nasibmu pada anggota kelompokmu agar tidak dikeluarkan.”

“Jika aku mundur tanpa melakukan apa-apa, mungkin aku akan dikeluarkan dari sekolah.”

Kouenji kembali melanjutkan langkah kakinya yang tadi terhenti, dan melewatiku.

“Aku hanya perlu memikirkannya sebelum ujian khusus dimulai.”

Setelah mengatakan itu, Kouenji kembali ke ruang kelas.

Bagian 2

“Ujian khusus di pulau tak berpenghuni dua tahun berturut-turut. Bukan berarti aku tidak pernah memikirkannya…”

“Akhirnya tiba juga waktunya, begitulah yang kupikirkan.”

Ketika aku kembali ke kelas, pembicaraan rutin dalam menghadapi ujian khusus telah dimulai.

Beberapa siswa, termasuk Yousuke, berkumpul di kursi barisan depan tempat Horikita duduk. Sepertinya mereka sedang memikirkan solusi untuk situasi saat ini.

Kouenji juga sudah kembali ke tempat duduknya, dia sibuk melihat dirinya sendiri di cermin tangan yang biasa dia gunakan.

“Meskipun ada kondisi tertentu, bagian terpenting dalam ujian kali ini adalah kita dapat memilih anggota kelompok dari siswa seangkatan.”

Itu adalah aturan baru yang tidak pernah ada sebelumnya dalam ujian khusus.

Namun, kemunculan aturan semacam ini berada di luar harapan siswa.

“Tapi, bagaimana dengan poin kelas yang kita terima saat memenangkan ujian? Aku mengerti alasanmu, tapi membentuk kelompok dengan kelas lain itu rasanya seperti bermain-main dalam ujian.”

Benar sekali. Perkataan Sudou itu cukup masuk akal. Dalam ujian khusus ini, kita tidak hanya bertarung dengan angkatan yang berbeda saja, tapi juga bersaing dengan tahun ajaran yang sama. Satu-satunya cara yang efisien untuk menyelesaikan ujian ini adalah membentuk kelompok dengan teman sekelas.

Meski begitu, sekolah telah menyiapkan aturan yang menarik.

Kami akan lebih mudah masuk ke dalam peringkat teratas dengan memilih anggota kelompok dari siswa kelas lain yang memiliki kemampuan keseluruhan yang tinggi. Resiko menerima hukuman akan berkurang, tapi hadiah yang diterima juga akan berkurang.

Di sisi lain, membentuk kelompok dengan teman sekelas akan beresiko tinggi menerima hukuman, tapi peluang untuk mendapatkan hadiah menjadi lebih tinggi.

Situasi yang ideal adalah membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 orang dengan teman sekelas, setelah itu bergabung dengan kelas lain menjadi kelompok besar.

Namun, tidak mudah untuk membentuk kelompok besar begitu ujian dimulai. Jika kau tidak memiliki jaminan untuk bebas membentuk kelompok besar sebelumnya, kau akan menerima kerugian yang besar. Namun terlepas dari hal itu, ujian khusus

berikutnya memliki pengaruh yang sangat besar. Jika satu kelas menempati tiga peringkat teratas, kelas tersebut akan menerima 600 poin kelas. Seandainya Kelas 2-D berhasil meraihnya, itu akan menjadi tiket kilat untuk naik tingkat menjadi Kelas 2-B.

“Tapi menurutku, kita tidak akan bisa membuat kelompok yang seimbang jika memlih anggota dari teman sekelas saja. Bahkan jika kita melakukannya…

bagaimana kalau kelas lain bekerja sama? Kemungkinan terburuk, hanya Kelas 2-D saja yang tertinggal.”

Memenangkan ujian hanya dengan Kelas 2-D, tidak lebih dari sebuah pemikiran yang ideal.

Jika satu kelas memilih untuk bertarung sendiri, ada kemungkinan mereka akan ditargetkan oleh tiga kelas lain yang telah beraliansi. Dan jika mereka kalah, tidak ada harapan untuk mendapatkan hadiah yang banyak.

“Bahkan jika kita tidak bisa memenangkan ujian, menyerah terlalu awal akan membuat kita beresiko dikeluarkan. Dengan kata lain, jika kita percaya diri… tidak, jika ada alasan untuk menang, baru kita akan membentuk kelompok besar dengan kelas lain.”

Ujian khusus, yang membuat semua siswa menganggap kelas-kelas lain sebagai sekutu dan musuh, mungkin belum pernah ada sebelumnya.

Jika mempertimbangkan hal itu, membentuk kelompok dengan siswa dari kelas lain sejak awal juga termasuk bagian yang penting dari strategi.

Namun, tidak mudah untuk sejalan dengan kelas lain.

Bagaimanapun, tidak banyak keuntungan membentuk kelompok dengan teman sekelas, tapi karena poin kelas bisa berubah drastis dalam ujian ini, wajar jika ingin mengungguli kelas lain. Terlebih lagi untuk kelas-kelas bawah.

Oleh karena itu, jika kami ingin mulai membentuk kelompok, kami harus memustuskan strateginya terlebih dulu.

“Kira-kira, bagaimana Sakayanagi-san, Ryuuen-kun, dan Ichinose-san akan bertindak?”

Untuk memutuskan hal itu, Horikita menggunakan kata-kata Yousuke sebagai dasar untuk memulai pembicaraan dengan seluruh siswa di kelas.

“Kelas A yang berada di posisi teratas, mungkin tidak keberatan untuk membentuk

kelompok campuran dengan kelas lain. Tidak peduli kelompok mana yang menang,

mereka tidak akan mempermasalahkannya selama jarak poin kelas tidak berkurang.

Sebaliknya, tiga kelas yang berada di bawah mereka, termasuk kita, ingin menutup jarak tersebut.”

“Lalu, bagaimana kalau kita membuat aliansi antara tiga kelas? Demi mengurangi jarak dengan Kelas A, menurutku itu bukan ide yang buruk.”

Sudou yang telah diam mendengarkan, mengajukan sebuah ide yang cukup bagus.

Gagasan menggabungkan kekuatan dengan kelas lain untuk menyerang Kelas A, dan menjadikannya sebagai musuh bersama.

“Musuh dari musuh kita adalah sekutu, itu maksudmu kan. Bukan ide yang buruk untuk mengisolasi Kelas A. Ichinose-san mungkin akan menerima rencana ini.”

“Tapi kalau kita mengusulkan rencana untuk mengisolasi Kelas A, kita harus bersiap menerima permusuhan dari Kelas A. Mengingat kepribadian Sakayanagi-san, meski Kelas D kelas terbawah, dia tetap akan menggunakan cara apapun untuk menyerang kita habis-habisan.”

Biasanya, Kelas A akan fokus pada Kelas B yang berusaha mengejar ketinggalan.

Tapi, seperti yang dikatakan Yousuke, Sakayanagi cenderung tidak melepaskan mangsanya.

“Sebisa mungkin, kita akan mengurangi jarak poin kelas secara diam-diam.”

“Bahkan jika ketiga kelas bertarung bersama, lebih baik bukan kita yang mengusulkan rencananya.”

Rencananya adalah membuat kelas lain menerima permusuhan dari Kelas A yang dipimpin oleh Sakayanagi.

Mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan.

Hal yang paling merepotkan dalam ujian khusus ini, berdiskusi dengan teman sekelas saja tidak akan menyelesaikan permasalahannya.

Tidak peduli seberapa lama kami berdiskusi di sini, tidak akan ada kemajuan. Jika kami tidak mengetahui apa yang dipikirkan Kelas B dan Kelas C, maka itu hanya akan berakhir sebagai rencana yang tidak lebih dari sekedar teori, dan tidak bisa diterapkan.

Tidak mudah untuk membuat tiga kelas saling berdiskusi satu sama lain.

Selain Ichinose, aku tidak berpikir Ryuuen mau bekerja sama.

Selain itu, jika Sakayanagi mendapatkan informasi ini, dia pasti akan langsung bertindak.

“Sepertinya akan sulit membuat keputusan…”

Walaupun masih ada waktu satu bulan lagi, tidak mungkin kami bisa tenang ketika kelompok terbentuk satu persatu di sekitar kami.

“Kita akan sangat terbantu jika ada ide serupa dari kelas lain…”

Para siswa Kelas D berpikir keras mencari solusi untuk hal itu.

“Hanya untuk membentuk kelompok saja sudah membuatku sakit kepala.”

Masih ada hal penting yang harus dilakukan, selain membentuk kelompok.

Yaitu keberadaan kartu yang memiliki bermacam-macam fungsi. Besok pagi, setiap siswa akan menerima kartu yang tidak dapat ditukarkan dengan teman sekelas. Selain itu, ketika kartu sudah ditukarkan sekali, kartu itu tidak akan bisa kembali lagi ke pemilik aslinya. Dengan kata lain, tidak ada pilihan selain menjual kartu yang tidak berguna untukmu kepada siswa kelas lain, atau membeli kartu yang berguna untukmu dari siswa kelas lain.

“Kemungkinan, sebagian besar siswa akan mulai bertindak besok.”

“Ya. Mengumpulkan kartu yang berguna untuk kelompok juga penting.”

Hari dimana kami akan membentuk kelompok untuk ujian khusus akhirnya dimulai.

Secara alami, perubahan signifikan akan terjadi pada kelas, termasuk Kelas D.

Bagian 3

Sepulang sekolah, ponsel siswa yang berbakat dalam bidang akademik dan olahraga, berdering sekaligus. Horikita mendekatiku sambil memperhatikan situasi itu.

“Sepertinya semua orang sudah mulai bergerak. Yah, wajar memilih siswa-siswa berbakat untuk menjadi anggota kelompok.”

Tidak peduli strategi macam apa yang dibuat oleh masing-masing kelas, ada baiknya bagi siswa untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu.

Apa kau tidak menerima pesan apapun, Horikita?”

“Tidak ada.”

“Yah.. itu wajar sih, karena tidak banyak orang yang mengetahui informasi kontakmu.”

“Kamu sudah tahu itu, tapi kamu sengaja menyebutkannya, kamu memiliki kepribadian yang buruk ya. Jadi, apa ada yang mengirim pesan padamu, Ayanokouji-kun, satu-satunya siswa yang mendapat nilai sempurna dalam ujian matematika?”

Aku memutuskan untuk melihat ponselku yang tidak berdering, untuk menghindari kemarahannya.

“Sayangnya, baterai ponselku habis. Aku belum mengisinya ‘beberapa hari ini.”

(Tl note : ‘ 2, 3 hari)

“Wajar kalau kamu jarang mengisi baterai ponselmu, karena kamu tidak sering menggunakannya.”

Itu tidak benar.. aku ingin menyangkal seperti itu, tapi apa yang dikatakan Horikita memang benar.

Jika seseorang tidak menggunakan ponselnya dalam waktu lama, dia akan lupa mengisi baterainya.

“Bukankah kau seharusnya lebih memperhatikan teman sekelas kita? Jika mereka sembarangan memilih kelompok, kaulah yang akan kesulitan nantinya.”

“Itu tidak perlu, aku sudah memberi instruksi pada mereka. Aku mengirimnya dalam bentuk pesan kepada semua orang. Mungkin kamu belum mengetahuinya karena ponselmu sedang mati.”

Dengan mengatakan itu, Horikita memperlihatkan layar ponselnya padaku.

  • Jangan membentuk kelompok sebelum Kelas D mencapai kesepakatan.
  • Jika ada yang ingin membentuk kelompok secepatnya, hubungi dulu Horikita.

Tampaknya Horikita telah menetapkan sedikit aturan untuk mengantisipasi hal ini.

“Aku tidak bisa memaksakan aturan ini pada mereka. Hasilnya tergantung keputusan mereka masing-masing.”

Memang benar, itu adalah hak mereka untuk memutuskan anggota kelompok. Mereka tidak dapat membentuk kelompok bersama orang yang kepribadiannya tidak sesuai dengan mereka, karena itu bisa saja menyebabkan mereka dikeluarkan dari sekolah. Sekalipun keempat kelas bekerja sama untuk menyelesaikan ujian, tidak akan ada situasi ideal dimana tidak ada seorangpun menerima hukuman.

Oleh karena itu, satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah memberi saran.

Kemudian, aku berdiri dari kursiku dan mengisi baterai ponsel dengan charger yang selalu kubawa.

Karena mungkin saja ada siswa yang menguping pembicaraan kami.

“Apakah Ichinose sudah menghubungimu? Aku tidak akan terkejut jika dia mengusulkan rencana kerja sama antara kelas dua.”

“Sejauh ini belum ada yang menghubungiku. Bahkan Kelas A maupun Kelas B juga tidak mengajukan proposal. Jika semua kelas dua ingin bekerja sama, mereka harusnya sudah menghubungi kita sekarang.”

Seandainya siswa membentuk kelompok atas keinginannya sendiri, kerja sama akan semakin sulit terbentuk. Jika tidak melakukan diskusi dari awal, pada akhirnya semua kelas dua akan saling bertarung satu sama lain. Horikita harusnya sudah bertindak sekarang, jika dia memang ingin bekerja sama.

Horikita tidak menunjukkan ketidakpuasannya melihatku pergi ke koridor.

Sebaliknya, dia mengikutiku.

Sepertinya masih ada yang ingin dia katakan, setelah memastikan tidak ada orang di sekitar kami, Horikita mulai bicara padaku.

“Ujian khusus di pulau tak berpenghuni berikutnya… bisakah kamu mendapatkan peringkat pertama seorang diri?”

“Jangan bercanda. Saat ini kita hanya mengetahui kalau ujian akan diadakan di pulau tak berpenghuni.”

“Kupikir kamu yang mendapatkan nilai sempurna dalam ujian matematika, tidak membutuhkan kelompok.”

Alasan macam apa itu? Dia mengungkapkan pemikirannya dengan menekankan kata-kata itu.

“Jika kita berada di peringkat pertama, Kelas D pasti akan mendapatkan poin kelas yang banyak. Kamu akan mengambil peringkat pertama, lalu kelas tiga dan kelas satu

akan menempati peringkat kedua dan ketiga. Itu lebih baik daripada membiarkan kelas dua lainnya.”

Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

“Kalau untuk itu, kita dapat beralasan membentuk kelompok karena tidak ingin menerima hukuman. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk membentuk kelompok.”

Kalau kami beralih untuk membentuk kelompok yang kuat demi kemenangan, kelompok yang lemah pasti akan terbentuk.

“Tidak semua orang mampu membayar satu juta poin pribadi untuk menghindari hukuman.”

“Ya. Aku ingin mengumpulkan poin pribadi sebanyak mungkin untuk siswa yang mengkhawatirkan, tapi jika siswa yang meminjamkan poin menerima hukuman pengusiran, aku tidak akan bisa berbuat apa-apa.”

Tidak ada yang lebih sia-sia daripada membantu orang lain sementara dirinya sendiri gagal.

“Kalau kau tidak ingin itu terjadi, kau hanya perlu meminjamnya pada siswa yang memiliki poin berlebih.”

Itu mungkin akan berhasil, tapi siswa yang memiliki poin pribadi dalam jumlah banyak sangatlah terbatas.

“Sebenarnya masih ada cara untuk menghindari hukuman, tapi aku tidak yakin mereka mau melakukannya.”

“Mundur dengan sengaja di awal ujian?”

Sepertinya Horikita sudah melihat sedikit celah dalam ujian ini. Menurut aturan, hanya 5 kelompok peringkat terakhir yang akan dikeluarkan dari sekolah. Dalam hal itu, jika kami menyiapkan 5 kelompok tumbal dan membiarkan mereka mundur dengan sengaja, siswa-siswa yang lain tidak perlu khawatir akan menerima hukuman. Namun, untuk melakukannya, kami harus mempersiapkan 30 juta poin pribadi sebelum itu, terlebih lagi poin kelas akan diambil oleh tiga kelompok teratas. Bahkan jika kelompok tumbal dan kelompok teratas berasal dari kelas yang sama, kami tidak akan dapat memulihkan kerugian. Alasan pihak sekolah mengkaitkan tiga kelompok teratas dengan tiga kelompok terbawah, dapat dianggap sebagai tindakan untuk mencegah kecurangan.

“Sepertinya kita hanya bisa mengandalkan kekuatan masing-masing.”

“Itu benar. Bisakah aku berkonsultasi lagi denganmu nanti?”

Horikita berhenti berjalan dan berkata begitu.

“Asalkan bisa kujawab.”

“Itu sudah cukup, terima kasih.”

Sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan Horikita denganku nanti.

Setelah melihat Horikita pergi, aku juga memutuskan pergi menuju tangga

Bagian 4

Saat aku melangkahkan kaki di koridor dalam perjalanan menuju pintu masuk.

“Yo.”

Seseorang menyapaku ketika aku melihat layar hitam pada ponselku sebelum kuhidupkan. Orang itu adalah Ishizaki Daichi, siswa Kelas 2-B. Dia tersenyum lebar. Apa ada hal baik yang terjadi padanya hari ini?

“Aku menghubungimu lewat ponsel, tapi tidak ada jawaban. Karena itu aku menemuimu secara langsung.”

“Maaf, baterai ponselku tadi habis.”

“Tidak apa-apa. Mari kita bicara sebentar, bisa kan?”

“Apa kau bermaksud mengintimidasiku?”

“Haha, lelucon yang menarik. Apa ada disekolah ini yang mampu mengintimidasimu?”

Ishizaki menanggapi leluconku dengan lelucon.

“Apa kau ada urusan setelah ini?”

“Tidak, aku baru saja akan kembali.”

“Kalau begitu tidak ada masalah. Ikutlah denganku.”

Ishizaki mengisyaratkan itu dengan tersenyum, dia langsung berjalan tanpa memberiku kesempatan untuk bicara.

Jika aku terus berdiam diri di sini, aku akan kehilangan jejaknya dalam waktu singkat.

Tapi kalau dia membuat masalah dan bicara keras-keras di sini, kami akan menarik perhatian.

Aku punya waktu luang setelah ini, jadi aku memutuskan untuk mengikuti Ishizaki.

Namun, ketika kami tiba di tikungan, tembok besar yang seharusnya tidak ada di sana, tiba-tiba muncul di hadapanku.

Tidak, itu bukan sebuah tembok. Itu adalah teman sekelas Ishizaki, Yamada Albert.

Dengan mengenakan kacamata hitam, auranya terasa mengintimidasi, dia lalu meletakkan tangannya di bahuku.

“Hai.”

“…Hai.”

Aku tidak begitu mengerti situasinya, jadi aku merespons dengan kata-kata yang sama.

Intimidasi yang awalnya kuanggap candaan, lama kelamaan mulai terasa nyata. “Selamat siang, Ayanokouji-kun.”

Di sebelah tubuh Albert yang bisa dianggap sebagai tembok besar, muncul sosok Hiyori.

“Ini kombinasi yang langka.”

“Mungkin begitu.”

Aku berpikir Ryuuen juga akan muncul di sini, tapi sepertinya tidak begitu. “Kita tidak bisa membicarakannya disini, ayo kita pindah tempat.” “Pindah tempat? Kemana?”

“Kemana ya… aku belum memikirkannya.”

Ishizaki tertawa sambil merasa sedikit malu, dia menggosok hidungnya dengan jari telunjuk tangan kirinya.

“Aku punya firasat buruk, bisakah aku pergi sekarang?”

Untuk beberapa alasan, aku merasa ini akan menjadi perkembangan yang tak berguna, jadi aku meminta untuk pergi.

“Bukankah tadi kau bilang kau tidak sibuk? Aku tidak akan membiarkanmu pergi.”

“Tidak akan membiarkanku pergi―Apa!?”

Albert, yang berdiri di belakangku, menahan bahu kananku dengan kekuatan yang luar biasa (erat). Kemudian, Hiyori merangkul tangan kiriku ke dadanya. Mereka berdua menahanku bersama-sama.

“Maaf, Ayanokouji-kun. Aku tidak akan membiarkanmu kabur.”

“Hah…?”

Intimidasi yang kurasakan, akhirnya menjadi kenyataan.

… Jadi, sampai kapan lelucon ini akan berlanjut?

Ngomong-ngomong, mereka bertiga kelihatannya akan membawaku pergi dari sini.

“Kita akan menarik perhatian kalau di sini. Mari kita pindah ke tempat lain, Ishizaki-kun.”

“Itu benar. Tapi, ke mana kita akan pergi?”

“Hmm… bagaimana kalau ke kamarmu, Ishizaki-kun?”

Hiyori mengusulkannya dengan santai.

“Eh? Ka-Kamarku? Ti-Tidak, itu…! Aku tidak mau.”

Mendengar kamarnya akan digunakan, Ishizaki menolak dengan panik.

“Kenapa? Apa ada yang salah?”

“I-Itu karena… ada banyak alasannya. Lagipula ini terlalu tiba-tiba…”

“Kami tidak keberatan kalau kamarmu berantakan, iya kan?”

Albert, yang dimintai persetujuan oleh Hiyori, mengangguk dengan perlahan.

… Kau mengerti bahasa Jepang, kan?

Aku yakin dia menggunakannya dalam ujian dan pelajaran. Aku sangat ingin mendengarnya berbicara bahasa Jepang, walaupun hanya sekali.

“I-Itu benar, kamarku sangat berantakan! Tidak ada tempat untuk duduk! Yaaah, sayang sekali ya!”

“Jangan khawatir. Kalau perlu, aku akan membantumu membersihkannya.”

“Tidak, tidak, tidak! Tisu dan semacamnya, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis membersihkannya!”

(Tl : tisu? habis ngapain nih si kampret..? wkwkwk) Ishizaki tanpa sengaja mengatakan sesuatu yang tak perlu.

Dia mengatakan kamarnya berantakan, tapi dia tidak ingin menerima bantuan untuk membersihkan kamarnya.

“Tisu… ya? Itu untuk ngelap hidungmu, kan?”

Hiyori yang merasa penasaran, memiringkan kepalanya.

“Pokoknya, kamarku…! Ah, Be-Benar juga. Mari kita gunakan kamar Albert!” Ishizaki mengalihkan pembicaraan dengan panik.

“Kamar Albert sangat menarik! Kami boleh menggunakannya, kan? Boleh, kan!?” Ishizaki mengusulkan itu, seolah ingin menyembunyikan sesuatu. “OKE.”

Ternyata dia memang mengerti bahasa Jepang. Albert memberi jawaban singkat.

Setelah itu, Albert mulai bergerak sambil menggendongku.

(Imo : mungkin albert gendong kiyo di bahunya, gak mungkin pula kiyo digendong ala putri)

“Meski begitu… Apa aku akan dibawa seperti ini?”

“Tenang saja. Yamada-kun sangat kuat.”

Tidak, bukan itu masalahnya.

Malahan aku merasa kita akan menarik perhatian kalau seperti ini. “Tidak masalah. Di satu sisi, bisa dikatakan ini semacam pemberitahuan.”

Hiyori mengatakan itu dengan tersenyum lembut seperti biasa, lalu dia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan paling depan seolah memimpin perjalanan kami.

“Ooh, jadi begitu, seperti yang diharapkan dari Shiina! Ide bagus!”

Sebenarnya apa tujuan kalian membawaku?

Sambil bertanya-tanya, aku dibawa pergi ke asrama.

Bagian 5

Ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kamar Albert.

Dia memiliki tubuh yang lebih besar dari kebanyakan siswa, tapi tata letak dan ukuran ruangannya sama persis dengan kami.

Satu-satunya perbedaan adalah dekorasi ruangan, bisa dibilang terlihat sedikit unik.

Bendera AS dan bendera Jepang dipajang di ruang tengah. Bukan hanya itu saja, bendera-bendera nasional yang tak terhitung jumlahnya seperti Cina, Italia dan Afrika dipajang di seluruh bagian kamar, walaupun dengan ukuran yang kecil. Tapi bendera bendera itu tidak dibuat dari kertas, melainkan murni dari kain, aku dapat merasakan sensasinya.

“Albert adalah seorang maniak bendera. Mengejutkan, bukan?”

Ishizaki menjelaskannya dengan santai, sepertinya dia sering datang ke sini.

“Kelihatannya begitu.”

Setelah membebaskanku, Albert memintaku untuk duduk.

Setelah mengkonfirmasi kami berempat sudah duduk, aku memutuskan untuk menanyakan tujuan mereka.

“Jadi… Apa yang kalian rencanakan?”

Mereka bertiga saling memandang satu sama lain.

Entah kenapa, mereka bertiga menunjukkan wajah yang gembira dan bahagia.

Kemudian Ishizaki menjelaskannya padaku sebagai perwakilan.

“Sebenarnya, ini adalah ideku… Aku ingin membentuk kelompok denganmu untuk ujian khusus berikutnya!”

Sebelumnya aku sudah menduganya, ternyata memang tentang ujian khusus.

“Membentuk kelompok denganku… Apa alasannya? Jelaskan lebih detail.”

“Detail apanya lagi.., yang kukatakan itu sudah semuanya.”

“Tidak, itu belum semuanya. Aku bahkan tidak tahu dengan siapa aku akan berkelompok.”

Di tempat ini hanya ada 4 orang. Satu orang akan ditinggalkan. Atau lebih tepatnya, Hiyori yang merupakan seorang gadis, tidak akan dapat bergabung. Kemungkinan besar yang akan membentuk kelompok adalah aku, Ishizaki dan Albert, tapi masih ada yang tidak kumengerti karena mereka belum memberi penjelasan lebih lanjut.

“Tidak masalah dengan siapapun, kan? Baik itu denganku, Albert, ataupun Shiina. Kau dapat bekerja sama dengan siswa Kelas B.”

Itu adalah jawaban yang jujur dan berani. Dalam arti tertentu, bisa dibilang ide ini hanya dapat diusulkan oleh orang seperti Ishizaki.

“Dengan kata lain, aku akan bekerja sama dengan Kelas B?”

“Ya. Begitu ujian dimulai, kita akan bergabung dengan 3 siswa Kelas B lainnya untuk membentuk kelompok besar 6 orang, itu akan menjadi tembok yang sempurna untuk menghalangi Kanzaki. Dengan 5 siswa Kelas B.. ditambah Ayanokouji, kita berenam akan mengincar peringkat pertama.”

Aku sedikit kewalahan dengan saran yang mengagumkan ini, tapi aku harus tetap mempertahankan ketenanganku.

“Hiyori… Apa kau sudah menjelaskan aturan ujian khusus ini dengan baik pada Ishizaki?”

“Belum.”

Aku menerima jawaban yang tidak kuharapkan.

“Ketika Ishizaki-kun mengutarakan idenya ini, aku merasa bahwa aku harus mengoreksinya dalam 5 detik. Tapi kupikir… akan menyenangkan jika membiarkannya saja.”

Ini bukan untuk bersenang-senang.

Aku memang tidak mengerti bagian 5 detik itu, tapi…

“Banyak yang ingin kutanyakan, tapi untuk saat ini.. aku akan fokus untuk dua hal saja… tidak, tiga. Pertama, tidak ada jaminan kau bisa dengan mudah membentuk kelompok besar begitu ujian khusus dimulai. Apa kau sudah tahu itu?”

Itu adalah kebenaran, wali kelas sendiri yang mengatakan bahwa itu bukan hal mudah.

Jika kami dapat melakukannya hanya dengan berkata.. [Ayo berkumpul] & [Ayo lakukan].. tidak ada gunanya kami membentuk kelompok kecil beranggotakan 3 orang pada tahap ini. Malahan, itu hanya akan merugikan.

Karena sulit membentuk kelompok besar ketika ujian berlangsung, kami bebas menentukan pilihan sekarang ini.

“Apa itu benar?”

Ishizaki yang tidak mengetahuinya, memiringkan kepalanya sedikit dan meminta konfirmasi pada Hiyori.

“Jika memilah penjelasannya, itu memang benar. Apa kamu merasa idemu itu sudah cukup untuk bekerja sama dengan kelompok lain yang bahkan tidak kepikiran akan hal itu?”

“Kenapa? Aku tidak mengerti sama sekali.”

“Selama ujian khusus berlangsung, ada beberapa syarat untuk membentuk kelompok besar.”

“Apa itu?”

Jika mengetahuinya, kami tidak perlu khawatir sekarang.

“Detailnya belum diketahui. Tapi setelah mendengar penjelasan dari sekolah, menurutku itu tidaklah mudah.”

“Tapi… meski ada syarat tertentu, kita boleh bekerja sama dengan siapapun, kan?”

“Yah, apa yang kau katakan itu juga tidak salah.”

“Kalau begitu tidak ada masalah, kan? Kita akan menghadapi ujian khusus dengan menjalankan ide yang kusarankan tadi.”

Sejauh ini, hanya bagian sederhana itu yang bisa dimengerti olehnya.

Sepertinya Hiyori benar, ide Ishizaki cukup menarik.

“Kita tidak perlu khawatir meski kita tidak memahaminya dengan baik.”

Apa ini juga bisa disebut sebagai kelebihan Ishizaki?

“Yah, benar juga… Kalau begitu, aku akan lanjut ke yang kedua.”

Kurasa sulit baginya untuk memahami hal ini sekarang, jadi aku melanjutkannya.

“Selain aku, siapa yang saja akan kau undang? Lebih tepatnya, siapa yang ingin kau undang?”

“Aku tidak akan mengundang orang lain, aku juga tidak berniat untuk mengundang orang lain.”

Keduanya mengangguk setuju dengan Ishizaki.

“Itu berarti hanya aku saja? Apa alasannya?”

“Karena itu adalah keputuskanku. Kau orang yang luar biasa seperti Ryuuen-san … Tidak, kurasa kau lebih baik daripada Ryuuen-san. Kau sangat kuat dalam bertarung, dan kecepatanmu terbukti dalam lomba estafet, kau juga bisa memikirkan rencana yang hebat. Selain itu, kau mendapatkan nilai sempurna dalam bidang matematika pada ujian sebelumnya. Bersama Ayanokouji, kami pasti bisa memenangkan ujian khusus ini. Itu alasan kami mengundangmu.”

“Kamu sangat dipuji ya, Ayanokouji-Kun. Tapi aku juga berpendapat sama.”

Tanpa ragu, Albert juga mengangguk.

Meskipun aku mengatakan hanya tiga hal, tapi aku juga ingin menanyakan hal yang keempat, aku ingin bertanya seberapa jauh Albert mengerti bahasa Jepang. Aku belum pernah melihatnya ketika di kelas, tapi aku yakin dia mempelajari bahasa Jepang…

Aku tidak bermaksud untuk menyangkal undangan mereka…

“Kalau begitu kita lanjut ke yang ketiga… Apa keuntungan yang akan kudapatkan? Dengan berasumsi bahwa kalian Kelas B meraih peringkat teratas. ”

Bahkan jika poin kelas sama, ada kesenjangan besar antara poin pribadi yang didapatkan.

“Oh, aku lupa mengatakannya. Ketika kami naik ke kelas A, kami akan memberimu 20 juta poin dan menyambutmu ke kelas kami. Bagaimana, Ayanokouji?”

Ishizaki memberi jawaban itu dengan percaya diri, kemudian dia melanjutkan.

“Dengan kata lain, kau bisa menjadi siswa Kelas A dengan masuk ke kelas kami. Kau memiliki peluang 50% untuk berhasil lulus sebagai siswa kelas A.”

Ishizaki menyarankan hal itu dengan tersenyum lebar.

Memang benar, keempat kelas memiliki kemungkinan untuk menjadi Kelas A, probabilitasnya adalah 2/4 atau 50%, tapi bukan itu masalahnya. Ada perbedaan

kekuatan dalam masing-masing kelas, sehingga sulit untuk menghitungnya dengan akurat.

Tentu saja, tidak ada keraguan bahwa meningkatkan jumlah kelas yang dapat dipindahkan akan menguntungkan.

“Apakah Hiyori dan Albert juga berpendapat sama?”

“Ya. Kami akan menyambutmu.”

“YES.”

Keduanya menjawabku dalam waktu singkat, tampaknya mereka menyetujui ide Ishizaki dengan senang hati.

Untuk saat ini, aku tidak dapat menerima ide ini begitu saja, karena aku tidak bisa tenang jika tidak menyentuh bagian-bagian yang penting.

Aku akan lanjut ke yang keempat.

“Apakah Ryuuen yang memutuskan untuk mengundangku? Atau ini adalah keinginanmu sendiri?”

Ishizaki, yang sebelumnya merespons dengan cepat, untuk pertama kalinya menunjukkan wajah kaku.

“Ini adalah keputusanku. Ryuuen-san tidak tahu apa-apa mengenai hal ini.”

Sepertinya Ishizaki yang memikirkan ide ini dan memutuskannya sendiri.

Itulah yang kupikirkan, tapi aku telah melakukan sesuatu yang bodoh dengan bertanya.

Seandainya dia bersama Ibuki, aku bisa menebak rencana dan tindakannya.

Tapi orang yang bersamanya saat ini adalah Albert dan Hiyori.

“Apa kau sudah memikirkan apa yang akan terjadi jika ini diketahui oleh Ryuuen?”

“Aku tidak memikirkannya! Malahan aku tidak perlu memikirkannya… karena aku sudah bertekad.”

Meskipun nada bicaranya agak tinggi, Ishizaki berusaha untuk bersikap tenang.

“Menurut aturan, tidak masalah untuk bekerja sama dengan siswa dari kelas lain. Bukan hal yang aneh bagiku untuk mengundangmu, karena aku membutuhkan Ayanokouji.”

Benar, tidak aneh jika dia mengundangku. Kecuali ada kebijakan bahwa kami hanya dapat membentuk kelompok dengan teman sekelas, sejak awal Ryuuen tidak berhak untuk mengeluh pada Ishizaki.

“Hal terpenting dalam ujian khusus ini adalah mencegah angkatan lain mengambil poin kelas yang dimiliki oleh siswa kelas dua. Tentu saja, untuk melakukan hal itu kita harus menempati peringkat teratas. Demi mencapainya, partisipasi Ayanokouji-kun sangatlah dibutuhkan.”

“Begitulah.”

“Untuk saat ini, masih ada beberapa hal yang harus dipikirkan… Aku mengerti apa yang kalian maksud.”

“Kalau begitu, bisakah kita bekerja sama?”

“Terima kasih sudah mengundangku, tapi aku tidak bisa mengatakan yes untuk sekarang.”

“Ke-Kenapa?”

“Ayanokouji-kun juga memiliki keadaannya sendiri dengan kelasnya, kan?”

Hiyori memang mendukung rencana Ishizaki, tapi dia dapat memahami dengan baik situasiku tanpa menanyakan alasanku menolak.

“Selain itu, aku juga berpikir bahwa kondisi yang ditawarkan untuk Ayanokouji-kun masih lemah.”

“Lemah… Bukankah 20 juta poin sudah cukup?”

“Bukan itu masalahnya. Kalau mengenai jumlahnya, poin itu memang sudah cukup. Tapi pada dasarnya, kamu hanya memberi Ayanokouji-kun hak untuk pindah ke kelas kita saja, kan?”

“O-Oh, tidak mungkin aku memberinya 20 juta poin untuk pindah ke kelas Sakayanagi.”

Seandainya aku bersedia menerima uang yang diberikan oleh Ishizaki, tentu saja aku akan berakhir di kelas A tertentu. Ishizaki dan yang lainnya tidak dapat memperkuat tawaran mereka dengan menyambutku di sepanjang jalan.

“Selain itu, Ishizaki-kun juga mengatakan bahwa Ayanokouji-kun dapat bekerja sama dengan siapa pun dari Kelas B, tapi nyatanya tidak semudah itu. Bertahan hidup di pulau tak berpenghuni bukanlah ujian individu. Jika kamu benar-benar mengincar peringkat teratas, kamu harus memilih anggota yang tepat untuk meningkatkan persentase kemenangan.”

Hiyori yang sebelumnya hanya mendengarkan saja, kini mulai menyebutkan satu persatu bagian yang penting dalam ujian ini. Setelah mendengarnya, Ishizaki mulai panik dan berkeringat.

“Ka-Kalau begitu, siapa saja yang akan kau pilih?”

“Jika aku harus memilih anggota kelompok… Ryuuen-kun, Kaneda-kun, dan Ayanokouji-kun, aku akan memilih ketiga orang ini. Kaneda-kun tidak masalah jika diganti dengan Yamada-kun, tapi keberadaan Ryuuen-kun masih tetap diperlukan.”

Bahkan di tahun ajaran kami, Ryuuen termasuk salah satu pemimpin teratas, dia orang yang berani menjalankan rencana ekstrim meski akan melanggar aturan. Saat ujian khusus di pulau tak berpenghuni tahun lalu, Ryuuen tetap berada di pulau, dia memiliki tekad dan mental untuk terus bersembunyi tanpa diketahui siapapun, hal itu jelas tidak bisa diabaikan. Sedangkan Kaneda, dia adalah yang terbaik di kelasnya dalam bidang akademik, lalu Albert, dia memiliki kekuatan fisik yang tinggi.

Jika kau ingin meningkatkan persentase kemenangan, tentu saja kau harus memilih dua dari tiga orang tersebut.

“Jangan mengada-ngada! Apa kau pikir Ryuuen-san akan setuju dengan strategiku? ”

“Aku tidak berpikir mereka berdua akan setuju.”

“Tuh, kan!”

“Bukan hanya Ryuuen-kun saja, Kaneda-kun juga akan mengabaikannya, mereka tidak akan berpartisipasi dalam strategi yang ceroboh.”

“Kalau begitu, apa sebaiknya yang harus kulakukan?”

“Kamu tidak bisa melakukan apapun, setidaknya untuk saat ini.”

“Ugh … itu membuatku frustrasi…”

Ishizaki berusaha untuk memikirkan strategi yang bijaksana, tapi tidak ada ide yang muncul di kepalanya.

“Untuk sekarang ini, harusnya kita sudah puas karena Ishizaki-kun telah menyampaikan pemikiran kita.”

Sepertinya, tujuan Hiyori datang ke tempat ini sudah tercapai.

Aku memutuskan bahwa penting bagiku menunjukkan niat membentuk kelompok, karena dari awal aku tahu bahwa aku tidak dapat membentuk kelompok dengan mudah.

Mungkin Albert tahu bahwa strategi ini mustahil, dia meletakkan tangannya di pundak Ishizaki.

“… Aku mengerti kok. Untuk sekarang, itu tidak bisa dihindari.”

Meski enggan, Ishizaki mau menerima hal itu, setelah mendengarkan saran dari kedua temannya.

“Aku tidak tahu apakah aku bisa memenuhi harapanmu, tapi aku akan mempertimbangkannya.”

Pada tahap ini, lebih baik aku memberi jawaban seperti itu.

Tetapi saat ini, aku tidak memiliki niat untuk membentuk kelompok dengan siapa pun.

Itu disebabkan karena Tsukishiro dan siswa White Room yang kemungkinan bersembunyi di kelas satu.

Semester pertama sudah hampir berakhir.

Oleh karena itu, sudah tidak mungkin bagiku untuk melanjutkan kehidupan sekolah dengan damai.

Mungkin ujian khusus berikutnya akan menjadi pertempuran terakhir antara aku dan Tsukishiro.

Dengan kata lain, ada kemungkinan dia akan melancarkan serangan dengan cara apapun.

Jika aku membentuk kelompok, anggota kelompokku beresiko terlibat dengan hal itu.

Misalkan aku dalam keadaan darurat, bisa dikatakan itu adalah standar minimum untuk membuatku keluar dari sekolah.

Aku menegaskan kembali hal itu pada diriku sendiri.

Bagian 6

Pagi hari selanjutnya.

Setelah aku menyelesaikan persiapanku untuk pergi ke sekolah, aku menyalakan ponselku.

Aku menerima pemberitahuan dari sekolah melalui email.

Di situ tertulis bahwa aku telah di beri [Kartu Trial].

“Tak kusangka aku akan mendapatkan kartu spesial…”

Tepat ketika rumor tentang nilai matematika ku yang sempurna berakhir, aku malah mendapatkan kartu spesial. Meski begitu, kartu ini bisa dikatakan sebagai pedang bermata dua, ada kemungkinan aku akan menarik perhatian lagi karena efek kartu Trial cukup kuat. Aku bisa saja menjualnya kepada siswa yang membutuhkan, tapi karena efek kartu ini, aku tidak bisa sembarangan menukarkannya dengan orang lain. Seandainya kelompok siswa yang memegang kartuku menempati peringkat pertama, itu akan jadi tanggung jawabku.

Ada kemungkinan Tsukishiro memberiku kartu ini untuk meningkatkan peluang mengeluarkanku dari sekolah, tapi mengingat bahwa kartu ujian bisa ditransfer, rencana ini terlalu lemah untuk menekanku. Lebih masuk akal untuk menafsirkannya sebagai kebetulan. Tampaknya dua kartu spesial yang tersisa [More People] dan [Nullifily], masing-masing diterima oleh Asakura Mako dari Kelas C dan Koharu Yano dari Kelas A. Mungkin ini adalah keberuntungan karena pembagiannya terpisah seperti ini, setidaknya sampai batas tertentu.

Aku meninggalkan asrama sedikit lebih awal dari biasanya, sambil memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Lalu, aku bertemu Shinohara di dalam lift.

“Selamat pagi.”

“Pagi.”

Dia adalah teman sekelasku, tapi aku tidak begitu dekat dengannya, jadi tidak ada lagi percakapan lebih lanjut. Kami hanya bertukar salam sederhana. Tidak butuh waktu lama sampai lift tiba di lantai pertama, aku menekan tombol pintu lift dan membiarkan Shinohara keluar lebih dulu.

Ike yang biasanya datang terlambat ke sekolah, terlihat sedang menunggu seseorang di lobi. Dia menjadi gelisah ketika melihat Shinohara keluar dari lift.

Kupikir dia sedang menunggu Sudou, tapi sepertinya tidak begitu.

Ike menyapa Shinohara dan melihatnya pergi meninggalkan gedung asrama, tapi beberapa saat kemudian, dia segera mengikutinya.

Aku memutuskan untuk memperlambat jalanku, dan menjaga jarak yang cukup agar tidak mengganggu mereka.

“Hei, Shinohara.”

“Apa?”

Ketika aku tiba di luar, aku bisa mendengar percakapan mereka dari belakang, meskipun samar-samar.

“Umm, tentang hal itu. Kelompok untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni… apa kau sudah memdiskusikannya dengan seseorang?”

“Belum sama sekali … memangnya kenapa?”

“Tidak ada. Aku hanya bertanya saja.”

“Oh begitu… Kamu sendiri bagaimana? Yah, palingan kamu akan bersama Sudou-kun dan Hondou-kun, benar kan?”

“Apa salahnya? Kupikir akan menyenangkan jika bersama kedua orang itu.”

“Begitulah~”

Shinohara tertawa seolah-olah mengejeknya, tapi Ike sepertinya tidak peduli dengan itu.

Tampaknya ada sesuatu yang ingin Ike katakan, dia berusaha mengungkapkannya.

“Meski begitu, mereka berdua bisa bertahan sendiri… apalagi Ken, dia sangat kuat, dia akan sangat membantu dalam kelompok.”

“Mungkin begitu.”

Meskipun Shinohara menunjukkan reaksi yang cuek, dia sepertinya tidak benci berbicara dengan Ike.

“Bagaimana aku mengatakannya, ya. Kurasa aku bisa membantumu kalau memang dibutuhkan… jadi kalau kau dalam kesulitan, aku… itu, aku bersedia membentuk kelompok denganmu.”

“Apa-apaan itu? Kenapa kamu malah jadi sombong?”

“Kau melihatnya tahun lalu, kan? Aku sudah terbiasa berkemah, jadi kupikir aku bisa diandalkan dalam ujian seperti ini.”

Ike berusaha membujuk Shinohara dengan keterampilannya bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.

Intinya, dia menggunakan itu untuk membentuk kelompok dengan Shinohara.

“Yah, aku akan mempertimbangkannya… apa kamu yakin ingin berada dalam kelompok yang sama denganku?”

“Eh, ah, jangan salah paham. Kau salah satu siswa yang beresiko putus sekolah, kan? Karena itulah aku yang baik hati ini akan berkorban untuk melindungimu.”

Ike tidak mengatakan yang sejujurnya, dia mengucapkan kata-kata yang akan membuatnya dibenci.

“Hah!? Pengorbanan apanya? Aku bahkan tidak meminta bantuanmu!”

Setelah mendengar kata-kata Ike, tidak mungkin Shinohara mau membentuk kelompok dengannya.

Suasana di antara mereka berdua mulai berubah.

“Ah, selamat pagi, Ike-kun. Apa kamu punya waktu luang sekarang? Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

Tepat ketika suasana menjadi berat, Kushida muncul dari belakang dan memanggil Ike.

Pada saat itu juga, Ike memalingkan wajahnya dari Shinohara, dan melambaikan tangan pada Kushida dengan penuh semangat.

“Apa itu? Aku punya waktu luang sekarang.”

Dengan berkata begitu, Ike meninggalkan Shinohara dan berlari ke arah Kushida.

Shinohara melihatnya dengan tatapan dingin.

“Sebenarnya, Kobashi-san dari Kelas C ingin mengundangmu ke dalam kelompoknya. Dia sepertinya sudah tiba di sekolah. Maukah kamu menemuinya nanti?”

“Benarkah!? Aku akan menemuinya sekarang juga!”

Setelah mengetahui seorang gadis mengundangnya, Ike menjadi sangat bersemangat.

“Ah, tapi sepertinya kamu sedang berbicara dengan Shinohara-san… apakah tidak apa-apa?”

Kushida melihat Shinohara untuk memastikannya.

“Tidak apa-apa. Malahan aku merasa terganggu karena keberadaannya. Bawa saja dia pergi.”

“Akulah yang merasa terganggu!”

Mereka saling memaki satu sama lain. Ike yang jelas-jelas bersalah di sini, pergi bersama Kushida.

Shinohara berhenti berjalan, dia terlihat sedih ketika melihat kedua orang itu pergi.

Tidak lama kemudain, aku menyusul Shinohara dan melewatinya.

Bagaimanapun, Ike adalah tipe orang yang mudah terbawa suasana.

Dia sangat bersemangat menerima undangan dari seorang gadis.., sehingga melupakan sesuatu yang penting.

“Satsuki.”

Tiba-tiba, suara orang yang memanggil nama Shinohara terdengar dari arah belakang. Aku reflek melihat ke belakang.

“Ah, Komiya-kun… selamat pagi.”

Kukira siapa, ternyata orang itu adalah Komiya Kyougo, siswa Kelas 2-B.

“Ada apa? Apa kau siap nangis?”

“Eh? Ke-Kenapa kamu bertanya begitu?”

“Yah, karena matamu terlihat merah.”

“Ah, begitu ya? Barusan ada debu yang masuk ke mataku… aduh-duh.”

Itu adalah akting, Shinohara ingin menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.

“Ngomong-ngomong, aku dengar dari Sudou-kun kalau kamu akan menjadi pemain inti di tim basket?”

“Benar. Akhirnya tiba juga waktunya.”

“Kamu selalu berlatih sampai larut malam. Bohong jika aku bilang kamu tidak pantas mendapatkannya.”

Jarak antara aku dan Shinohara, yang berhenti berjalan dan berbicara dengan Komiya, perlahan-lahan semakin jauh, hingga akhirnya aku tidak bisa lagi mendengar percakapan mereka.

Bagian 7

“Nasibmu tidak begitu baik ya. Setelah kejadian sebelumnya, kamu malah mendapatkan kartu spesial. Aku yakin kamu akan menarik perhatian lagi.”

Horikita yang baru saja memasuki kelas, mendekatiku dan berkata seperti itu padaku.

“Aku juga berpikir begitu tadi pagi.”

“Andaikan saja kita bebas menukarkan kartu dengan teman sekelas, pasti akan menyenangkan. Siswa yang tidak percaya diri untuk memenangkan ujian tidak akan menginginkannya, tapi kita juga tidak bisa memberikannya begitu saja pada siswa yang percaya diri untuk menang.”

Kartu yang diterima Horikita adalah [Half Off]. Kartu itu akan berguna ketika menerima hukuman, tapi kartu itu tidak berguna bagi siswa yang mengincar peringkat teratas.

“Kamu tidak punya pilihan selain berusaha mendapatkan peringkat 30% teratas, atau meraih peringkat pertama.”

“Kau berkata begitu seolah-olah ini tidak ada hubungannya denganmu. Sebagai teman sekelas, bisakah kau sedikit mengkhawatirkanku?”

“Jika kamu benar-benar ingin bergantung padaku, aku pasti akan membantumu.”

Lama kelamaan sikap Horikita semakin berani, atau lebih tepatnya dia semakin sulit untuk ditangani.

(Apa yang kamu inginkan?) tatapan matanya yang seolah berkata begitu membuatku tidak ingin bergantung padanya.

“Maaf, jika aku menemukan orang yang ingin membeli kartuku, mungkin aku akan langsung menyerahkan kartuku padanya.”

“Terserah apa yang ingin kamu lakukan, itu adalah hakmu. Mudah-mudahan kamu dapat menemukan pembelinya. Namun, kartu Trial yang kamu miliki itu tidak hanya mempengaruhi pemiliknya, tapi juga seluruh anggota kelompok. Tindakanmu bisa saja menimbulkan bahaya.”

Dia menjelaskan hal itu dengan sopan, tapi aku merasakan ada ketidakpuasan dalam kata-katanya.

“Perlu kamu ingat, aku sedang menyindirmu.”

“Begitulah.”

“Ini adalah balasan atas kejahilanmu padaku selama ini.”

“Aku tidak ingat aku pernah menjahilimu…”

Kartu Trial ini sungguh merepotkan, tapi bisa saja itu akan berfungsi sebagai jimat pelindung. Aku berpikir kebanyakan siswa tidak akan mau membentuk kelompok denganku. Kemungkinan terburuknya, aku harus melaksanakan ujian ini solo dengan kartu Trial.

“Kalau itu kamu, bisakah aku berasumsi bahwa kamu dapat mengatasinya sendiri?”

Aku bisa saja mengandalkan Horikita, tapi dia adalah pemimpin kelas, pasti banyak siswa lain yang membutuhkan bantuannya. Lebih baik aku meringankan sedikit bebannya.

“Yah, aku akan berusaha.”

Setelah aku berkata demikian, aku kembali duduk di kursiku. Kemudian, ketika aku sedang memeriksa kartu apa saja yang diterima oleh siswa, aku mendengar teriakan Ike yang terlambat datang ke kelas.

“Hah? Kau… akan membentuk kelompok dengan seseorang!?”

“Begitulah. Apa ada yang salah?”

Sepertinya Shinohara sudah memutuskan untuk membentuk kelompok saat ditinggalkan Ike tadi.

Anggota kelompoknya mungkin―

“Beberapa saat yang lalu aku baru saja mengundangmu, kan! Selain itu, dilarang membentuk kelompok tanpa izin Horikita!”

“Aku tidak melanggar kesepakatan itu karena aku belum mengkonfirmasinya secara resmi. Tapi, yah, aku bermaksud untuk mengkonfirmasinya hari ini.”

“Apa…”

“Dan apa maksudmu mengatakan bahwa kamu telah mengundangku. Apa kamu tidak ingat, siapa yang menjadi bersemangat setelah menerima undangan dari seorang gadis dan meninggalkanku sendiri?”

“Ah, itu tidak benar! Kau tahu, aku bahkan menolak undangannya demi dirimu!”

“Kamu menolaknya? Ah, kamu membuatku kesal. Kamu benar-benar yang terburuk.”

“Dengan siapa… kau membentuk kelompok?”

“Itu tidak ada hubungannya denganmu, kan?”

“Memang, aku hanya ingin tahu.”

“Komiya-kun dari Kelas 2-B. Dia sudah mengundangku kemarin tepat setelah ujian khusus diumumkan.”

Ternyata memang Komiya. Mungkin salah satu dari mereka memutuskan untuk membentuk kelompok ketika mereka berangkat ke sekolah bersama pagi ini.

“Ah? Komiya? Orang aneh yang masuk tim basket, ya? Baguslah untukmu!”

Jauh di dalam hatinya, Ike berharap bisa membentuk kelompok dengan Shinohara.

“Dia bukan orang aneh. Dan kami juga sudah janjian untuk bertemu di kafe sepulang sekolah nanti.”

Setelah mengatakan itu, Shinohara berbalik dan menjauh dari Ike. Bagi siswa di kelas yang mendengarkan pembicaraan kedua orang itu, mereka akan beranggapan bahwa itu tidak lebih dari pertengkaran seperti biasa.

Kemudian …

Sepulang sekolah, Shinohara meninggalkan kelas lebih awal seperti yang dia katakan sebelumnya.

Ike hanya diam melihat Shinohara pergi, tapi beberapa saat kemudian.. dia segera meninggalkan kelas dengan mata yang penuh tekad, seolah-olah telah memutuskan sesuatu.

“Apa aku bisa bicara denganmu sebentar?”

Yousuke yang telah menyaksikan situasi sebelumnya, mendekatiku setelah Ike pergi.

Yousuke mengajakku bicara di koridor agar tidak terdengar oleh siswa lain, dan aku menuruti keinginannya.

“Ini mengenai Ike-kun, kurasa tidak baik meninggalkannnya sendirian saat ini.”

“Ya. Meskipun Ike sedikit sombong, tapi pengetahuan dan pengalamannya sangat berguna dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Ada kemungkinan masalah dengan Shinohara akan membuat Ike tidak bisa menunjukkan potensi penuhnya.”

“Kau benar. Melihat kejadian tadi pagi, aku khawatir apa yang akan terjadi jika dia melihat Shinohara-san bertemu dengan Komiya-kun.”

Aku bisa mengerti kekhawatiran Yousuke.

Saat ini bukan ide yang bagus untuk berselisih dengan Kelas B.

“Aku ingin melihat keadaannya. Kalau kau tidak keberatan, maukah kau menemaniku? Kupikir Ike-kun tidak begitu menyukaiku.”

Kalau bicara tentang hal itu, Ike juga tidak begitu menyukaiku.

Namun, tak heran jika Yousuke merasa khawatir.

“Shinohara-san mengatakan kalau dia akan bertemu dengan Komiya-kun di kafe, kan?”

“Ya. Untuk berjaga-jaga, bagaimana kalau kita pergi melihatnya?”

“Tentu.”

Aku memutuskan pergi menuju kafe Keyaki Mal bersama Yousuke.

Dalam perjalanan, kami juga bicara sedikit tentang pembentukan kelompok kecil pada tahap ini

“Aku ingin menyarankan sebuah rencana dimana kelas dua bekerja sama untuk menghadapi kelas satu dan kelas tiga, tapi kelas lain tidak menunjukkan niat untuk menyatukan kekuatan. Masing-masing kelas hanya berusaha membentuk kelompok yang ideal. Bukan hal yang mustahil bagi kita untuk bersatu agar tidak ada satupun siswa kelas dua dikeluarkan dari sekolah, tapi sepertinya itu tidak akan mudah.”

Kemarin aku juga membahas tentang ini dengan Horikita, dia berencana menggunakan strategi mundur dari awal untuk mencegah teman sekelas yang lain dikeluarkan dari sekolah. Tapi strategi itu menimbulkan kerugian yang besar. Jujur saja, mustahil untuk mengharapkan kelas lain bersedia menanggung beban yang sama.

Itulah sebabnya, bahkan setelah satu hari berlalu, tidak ada satupun kelas yang mengajukan ‘saran tersebut’.

(Tl note : ‘ saran ideal seperti yang disebutkan Hirata tadi)

“Sepertinya kita tidak punya pilihan selain membentuk kelompok tanpa meninggalkan penyesalan.”

“Kau benar…”

“Yousuke, kau pasti sudah di undang oleh beberapa orang kan?”

Rasanya tidak mungkin Yousuke yang sangat populer dan berbakat dalam beberapa hal, belum menerima undang dari siapapun.

“Aku hanya ingin membentuk kelompok dengan siswa Kelas 2-D. Daripada mengincar peringkat teratas, aku lebih memilih berusaha mencegah teman sekelas kita dikeluarkan dari sekolah.”

Dia ingin melindungi teman sekelas, bukan siswa dari kelas lain. Pemikirannya itu cukup masuk akal. Bagi siswa yang berbakat dan populer, mereka tidak akan kesulitan membentuk kelompok, tapi bagi siswa yang kemampuannya di bawah standar, mereka akan kesulitan mendapatkan kerja sama dari siswa lain.

“Apakah Sakura-san baik-baik saja?”

Yousuke mengkhawatirkan Airi, teman grupku sekaligus siswa yang berkemampuan rendah.

“Sekarang ini, dia sedang dalam proses membentuk kelompok dengan Akito dan Haruka.”

“Kurasa itu adalah kelompok yang seimbang, Miyake-kun memiliki keterampilan motorik yang baik.”

Keisei memang tidak ikut serta, tapi berkat kemampuan akademiknya yang tinggi, beberapa siswa dari kelas lain datang merekrutnya. Kelompoknya akan menjadi tangguh jika dia bisa memilih anggota yang bisa menutupi kekurangannya dalam kemampuan fisik.

Namun, saat kami mengikuti Ike, masalah baru muncul.

Yaitu keberadaan orang yang mengikuti kami. Orang itu telah berusaha sebaik mungkin untuk menghapus keberadaannya, tapi sekarang dia sepertinya sudah siap untuk ditemui.

Ike langsung berjalan menuju Keyaki Mal. Kemudian aku dan Yousuke mengikutinya, begitu juga dengan orang yang mengikuti kami. Situasi menguntit ganda ini terus berlanjut. Aku bisa saja mengabaikan orang itu, tapi kalau ini terus dibiarkan, akan merepotkan nantinya.

Saat kami hampir tiba di Keyaki Mal, aku berhenti berjalan.

“Maaf, Yousuke. Bisakah kau pergi duluan?”

“Ada apa?”

“Aku baru ingat ada sesuatu yang harus kulakukan. Aku akan menyusulmu sekitar 10 menit lagi.”

“Baiklah. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu.”

Tanpa menanyakan detailnya, Yousuke masuk ke dalam Keyaki Mal.

Beberapa saat kemudian, orang yang mengikuti kami berjalan mendekatiku.

Dia adalah teman sekelasku, Matsushita Chiaki.

“Kamu sepertinya tidak terkejut melihatku. Apa kamu sudah menyadarinya dari awal?”

“Aku hanya tidak menunjukkan wajahku yang terkejut.”

Apakah ini pertama kalinya aku bicara berdua dengan Matsushita semenjak liburan musim semi lalu?

Tidak, bahkan jika tidak berduaan, ini adalah pertama kalinya kami melakukan kontak sejak saat itu.

“Apa yang kamu bicarakan dengan Hirata-kun? Tentang Ike-kun? Atau mengenai ujian khusus di pulau yang akan datang?”

Matsushita yang berdiri di sebelahku, mengangkat wajahnya sambil menganalisis situasi.

“Apakah itu ada hubungannya dengan Matsushita?”

“Daripada berhubungan denganku, lebih tepatnya berhubungan dengan kelas kita. Ayanokouji-kun adalah keberadaan yang penting untuk naik ke Kelas A.”

Dia sepertinya menilai diriku terlalu tinggi, sebenarnya apa tujuannya?

Bagi siswa pintar seperti Matsushita, harusnya dia sudah tahu, kata-kata seperti itu tidak akan berpengaruh padaku.

Tapi aku rasa mustahil dia mendekatiku tanpa alasan.

“Tidak perlu waspada. Aku mendekatimu karena ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.”

“Sesuatu yang ingin kau katakan padaku?”

“Kartu Trial sangat berpengaruh dalam ujian. Tapi sulit untuk menggunakannya. Seandainya kamu memiliki masalah dengan itu, aku akan membantumu Ayanokouji-kun. Bagaimana?”

Terlepas dari apa yang kupikirkan, Matsushita menyatakan bahwa dia bersedia membantuku dan menjadi sekutu.

Di saat aku tidak memberi jawaban apapun, dia jadi sedikit malu.

“Apa kamu tidak akan menjawab kecuali aku menanyakannya secara langsung?”

Bukan berarti aku mencoba bersikap kejam padanya, tapi aku tidak ingin membicarakan hal itu di depan keramaian. Sekarang masih waktunya siswa pulang sekolah, banyak yang berkeliaran di sekitar kami. Matsushita seharusnya juga menyadari itu.

Dia mulai bicara tanpa menunggu jawabanku,.

“Untuk masuk ke peringkat teratas dan menghindari hukuman, kamu pasti kesulitan menemukan siswa yang mau membentuk kelompok denganmu, kan? Jadi, aku ingin kamu mengandalkanku ketika kamu dalam kesulitan.”

Setelah mengatakan itu, seolah-olah lupa memberitahuku sesuatu yang penting, Matsushita menambahkan…

“Tentu saja selama ujiian berlangsung, aku akan menuruti semua instruksi Ayanokouji-kun.”

Tampaknya itulah yang ingin dia katakan padaku setelah mengikutiku sejauh ini.

“Sejujurnya, aku senang mengetahui kau mau membantuku, tapi jika kita tidak bisa meraih peringkat 30% teratas, kita akan menerima hukuman. Kau mengerti maksudku kan, Matsushita?”

“Aku mengerti kok. Karena itulah aku ingin membantu dan bekerja sama denganmu, Ayanokouji-kun.”

Aku tidak berpikir kalau Matsushita memiliki niat buruk terhadapku. Tapi tersirat maksud lain dalam kata-katanya itu.

Sambil menekan keinginanku untuk segera menyusul Yousuke, aku melirik Matsushita yang berjalan di sampingku.

“Apa kau berpikir kalau membentuk kelompok denganku akan meningkatkan peluangmu untuk bertahan dalam ujian ini?”

Normalnya, kelompok yang memiliki kartu Trial beresiko lebih tinggi dikeluarkan dari sekolah. Meski begitu, Matsushita tetap menawarkan diri untuk bekerja sama denganku tanpa mempedulikan resiko tersebut. Itu tidak bisa di artikan sebagai niat baik.

“… Ketahuan ya?”

Matsushita menyipitkan matanya dan tertawa, dia langsung mengibarkan bendera putih (menyerah).

“Jika membentuk kelompok dengan Ayanokouji-kun, kupikir tidak sulit untuk masuk ke peringkat teratas. Bahkan jika kita tidak bisa meraih tiga peringkat teratas, setidaknya kita bisa menempati 30% teratas. Akan lebih berbahaya jika aku mengutamakan teman-teman dan masuk ke dalam kelompok setengah jadi.”

Inilah tujuan Matsushita yang sebenarnya. Setelah memikirkan pilihan antara aku dan siswa lain, dia memutuskan untuk berkelompok denganku.

“Aku merasa kamu bisa menemukan anggota kelompok dengan mudah, Ayanokouji-kun.”

Jadi karena itu dia mendekatiku secepat mungkin. Tapi berkat itu aku jadi lebih mudah menebak niatnya.

Meskipun ini adalah sesuatu yang patut di syukuri, sejak awal aku tidak berniat mencapai kesimpulan di sini.

Bukan berarti aku tidak mau bekerja sama dengan Matsushita, tapi siapapun rekanku, hasilnya akan tetap sama.

“Setidaknya untuk saat ini, aku tidak berniat membentuk kelompok dengan siapapun.”

“Jadi kamu hanya akan duduk manis dan memperhatikan situasinya begitu saja?”

“Aku ingin melihat bagaimana kelas-kelas lain akan bertindak.”

Aku memberitahunya faktor yang penting.

Tapi bagian yang aku pedulikan, berbeda dari apa yang dipedulikan oleh siswa biasa.

Aku butuh banyak persiapan untuk menghadapi ujian khusus yang akan datang.

Aku ragu kalau Tsukishiro tidak terlibat dalam hal ini.

Satu setengah bulan telah berlalu semenjak ujian khusus yang lalu, tapi sampai saat ini aku masih belum melihat pergerakannya.

Hari demi hari.. kami semakin jauh dari bulan April, pada saat itu, dia berniat mengeluarkanku dari sekolah.

Mungkin rencananya menjadi berantakan karena siswa White Room berada di luar kendalinya.

Ada kemungkinan Tsukishiro telah melakukan sesuatu dalam pembentukan kelompok saat ini, itu pun juga bisa disebut sebagai awal pertempuran kami.

Matsushita tidak tahu asal usul bahaya yang sedang kuhadapi. Kalau dia ikut terlibat, dia tidak akan bisa selamat dengan mudah.

“Kelihatannya saat ini aku tidak akan menerima jawaban yang memuaskan. Kalau begitu, silahkan kamu pikirkan dulu.”

Mungkin dia tidak ingin memaksaku. Dia melambaikan tangannya dan mengucapkan salam perpisahan.

“Oh, iya. Ini kontak pribadiku.”

Ini jelas sudah dipersiapkan sebelumnya, dia menyerahkan sebuah kertas yang bertuliskan nomor ponselnya kepadaku.

“Aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan padamu, selamat tinggal.”

Setelah berkata begitu, Matsushita berbalik dan berjalan menuju gedung asrama.

“Yah, bukan hal yang buruk mendapatkan kontak seorang gadis.”

Saat ini masih belum diketahui apakah aku dapat memenuhi harapan Matsushita di masa depan.

Setelah itu, aku menemui Yousuke di Keyaki Mal.

“Bagaimana situasinya?”

“Tidak seburuk yang aku pikirkan, tapi…”

Mengikuti arah pandangan Yousuke, aku dapat melihat Shinohara dan Komiya sedang asyik mengobrol di kafe.

Lalu.. aku menemukan Ike agak jauh dari sana, dia berada di depan kami. Dengan merasa tertekan, dia memperhatikan Shinohara dan Komiya secara diam-diam.

“Apa yang harus kita lakukan?”

“Untuk saat ini, jika Ike tidak berniat mencari masalah, kita hanya perlu menunggu dan melihat perkembangan situasinya. Mendekati Ike dengan sembarangan bukanlah solusi yang tepat.”

Yousuke mengangguk setuju.

“Pertama, kita harus mengetahui tentang Komiya. Apa alasannya mengajak Shinohara membentuk kelompok? Jika kita tidak mengetahui itu, kita tidak akan bisa mengambil tindakan apa pun.”

“Aku akan mencari siswa yang cocok untuk berkelompok dengan Ike-kun jika dia tidak dapat membentuk kelompok dengan Shinohara-san.”

“Kuserahkan padamu.”

Kami sepakat untuk mengumpulkan informasi secara terpisah dan saling membagikannya satu sama lain.

Bagian 8

Setelah berpisah dengan Yousuke, aku menelepon Ishizaki yang sekelas dengan Komiya.

Dia mengatakan bahwa dia masih berada di sekolah, aku pun pergi menemuinya.

“Yo! Apa kau sudah memutuskan untuk bergabung denganku!?”

Begitu kami bertemu, dia langsung berkata begitu dengan tersenyum lebar.

“Maaf, aku masih mempertimbangkannya. Aku menemuimu hari ini untuk urusan lain.”

Ishizaki terlihat kecewa setelah mendengar perkataanku, tapi dia segera pulih dengan cepat.

“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?”

Aku ingin segera membahasnya, tapi aku mengalihkan pandanganku pada seorang gadis yang mendekati Ishizaki. Dia adalah siswa Kelas 2-B, Nishino Takeko.

“Kau bilang ada hal penting, apa itu bertemu dengan Ayanokouji-kun?”

“O-Oi, Nishino, bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengikutiku? Maaf atas hal ini, Ayanokouji.”

Setelah meminta maaf padaku, Ishizaki mendesak Nishino untuk pergi duluan ke Keyaki Mall.

Namun, Nishino malah mendekatiku tanpa menghiraukan perkataan Ishizaki.

“Kamu sepertinya cukup dekat dengan Ishizaki. Ini mengejutkan.”

Tanpa menggunakan kata penghormatan terhadap Ishizaki, Nishino mengarahkan tatapannya ke arahku seolah mencoba untuk mengamatiku.

(Tl note : gak pakai kata -kun)

“Hei, kau tidak mendengarkanku sama sekali! Inilah kenapa kau selalu dikucilkan.”

“Dikucilkan?”

“Ah, bukan apa-apa, hanya saja, gadis ini sedang diisolasi di kelas kami. Hanya masalah kecil.”

“Isolasi? Aku tidak terlalu memikirkan itu.”

Bicara tentang isolasi, Ibuki juga merupakan seorang penyendiri, kelihatannya Nishino tidak jauh berbeda dengannya.

“Pokoknya, bisakah kau pergi sekarang?”

“Tidak mau.”

“T-Tidak mau katamu? Kau ini… Maaf Ayanokouji, tunggulah sebentar. Aku akan mengusirnya sekarang juga.”

“Aku ingin tahu kenapa Ishizaki melakukan pertemuan rahasia dengan Ayanokouji-kun?’

Meskipun aku belum pernah berbicara dengan Nishino, tapi sepertinya dia tipe orang yang mengungkapkan isi pikirannya secara blak-blakan.

Biasanya orang seperti dia cukup mudah untuk dimusuhi orang lain. Tapi, wajar jika dia curiga melihat Ishizaki bertemu denganku secara diam-diam. Mengusirnya tanpa memberi penjelasan hanya akan menjadi bumerang bagi kami. Aku memutuskan untuk memberitahu Nishino detail masalah yang akan kubahas dengan Ishizaki.

“Kami mulai berteman ketika kamp pelatihan campuran tahun lalu, saat itu kami berada dalam kelompok yang sama.”

Pertama-tama, aku menjelaskan dasar hubunganku dengan Ishizaki, kemudian aku lanjut ke topik utama.

“Aku menghubungi Ishizaki karena ingin menanyakan beberapa hal tentang Komiya dari Kelas B. Aku memintanya untuk bertemu di sini karena aku tidak ingin pembicaraan kami didengar orang lain.”

“Tentang Komiya-kun? Memangnya apa yang terjadi?”

Dia memakai kata penghormatan terhadap Komiya. Aku menjelaskan alasannya sambil memperhatikan kesannya terhadap hal itu.

“Kudengar dia dan Shinohara dari kelasku akan membentuk kelompok. Apa kau mengetahuinya?”

“Tidak, ini pertama kalinya aku mendengarnya. Tapi itu bukan hal yang aneh, kan?”

Membentuk kelompok dengan siswa dari kelas lain memang tidak aneh.

Tidak mengherankan jika Ishizaki sedikit bingung dengan pertanyaanku ini.

“Memangnya kenapa dengan itu?”

“Itu karena Shinohara bukan tipe orang yang berperan aktif dalam ujian di pulau tak berpenghuni. Teman sekelasku sedikit khawatir dengannya, apakah keputusan yang tepat untuk membiarkannya berkelompok dengan Komiya. Karena itulah kami ingin tahu dulu orang seperti apa Komiya ini.”

“Bisa dikatakan dia adalah orang yang baik. Dia memiliki keterampilan motorik yang bagus, selain itu, kemampuan fisiknya juga tinggi karena dia termasuk anggota klub basket.”

Benar kan? Ishizaki meminta konfirmasi dari Nishino. Gadis itu mengangguk setuju.

“Sepertinya salah satu dari mereka menyarankan untuk membentuk kelompok, apakah mereka berpacaran?”

“Eh? A-Aku tidak tahu mengenai itu…”

“Tidak ada gunanya kamu menanyakan hal itu pada Ishizaki, dia tidak akan mengerti sama sekali. Dia tidak tahu apa-apa tentang romansa, benar kan Ishizaki?”

“Berisik! Memangnya kau tahu?”

“Setidaknya lebih baik darimu. Walaupun mereka tidak berpacaran, Komiya-kun menyukai Shinohara-san, itu benar kan?”

“Eh? Komiya menyukai Shinohara, benarkah? Ah, tapi dia pernah bilang kalau dia menyukai gadis dari kelas lain… aku tidak begitu mengingatnya…”

Ishizaki berkata begitu sambil berusaha mengingat kembali kenangan di masa lalu.

Jika siswa ingin membentuk kelompok, wajar jika mereka mencari sesuatu dari siswa lain. Seperti kemampuan, persahabatan, bahkan percintaan. Seperti yang dikatakan Nishino, jika Komiya menyukai Shinohara, bisa jadi itulah alasannya ingin membentuk kelompok.

“Tapi kenapa kamu begitu peduli dengan hal itu?”

“Tadi pagi aku melihat mereka berdua bersama. Mereka terlihat akrab, Komiya bahkan memanggil nama depan Shinohara. Mungkin itu alasannya.”

“Hee… Eh? Apa!? Ayanokouji, jangan-jangan kau.. menyukai Shinohara?”

“Tidak.”

Meskipun aku langsung menyangkalnya, Ishizaki menyeringai dan terlihat senang.

“Jadi kau menyukai tipe gadis seperti itu. Begitu ya.”

“Sudah kukatakan tidak.”

“Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku. Kita teman dekat, kan?”

Tidak, menurutku kita tidak dekat sama sekali bahkan saat camp pelatihan campuran…

Tapi memang benar, baru-baru ini aku mengenal lebih baik kepribadiannya dibanding teman sekelas yang tidak begitu akrab denganku.

“Tapi kalau itu kau, aku yakin kau bisa mendapatkan gadis yang lebih imut darinya.”

Jika kesalahpahaman ini terus berlanjut, ada kemungkinan rumor palsu akan tersebar.

Jika itu terjadi, hubungan antara Ike dan Shinohara akan semakin renggang.

“Ike, teman sekelasku. Orang yang menyukai Shinohara adalah Ike.”

“Cihh, jadi bukan kau ya, Ayanokouji.”

“Aku hanya mencoba untuk memahami situasi mereka.”

“Aku sudah mengerti situasinya sekarang, tapi kita tidak bisa mengganggu hubungan asmara orang lain.”

“Aku setuju. Itu melanggar privasi.”

“Kalau dalam keadaan normal, itu memang benar. Tapi bagi kelas kami, ini bukanlah situasi yang bisa diabaikan. Peran Ike dalam ujian ini sangatlah penting bagi Kelas 2-D.”

Semakin rumit hubungan mereka, semakin besar kemungkinan Ike mengambil jalan yang salah.

Sementara ujian di pulau tak berpenghuni dimana Ike bisa menunjukkan kemampuannya semakin dekat, perkembangan situasi saat ini tidak menguntungkan. Bisa dikatakan, memberi kami bantuan dalam situasi ini tidak ada gunanya bagi Kelas B. Sebaliknya, itu hanya akan menguntungkan musuh. Tidak mungkin mereka akan membantu kami.

Begitulah pikirku―

“Baiklah, aku akan membantumu. Apa yang harus aku lakukan?”

Ishizaki tidak keberatan dengan itu, dia menawarkan bantuan padaku.

“Tunggu, Ishizaki, apa kamu serius? Komiya adalah sahabatmu, kan?”

“Apa karena itu aku harus mengabaikan Ayanokouji yang saat ini sedang kesulitan?”

“Tidak, kamu memang harus mengabaikannya. Aku tahu kalian cukup akrab, tapi dia adalah musuh dari kelas lain.”

“Bukankah ada pepatah yang mengatakan, musuh kemarin akan menjadi teman keesokan harinya?”

Yang benar adalah [Teman hari ini], tapi itu bukan masalah, jadi aku mengabaikannya.

“Terima kasih atas bantuanmu, tapi aku akan sedikit kerepotan jika kau meminta sesuatu sebagai balasan.”

“Balasan? Aku tidak akan meminta apapun. Wajar untuk membantu teman yang sedang kesulitan, kan?”

Ishizaki tidak begitu pandai berbohong. Aku bersyukur dia mau membantuku secara sukarela, tapi aku tidak bisa membuat permintaan yang berlebihan, mengingat dia adalah teman Komiya.

Jika aku mencoba untuk memisahkan Komiya dan Shinohara, Nishino mungkin akan berpikiran buruk padaku.

“Hmm … kalau begitu, bisakah kau memastikan perasaan Komiya?”

“Jadi kau ingin tahu apakah dia benar-benar menyukai Shinohara?”

“Ya. Tolong kau rahasiakan bahwa seseorang memintamu menanyakan ini padanya.”

“Tentu saja, tapi bagaimana caraku untuk memastikannya? Apa kau punya ide?”

Nishino memberi bantuan pada Ishizaki, yang kesulitan menemukan motif untuk bertanya pada Komiya.

“Ayanokouji-kun, kamu melihat mereka berdua tampak bersenang-senang, kan? Kalau begitu bilang saja kalau kamu yang melihatnya, Ishizaki, dan gunakan itu sebagai kesempatan untuk memastikan mereka berpacaran atau tidak. Ishizaki hanya perlu berperan sebagai seorang pria yang tidak populer dikalangan para gadis, dengan begitu dia hanya akan terlihat seperti orang yang peduli pada temannya yang sudah mendapatkan pacar sebelum dia, bagaimana?”

Ishizaki menerima saran Nishino, karena dia tidak dapat menemukan ide sama sekali.

“I-Itu terasa agak hampa untuk dijadikan sebagai motif, tapi kurasa itu akan

berhasil… Yo-Yosh, aku akan mencobanya. Tunggu sebentar. Komiya harusnya belum memulai kegiatan klubnya―”

Ishizaki menelepon Komiya setelah berkata begitu, menurutnya strategi ini akan berhasil.

“… Ah, Komiya? Maaf aku meneleponmu tepat sebelum kau memulai aktifitas klubmu. Ah, bukan begitu, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu. Apa tadi pagi kau berbicara dengan Shinohara dari Kelas D? … Sudah kuduga. Tidak, hanya saja, kita sudah berjanji untuk tidak berpacaran sebelum memberitahukannya lebih dulu kan, kupikir kau lupa dengan janji kita.”

Ishizaki dengan lancar menanyakan tentang hubungan Shinohara dan Komiya, ini lebih baik dari yang kuharapkan.

“Kalian tidak berpacaran? Itu benar kan!? Kau akan mendapat masalah jika berbohong padaku.”

Setelah memastikan Komiya dan Shinohara tidak berpacaran, Ishizaki menunjukkan isyarat OK dengan tangan kanannya.

Namun setelah itu, ekspresinya sedikit berubah.

“Eh… Serius? Ooh, ooh, jadi begitu, hee…”

Ishizaki mengajukan pertanyaan dengan cara yang mudah untuk kupahami, tapi jumlah informasi yang kudapatkan darinya tiba-tiba mulai berkurang.

Dia mendengarkan dengan cermat kata-kata yang diucapkan oleh Komiya melalui telepon.

“… Ooh, jadi begitu. Aku mengerti. Akhirnya tiba juga waktunya bagimu untuk menjadi seorang pria sejati. Tentu saja aku akan mendukungmu. Jangan lupa beri tahu aku bagaimana hasilnya.”

Dari arah percakapan, aku bisa mengetahui apa yang dikatakan Komiya pada Ishizaki.

Setelah panggilan berakhir, Ishizaki melihatku dengan canggung.

“Komiya itu, dia akan mengakui perasaannya pada Shinohara di pulau tak berpenghuni.”

“Jadi begitu―”

Jika mereka membentuk kelompok, mereka akan terus bersama sepanjang hari. Nanti akan muncul dengan sendirinya waktu yang tepat bagi Komiya untuk mengakui perasaannya.

“Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin bisa menghentikannya.”

Itu benar. Komiya punya hak untuk mengakui perasaannya.

Meskipun Ike dan Shinohara saling menyukai, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengambil langkah maju. Jadi.. jika seseorang masuk di antara mereka (ntr :v), itu bisa dikatakan sebagai takdir. Atau mungkin saja Ike bisa memenangkan Shinohara sebelum Komiya menyatakan perasaannya.

“Pokoknya, terima kasih atas bantuan kalian. Aku akan membicarakan hal ini dengan Horikita. Jika Nishino memiliki kesulitan dalam membentuk kelompok, kau bisa membicarakannya denganku. Mungkin saja aku bisa membantu.”

“Sudah kubilang, aku tidak butuh imbalan apapun.”

“Kalau begitu, aku akan membantumu ketika kau dalam kesulitan. Tentu saja aku akan membantu semampuku.”

“Terima kasih, meski kau punya banyak masalah, lakukanlah yang terbaik.”

Setelah mendengarkan kata penyemangat dari Ishizaki, aku memutuskan untuk memberitahu Horikita tentang hal ini.

Bagian 9

Pada sore harinya, aku mengundang Horikita ke kafe.

Kafe memang dipenuhi pengunjung setiap harinya, tapi.. jika ada yang mencoba mendengarkan pembicaraan kami, mereka akan kesulitan untuk memahaminya.

Aku memberitahu Horikita tentang Ike, Shinohara dan Komiya.

Ike menyukai Shinohara, tapi dia tidak mau membuat kemajuan. Sedangkan Komiya, dia sudah mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya.

Itu bisa saja berpengaruh pada ujian khusus berikutnya.

Reaksi Horikita setelah mendengarnya…

“Bukankah tidak apa-apa membiarkan mereka begitu?”

Seperti yang kuduga, dia merespons dengan ekspresi yang dingin.

“Kupikir ada masalah serius yang ingin kamu bicarakan denganku… ternyata itu adalah urusan pribadi orang lain. Aku juga sudah mengevaluasi kemampuan Ike-kun. Menurutku, akan lebih baik mengatur kelompok untuknya tanpa melibatkan perasaan.”

“Aku kurang yakin dengan itu. Ike terlihat sangat peduli pada Shinohara. Tergantung situasinya, dia mungkin tidak akan begitu aktif seperti tahun lalu. Kalau hanya itu mungkin masih bisa diterima, tapi bagaimana kalau pikirannya yang terfokus pada Shinohara akan menghalangi kelompoknya.”

“Jadi dia beresiko putus sekolah karena masalah cinta?”

“Aku tidak bisa mengatakan tidak.”

“… Kalau memang itu masalahnya, maka akan sangat merepotkan.”

Horikita memegangi kepalanya dan menghela nafas berat.

(Tl note : lebih tepatnya, Horikita menempelkan tangannya di dahi)

“Tampaknya Komiya dan Shinohara sudah berjanji untuk membentuk kelompok, tapi mereka masih belum membuatnya karena instruksimu, Horikita. Begitu mereka mendapatkan izin darimu, ‘9 dari 10’ mereka akan berkelompok. Kau sekarang adalah pemimpin Kelas D. Shinohara tidak akan mengeluh jika kau mengatakan padanya bahwa bekerja sama dengan Komiya tidak akan menguntungkan secara strategis.”

(Tl note : ‘ anggap saja persentasenya.. seperti 90/100%. Intinya.. peluang Shinohara untuk berkelompok dengan Komiya sangatlah tinggi)

“Aku akan mencegah hal itu terjadi. Tapi, meskipun kita mencegah mereka berkelompok, Komiya-kun bisa saja mengubah waktu pengakuannya, kan? Tergantung situasinya, dia mungkin akan menyatakan perasaannya di hari itu juga.”

“Kita tidak bisa menghapus kemungkinan itu.”

“Ini jauh lebih merepotkan daripada yang kubayangkan. Tidak mungkin kita hanya akan melihat saja sampai mereka berpacaran.”

“Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?”

“Bagaimana kalau kita buat Ike-kun mengakui perasaannya? Jika Shinohara-san menerimanya, Ike-kun akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindari hukuman, tidak peduli di kelompok mana dia berada, kan? Sebaliknya, jika dia ditolak, dia bisa melupakan gadis itu dan fokus (berkonsentrasi) menghadapi ujian.”

Kupikir yang pertama itu benar, tapi untuk yang terakhir, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika Ike ditolak.

Dia beresiko menghancurkan dirinya sendiri dan berhenti mengikuti ujian.

Bagaimanapun, ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan hanya dengan berbicara.

Mungkin membuat Ike mengakui perasaannya adalah jalan keluar tercepat.

“Meskipun kamu sangat ahli dalam berbagai hal, sepertinya masalah percintaan bukan keahlianmu.”

“Aku sedang mempelajarinya sekarang.”

“Haaah… Baiklah, aku akan melakukan sesuatu tentang itu. Pokoknya untuk sekarang, aku harus membuat Ike-kun dan Shinohara-san bekerja sama, kan?”

Meskipun sedang makan, Horikita mengeluarkan ponselnya dan menjalankan aplikasi OAA.

Namun, fakta yang tak terduga muncul di sini.

“Sayang sekali, sepertinya kita sudah terlambat.”

Horikita menggeser ponsel di atas meja dan menunjukkannya padaku. Di OAA, siswa dapat melihat kelompok-kelompok yang sudah terbentuk, dan di sana tertulis bahwa Shinohara dan Komiya telah membentuk kelompok. Anggota ketiga dari kelompok tersebut adalah siswa Kelas B, Kinoshita Minori.

“Kalau sudah begini, kita harus mengambil tindakan untuk mencegah Ike-kun kehilangan motivasinya.”

“Mari kita bicarakan dengan Yousuke. Saat ini dia juga sedang mencari kelompok terbaik untuk Ike.”

Pembentukan kelompok untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni menjadi lebih sulit dari sebelumnya.

Bagian 10

Saat malamnya tiba, aku berkencan dengan Kei di dalam kamarku.

Topik hari ini dimulai dari pertengkaran Ike dan Shinohara, kemudian berlanjut ke kelompok untuk ujian khusus yang akan datang.

“Umm… Kiyotaka, rencananya dengan siapa kamu akan berkelompok dalam ujian di pulau tak berpenghuni?”

Kei melihatku dan mengajukan pertanyaan itu dengan sedikit malu-malu.

“Untuk saat ini, aku tidak niat bekerja sama dengan siapapun.”

“Eh? Ke-Kenapa?”

Kei berharap bisa membentuk kelompok denganku, tapi kurasa itu tidak ada untungnya bagi kami. Bukan berarti karena kurangnya kemampuan Kei, tapi dia tidak cocok untuk berkelompok denganku, mengingat aku akan menghadapi Tsukishiro.

“Memang benar, banyak keuntungan yang bisa didapat dengan membentuk kelompok. Tapi, bukan berarti siswa solo tidak bisa menang. Sebaliknya, dia dapat bergerak dengan bebas tanpa terpengaruh oleh orang lain. Selain itu, tergantung bagaimana situasinya, siswa solo dapat membantu kelompok lain. Jika ada kelompok yang hampir dikeluarkan dari sekolah, dia bisa bergabung dengan kelompok itu dan menutupi kekurangan.”

“Itu berarti akan lebih mudah bergerak jika melaksanakan ujian ini sendirian…”

Siswa di izinkan menghadapi ujian ini sendirian, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan kata lain, bagi siswa yang percaya diri dengan kemampuannya, ini bisa jadi kesempatan untuk menunjukkan keunggulan mereka.

“Seandainya siswa solo menempati peringkat pertama, kelasnya akan menerima 300 poin kelas.”

“Apakah Kiyotaka bisa menempati peringkat pertama seorang diri?”

“Bagaimana menurutmu?”

Mataku bertemu dengan Kei saat aku membalas pertanyaannya dengan pertanyaan, Kei berpikir sejenak selagi mata kami masih saling memandang.

“Memiliki wajah yang tampan dan juga menempati peringkat pertama… Kurasa aku akan menerimanya. Eh, tunggu dulu. Jika itu terjadi, bukankah akan jadi lebih sulit mengungkapkan hubungan kita!?”

Kei mulai panik membayangkan masa depan.

“Jika Kiyotaka berhasil menempati peringkat pertama seorang diri, aku akan sangat senang dan berpikir bahwa kamu sangatlah keren. Tapi, tapi, ah―aku tidak tahu lagi!”

“Kau terlalu bersemangat. Jangan khawatir, mendapatkan peringkat pertama bukanlah hal yang mudah.”

“Jadi, Kiyotaka juga berpikir tidak bisa menang?”

“Bisa kukatakan, ada peluang 50 persen.”

“Menjawab begitu saja menurutku sudah cukup mengagumkan …”

“Ngomong-ngomong, bagian yang perlu kau khawatirkan bukanlah dengan siapa kau akan berkelompok, Kei.”

“Eh? Bukan itu bagian pentingnya? Mungkin kalau aku mengacau, aku akan dikeluarkan dari sekolah.”

“Ya, ujian khusus ini melibatkan pengusiran. Jika kelompokmu berada di peringkat 5 terbawah, mau tidak mau kau akan menerima hukuman. Tapi, kau tidak dapat memilih dengan bebas anggota kelompok.”

“Ya. Karena itulah aku ingin berkelompok denganmu, Kiyotaka… Aku berharap kamu akan melindungiku.”

Kei yang telah memutar pembicaraan sejauh ini, akhirnya mengungkapkan keinginannya.

“Meski aku tidak melindungimu, masih ada cara untuk menyelamatkanmu, kan? Menyimpan poin pribadi yang cukup untuk membatalkan pengusiran.”

“Itu memang benar, tapi…”

Meskipun jumlah poin pribadi yang diperlukan cukup besar, selama kau memilikinya, kau tidak akan dikeluarkan dari sekolah.

“Itu memang benar, tapi.. meskipun aku membentuk kelompok beranggotakan 6 orang, aku masih tetap harus membayar 1 juta poin pribadi untuk menghindari putus sekolah, kan? Aku tidak punya poin sebanyak itu.”

“Tinggal berapa poin pribadimu sekarang?”

“Umm… 240.000 poin. B-Belakangan ini aku sudah cukup banyak menabung loh!”

Bukan berarti aku akan mengomentarinya.

Aku juga berada dalam situasi yang sama, jadi aku tidak bisa menyalahkannya.

“Berarti masih kurang 760.000 poin lagi ya?”

Saat ini aku memegang 250.000 poin. Bahkan jika aku memberikan semuanya pada Kei, jumlahnya masih kurang dari yang dibutuhkan.

“Kei, kartu yang kau miliki adalah Free Ride, kan?”

“Ya. Kira-kira berapa harga kartu ini ya?”

“Sejujurnya, aku tidak bisa mengatakan kalau itu adalah kartu yang bagus. Baik atau buruk, kartu itu tidak begitu efektif dibanding kartu-kartu yang lain. Kartu itu tidak memberikan efek atas usahamu (hasil), dan juga tidak membantu saat kau dalam kesulitan.”

Kartu itu hanya dapat digunakan untuk bertaruh pada kelompok yang punya peluang tinggi untuk memenangkan ujian. Bisa dikatakan, ini adalah kartu yang terendah dan tidak begitu bernilai.

“… Begitu ya.”

Setelah mengetahui hal itu, Kei mendesah kecewa.

“Kiyotaka, kalau tidak salah kartumu adalah Trial, kan? Kartu itu akan memberikan efek yang bagus di saat kamu menang, tapi akan menjadi bencana jika kamu kalah…

Ah, tentu saja aku tahu itu bukanlah masalah bagi Kiyotaka. Ahh, aku menginginkan kartu Half off atau Nullify.”

Bagi siswa seperti Kei, tidak heran jika kartu bantuan di anggap lebih berharga daripada kartu lain seperti kartu Trial.

“Bukan berarti kartu Free Ride ini tidak ada harapan. Banyak juga siswa yang beranggapan bahwa kartu Half off dan Nullifiy tidak berharga. Bagi siswa seperti itu, Free Ride memiliki nilai tertentu.”

Berbeda dengan kartu Head Start dan kartu bonus, kartu ini tidak berguna bagi siswa yang percaya diri dengan kemampuan mereka, sebaliknya, kartu ini akan berguna bagi siswa yang tidak yakin bisa menang (atau siswa yang memiliki kemampuan rata-rata). Selain itu, siswa yang kemampuannya rata-rata memiliki jumlah terbesar di setiap kelas, jadi tidak akan sulit menemukan pembelinya. Akan tetapi, kartu seperti Half off justru menjadi incaran sebagian siswa rata-rata dan siswa di bawah rata-rata. Tergantung pemiliknya, kartu yang tidak berharga sekalipun, bisa terlihat seperti emas.

“Aku akan menyiapkan poinnya.”

“Eh? Menyiapkan poin… Bagaimana caranya?”

“Ada beberapa cara, salah satunya adalah menjual kartu Trial.”

“Tapi, kalau kamu menjual kartu Trial pada siswa lain … itu akan jadi masalah, bukan?”

“Mencegahmu putus sekolah lebih penting dari itu.”

“Y-Ya… M-Makasih.”

Kei tersipu malu, wajahnya mulai memerah.

Setelah itu, percakapan kami beralih ke liburan musim panas yang akan datang, dan suasana ruangan pun menjadi lebih hidup daripada sebelumnya, tapi, tidak ada perkembangan lebih lanjut dalam hubungan kami.

Bagian 11

Sebuah sistem yang memungkinkan siswa membentuk kelompok beranggotakan tiga orang sebelum ujian khusus musim panas dimulai.

Namun, tidak hanya itu saja, ada pula yang mengadakan percakapan saat ini dengan memperhatikan masa depan.

“Kamu benar-benar datang ya, Ichinose-san.”

“Maaf membuatmu menunggu, Sakayanagi-san.”

Jum’at, akhir pekan pertama sejak diumumkannya pembentukan kelompok.

Sakayanagi menghubungi Ichinose dan memintanya untuk datang ke kafe.

“Apa aku tidak menganggu waktumu? Itu adalah permintaan yang tiba-tiba, aku sudah siap kalau kamu menolak undanganku.”

“Tidak apa-apa, hanya saja aku sedikit tekejut, aku tidak menyangka Sakayanagi-san akan menghubungiku.”

Pada hari itu, satu jam sebelum mereka bertemu di kafe, Sakayanagi memanggil Ichinose secara tiba-tiba.

Jika Ichinose memiliki jadwal yang padat, tak heran jika dia menolaknya.

“Bagaimanapun, aku ingin menemuimu hari ini juga dan berbicara denganmu, Ichinose-san.”

Sakayanagi berbohong.

Mengundang secara mendadak itu adalah salah satu strateginya untuk tidak memberikan Ichinose waktu untuk berpikir.

Jika dia membuat janji beberapa hari sebelumnya, Ichinose pasti akan memikirkan tentang pertemuan ini.

Tergantung situasinya, Ichinose mungkin akan meminta bantuan pada teman sekelasnya seperti Kanzaki.

Karena itulah Sakayanagi mengambil tindakan seperti ini, dia ingin mencegah hal itu terjadi.

“Ngomong-ngomong, kenapa kamu menerima undangan yang tiba-tiba ini?”

“Karena aku tidak punya jadwal apapun hari ini.”

“Bukan itu maksudku. Sebelumnya aku telah melakukan hal yang buruk padamu. Wajar kalau kamu membenciku, Ichinose-san.”

Untuk memberi tekanan pada Ichinose, Sakayanagi menanyakan masa lalu Ichinose, yang sudah jatuh ke perangkapnya.

Kemudian dia membeberkan masa lalu Ichinose yang tidak ingin diketahui orang lain, hal itu menimbulkan rasa sakit yang mendalam bagi Ichinose.

Jika kau dikhianati oleh orang yang kau percayai, wajar jika kau membenci orang itu. Bahkan jika kau tidak membencinya, kau tidak akan mempercayainya lagi dan menjaga jarak darinya.

Namun Ichinose tidak begitu, dia menerima undangan yang tiba-tiba ini, dan tidak menunjukkan kebencian pada Sakayanagi.

“Hmm―kurasa Sakayanagi-san tidak melakukan sesuatu yang berlebihan. Memang benar, aku harus merenungkan tindakanku di SMP, aku juga berpikir kalau itu adalah tindakan yang memalukan. Namun, aku tidak memintamu untuk merahasiakannya, jadi itu bukan salahmu.”

Ichinose mengatakan bahwa itu karena kesalahannya sendiri.

“Kamu memang orang yang baik, Ichinose-san.”

“Entahlah. Aku sendiri tidak yakin dengan itu.”

Ichinose menjadi sedikit malu dan menggaruk pipinya dengan ringan, dia mengalihkan pandangannya seolah tidak mampu melihat ke arah Sakayanagi yang tersenyum kepadanya.

“Jadi… Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?”

Mungkin karena merasa tidak nyaman jika topik ini berlanjut, Ichinose mendesak Sakayanagi untuk langsung ke intinya.

“Kalau begitu seperti yang kamu inginkan, aku akan langsung ke intinya, tapi ini mungkin juga akan membuatmu merasa tidak nyaman, Ichinose-san.”

Dengan peringatan itu, Ichinose bergumam pada dirinya sendiri, “Tolong jangan berlebihan.”

“Jujur saja, jika situasi ini terus berlanjut, tidak lama lagi Kelas A akan merasakan bahaya dari Kelas B yang hampir mendekat. Kalau kamu tidak keberatan, maukah kamu memberitahu pendapatmu tentang hal itu kepadaku?”

Tanpa segan sedikitpun, Sakayanagi menunjukkan situasi saat ini pada Ichinose, yang kelasnya tertinggal di belakang.

“Ahaha… kamu benar-benar tidak segan sedikit pun.”

Meskipun dalam sesaat pikirannya menjadi putih (kosong), Ichinose menanggapinya dengan tertawa canggung.

Sakayanagi menunggu jawabannya dengan tersenyum.

“Memang benar, saat ini kami berada di situasi yang buruk.”

Pada tanggal 1 Mei, perbedaan poin kelas antara kelas Ichinose dan kelas B yang dipimpin oleh Ryuuen hanya 26 poin. Ichinose mengira bisa mengejar ketinggalan itu tanpa ujian khusus, dengan bergantung pada kehidupan sehari-hari. Faktanya, selama satu tahun terakhir, poin kelas bisa dikumpulkan dari tindakan sehari-hari siswa yang memiliki pengaruh besar.

Namun, setelah Ryuuen naik ke Kelas B, mereka tidak menunjukkan sikap dan perilaku yang bisa menurunkan poin kelas. Sampai bulan Juni, selisihnya hanya berkurang 2 poin. Dari situ bisa diketahui keinginan kuat Ryuuen dan kelasnya yang tidak ingin dilampaui oleh kelas Ichinose.

Tidak perlu dikatakan lagi, Sakayanagi yang sedang dikejar oleh kelas Ryuuen, juga menyadarinya.

“Aku juga tahu kalau dia adalah lawan yang tangguh.”

“Meskipun kamu mengetahuinya, ada sesuatu yang tidak dapat kamu lakukan, bukan? Akhir-akhir ini, mereka tidak menimbulkan masalah seperti strategi Ryuuen-kun yang sebelumnya. Jika tidak bisa mengejar ketinggalan dengan kehidupan sehari-hari, maka satu-satunya harapan adalah ujian khusus.”

Ichinose mengangguk sedikit. Di sisi lain, Sakayanagi tidak merespon dengan kata-kata yang lembut.

“Dia bukan orang biasa. Bagi Ichinose-san yang bertarung secara terang-terangan, bisa dikatakan kalau dia adalah lawan terburukmu.”

Ichinose yang berhadapan langsung dengan Ryuuen di ujian akhir tahun lalu, sangat memahami hal ini.

Ryuuen yang agresif dan tidak biasa, bersedia melakukan kecurangan.

Jika memungkinkan, Ichinose tidak ingin bertarung melawan musuh seperti itu.

“Tapi demi meraih tempat yang lebih tinggi, hal itu tidak bisa dihindari. Selain itu, memang benar Ryuuen-kun adalah lawan yang tangguh, tapi kupikir kamu bukanlah orang yang bisa dikalahkan dengan mudah, Sakayanagi-san.”

Meskipun Sakayanagi pernah berselisih dengan Katsuragi, poin kelas yang dimiliki Kelas A dua kali lipat dari Kelas B Ryuuen, dan tidak perlu ditanyakan lagi kalau kelasnya adalah yang nomor satu. Bahkan jika Kelas A mengalami kekalahan satu atau dua kali, mereka akan tetap berada di posisi pertama.

“Meskipun perbedaan poin kelasmu dengan Kelas D lebih dari 200 poin, mereka saat ini mendapatkan momentum untuk mengejar, kan? Apa kamu yakin mereka tidak akan menyalip kelasmu?”

“Horikita-san dan teman sekelasnya sedang berusaha mengumpulkan kekuatan mereka. Dalam hal kemampuan individu, beberapa dari mereka tidak akan kalah dari siswa kelas manapun … Mengetahui ini, sepertinya aku benar-benar tidak punya waktu untuk bersantai.”

“Memang benar, ada beberapa siswa yang menarik di Kelas D. Mulai dari Hirata-kun dan Kushida-san yang memiliki keterampilan komunikasi yang sangat baik serta kemampuan akademik dan fisik yang cukup bagus. Lalu Sudou-kun, satu-satunya siswa yang memiliki kemampuan fisik A+ di kelas dua. Sementara itu, kartu truf tersembunyi mereka, Ayanokouji-kun yang mendapat nilai sempurna pada ujian matematika yang sangat sulit. Kemudan, Kouenji-kun yang batas kemampuannya masih belum diketahui, dia juga musuh yang berbahaya.”

Sakayanagi sengaja mengatakan itu, untuk membuat Ichinose merasakan ancaman Kelas 2-D.

“Kemudian, pemimpin yang menyatukan mereka, Horikita-san. Dia memiliki kemampuan akademik dan fisik yang tinggi, dan baru-baru ini dia bergabung dengan OSIS.”

Sakayanagi menegaskan kembali situasi Ichinose saat ini, yang tertinggal dari kelas lain.

“Maaf jika aku melanjutkannya dengan kata-kata yang sulit, tapi kupikir hanya masalah waktu sebelum kelas Ichinose-san jatuh ke Kelas D.”

“Penilaianmu itu mungkin benar, tapi―”

“Tapi apa? Apakah kamu akan mengatakan tentang kerja keras dan nilai persahabatan, konsep abstrak semacam itu?”

Sakayanagi menyebutkan kata-kata yang akan keluar dari mulut Ichinose dengan tepat, Ichinose hanya bisa menelan kembali kata-kata yang akan dia ucapkan.

“Mustahil kamu bisa menang dengan cara seperti itu, tidak peduli seberapa keras kamu berusaha. Sementara kelas lain telah meningkatkan kekuatan selama setahun terakhir, aku belum melihat perkembangan yang signifikan di kelasmu, Ichinose-san.”

“Itu… tidak benar. Kami juga sudah berkembang.

“Aku tidak pernah bilang kalau kelasmu itu tidak berkembang. Aku hanya mengatakan perkembangannya tidak begitu banyak.”

“Sakayanagi-san mungkin tidak mengerti, tapi menurutku kami tidak akan kalah.”

Dengan tersenyum tipis, Sakayanagi menggelengkan kepalanya secara perlahan.

“Semuanya terlihat jelas di OAA. Jika membandingkan perkembangan kemampuan keseluruhan dari kelas satu sampai kelas dua, kelas Ichinose-san adalah yang terendah diantara empat kelas. Kupikir Ichinose-san sudah menganalisis hal ini juga, tapi… Apa mungkin kamu sudah mengetahuinya tapi kamu berpura-pura tidak menyadarinya? Atau kamu tidak berani memeriksanya karena takut menghadapi kenyataan…?”

Ichinose teringat kembali saat dia berduaan dengan Sakayanagi sebelumnya.

Mereka terlihat seperti orang dewasa dan anak kecil.

Wajar jika perkataannya akan dibantah, saat ini dia terlihat seperti sedang disudutkan.

Sakayanagi yang menyerang tepat di titik kelemahannya, akan memblokir semua kata-katanya.

“Kamu adalah siswa yang pintar. Jika kita bersaing secara adil dan jujur, kamu pasti tidak akan kalah dariku. Namun, ketika berada dalam situasi yang tidak menguntungkan, kamu tidak dapat menunjukkan kemampuanmu. Baik itu yang sebelumnya maupun yang sekarang, kamu hanya bisa berdiam diri ketika musuh memanfaatkan kelemahanmu. Tapi, aku dan Ryuuen-kun berbeda, kami akan menunjukkan taring kami meskipun berada dalam situasi yang tidak menguntungkan.”

“Ya… itu benar juga.”

Tidak peduli bagaimanapun situasinya, kedua orang itu tidak akan ragu menunjukkan kekuatan mereka.

“Aku bisa mengatakan, Ichinose-san yang sekarang tidak memiliki peluang untuk menang.”

“Apa kamu memanggilku hanya untuk mengatakan itu?”

“Kalau hanya untuk itu, aku bisa melakukannya kapan saja, aku pun juga tidak mau menyia-nyiakan waktu liburanku yang berharga.”

Di saat itu juga, Sakayanagi memutuskan untuk memberitahu alasan sebenarnya memanggil Ichinose.

“Kenapa tidak bergabung saja denganku? Ichinose-san.”

“Eh…?”

Ichinose tidak dapat merespon, dia tidak menyangka Sakayanagi akan mengajukan saran itu.

“Itulah satu-satunya cara agar kamu bisa mengejar kami, Kelas A.”

“Tapi itu―”

“Bekerja sama dengan kelas lain bukanlah hal yang buruk. Faktanya, Ichinose-san memiliki hubungan yang serupa dengan Horikita-san dari Kelas D ketika masih kelas satu, bukan?”

Tidak mengherankan Sakayanagi mengetahui hubungan kerja sama Ichinose dengan Horikita.

“Ini mungkin hanya spekulasiku saja, tapi kupikir kerja samamu dengan Horikita-san telah berakhir. Meskipun kelasnya berada di posisi terakhir, dia telah mengumpulkan poin kelas lebih banyak daripada kelas lain selama satu tahun ini, dan sekarang dia mengejar dengan momentum yang luar biasa. Di sisi lain, kamu dan teman-temanmu mundur satu langkah dan jatuh ke Kelas C. Bagi Horikita-san dan kelasnya, tidak ada untungnya mempertahankan kerja sama denganmu, Ichinose-san.”

Sakayanagi menebaknya dengan tepat, dia seolah-olah menyaksikan percakapan Horikita dan Ichinose.

Ichinose tidak dapat menyangkalnya, jawabannya hampir seperti mengakui hal itu.

“Benar… hubungan kerja sama tidak akan bisa bertahan selamanya.”

“Ya. Untuk mempertahankan hubungan kerja sama, dibutuhkan [syarat tertentu]. Kelas Ichinose-san dan Horikita-san memenuhi syarat itu tahun lalu, karena itulah kalian bisa membangun hubungan baik tanpa adanya konflik.”

Ichinose mengangguk setuju.

“Syaratnya itu adalah… perbedaan poin kelas.”

Kenyataannya, kelas Ichinose dan Horikita menghentikan permusuhan mereka karena ada perbedaan poin kelas yang cukup jauh.

“Meskipun kebetulan, saat ini perbedaan poin kelas kita cukup jauh. Dengan kata lain, tidak mustahil bagi kita untuk bekerja sama.”

“Aku merasa sedikit sedih dengan ide kerja sama yang menyenangkan ini. Itu seperti menyiratkan bahwa kelas kami tidak layak untuk diwaspadai dan jadi keberadaan yang tidak penting bagimu, Sakayanagi-san.”

“Aku tidak perlu lagi menahan diri, kata-katamu itu memang benar.”

Ichinose mendengar kenyataan yang kejam dari Sakayanagi.

Namun, Ichinose tetap tersenyum. Tidak sulit baginya untuk mengesampingkan emosinya, tapi dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa kelasnya dalam kesulitan.

“Kurasa tidak ada untungnya bagimu bekerja sama dengan kami, Sakayanagi-san.”

“Tidak, itu salah. Memang benar, jika kita bicara tentang kemampuan, kelasmu memiliki banyak kekurangan. Namun, kamu memiliki senjata khusus yang tidak dimiliki oleh kelas lain.”

Sakayanagi tersenyum dan melanjutkan kata-katanya.

“Itu adalah―[kepercayaan]. Aku bisa mengatakannya dengan percaya diri, selama kita bekerja sama, Ichinose-san tidak akan mengkhianatiku apa pun yang terjadi. Itu juga merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan ketika membuat aliansi.”

Seorang rekan yang dapat dipercaya. Sakayanagi mengatakan bahwa ini adalah faktor yang sangat penting.

“Aku senang mendengar penilaianmu itu, tapi kita berada dalam situasi dimana kita tidak peduli satu sama lain, bukan?”

“Meski begitu, aku tidak berpikir Ichinose-san akan melepaskan senjata yang disebut sebagai kepercayaan yang telah dibangun selama ini. Seandainya ada pengkhianatan, itu adalah tanggung jawabku karena telah salah menilaimu.”

Meskipun ini adalah jebakan Sakayanagi, Ichinose tidak menganggap bahwa memercayai kata-kata itu bukanlah hal yang buruk.

Namun, Ichinose merasa bahwa dia tidak boleh lengah terhadap Sakayanagi, yang tidak mudah untuk dihadapi.

“Bisakah kamu menjelaskannya lebih detail?”

“Apa ini berarti kamu positif akan bekerja sama denganku?”

“… Ya.”

“Kalau begitu, mari kita membicarakannya.”

Sakayanagi mulai menjelaskan stratrgi, dia berencana untuk memberikan instruksi pada Kelas 2-C yang dipimpin oleh Ichinose.

“Ada aturan yang sedikit mengganggu di ujian khusus ini. Siswa hanya boleh membentuk kelompok dengan siswa dari angkatan yang sama, dan hadiahnya akan dibagi sama rata (untuk semua kelas yang ada dalam kelompok itu). Dengan kata lain, meskipun kita memilih anggota terbaik dari setiap kelas untuk membentuk sebuah kelompok, perbedaan poin kelas tidak akan berubah.”

“Ya. Karena itulah, kita harus membentuk kelompok yang bisa memenangkan ujian ini dari kelas kita masing-masing.”

“Tapi kalau begitu, kita tidak akan dapat membentuk kelompok yang ideal. Ada beberapa hal yang tidak bisa diraih hanya dengan kelas kita saja … Jadi, bagaimana kalau kelas kita bekerja sama membentuk kelompok? Kita bisa memilih anggota dengan bebas dari kedua kelas yang berisikan siswa sebanyak 79 orang.”

“Kelasku dan kelas Sakayanagi-san bekerja sama …”

“Meskipun jarak diantara kelas kita tidak berkurang, kamu bisa mengejar ketinggalan dari kelas Ryuuen-kun, dan memperlebar jarak dengan Kelas D.”

“Tapi―kami akan kehilangan kesempatan untuk menyusul kelasmu, Sakayanagi-san.”

“Untuk menghadapi semester kedua dan ketiga, bukankah kembali ke posisi awal adalah prioritas utamamu? Kalau kamu menolak tawaranku sekarang, kamu belum tentu bisa menang. Apa aku salah?”

“Itu…”

“Sebaliknya, jika kamu kalah sekali lagi, kamu akan jatuh ke Kelas D, Ichinose-san. Kelasmu akan kehilangan banyak poin dan masuk ke dalam situasi yang sulit. Jika itu terjadi, tujuanmu untuk membidik Kelas A akan jadi semakin mustahil.”

Ichinose terdiam, dia tidak bisa membalas kata-kata Sakayanagi.

“Aku merasa bahwa kamu masih mencurigaiku. Namun, kupikir tidak banyak kesempatan untuk bisa bekerja sama dengan kelas lain. Baik itu Kelas D maupun Kelas B, demi menyusul Kelas A, mereka tidak akan mau bekerja sama denganku. Jika mereka ingin membentuk aliansi, hanya ada pilihan dimana ketiga kelas bergabung untuk menantang Kelas A. Dengan begitu, kelompok yang kuat baru bisa dibentuk.”

Tidak peduli seberapa kuat Kelas A, jika Kelas B, C dan D bekerja sama, mereka akan kesulitan meraih kemenangan.

“Bohong jika aku bilang aku tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.”

“Itu benar. Namun, strategi membentuk aliansi antara tiga kelas itu tidaklah realistik. Beberapa hari sudah berlalu semenjak pembentukan kelompok di izinkan, Ichinose-san, apa ada kelas lain yang mengajukan ide itu padamu?”

Ichinose memejamkan matanya dan perlahan menggelengkan kepalanya.

“Jika ketiga kelas membentuk sebuah kelompok, hadiah poin kelas akan dibagi sama rata. Bahkan jika kamu berusaha mengamankan peringkat pertama, selisih poin kelas yang akan berkurang hanya 100 poin. Jika menempati peringkat kedua, selisihnya berkurang 67 poin. Jika peringkat ketiga, hanya 33 poin.”

Bahkan jika kelompok dari kelas B, C dan D menempati podium, perbedaan poin kelas hanya berkurang 200 poin.

Memang benar itu bukan jumlah yang sedikit, tapi dalam ujian khusus ini, sulit untuk memonopoli podium.

“Wajar jika ingin memenangkan ujian ini untuk mengurangi jarak sebesar 300 atau 400 poin kelas.”

“Tapi, jika aku dan Sakayanagi-san membuat aliansi, Horikita-san dan Ryuuen-kun mungkin juga akan bekerja sama… Selain itu, termasuk kelasku, ada beberapa kelompok yang sudah terbentuk, kan?”

“Ya. Malahan aku sudah menunggu dimulainya pembentukan kelompok. Aku menyarankan agar kita memilih kekuatan utama hanya dari kelas kita untuk membentuk kelompok, mengingat tidak ada tawaran kerja sama dari kelas lain.”

“Apa maksudmu dengan [kekuatan utama]?”

“Seperti tahun lalu, aku tidak bisa bergerak bebas di pulau tak berpenghuni karena kakiku ini. Namun pada ujian khusus kali ini, aku di izinkan berpartisipasi. Meskipun di posisi yang sedikit istimewa.”

“Istimewa?”

“Siswa yang tidak dapat berpartisipasi karena kesehatannya memburuk akan di eliminasi dari awal, kan? Tapi, aku akan berpartisipasi sebagai siswa [semi-eliminasi].”

“Semi-Eliminasi?”

“Aku tidak bisa berjalan dengan bebas di pulau tak berpenghuni karena kakiku yang lumpuh, tapi aku boleh mengikuti ujian ini dan bertarung dalam aturan yang sama dengan siswa lain. Dengan kata lain, jika kamu meminta nasehat dariku, aku dapat membantumu, dan jika ada masalah yang sulit, kita dapat menyelesaikannya bersama. Namun, ketika aku menjadi satu-satunya anggota kelompok yang tersisa, maka pada saat itu juga kelompok tersebut akan tereliminasi.”

“Sakayanagi-san bisa berpartisipasi dalam ujian ini dengan kondisi seperti itu, ya.”

Ichinose segera menyadari bahwa Sakayanagi berguna sebagai otak kelompok, meski membutuhkan sarana untuk berkomunikasi dengannya.

“Kamu bebas memilih 4 siswa dari kelasku.. Hashimoto-kun, Kitou-kun, Masumi-san dan juga aku. Tidak diragukan lagi kalau kami berempat adalah kekuatan utama Kelas A. Sedangkan di Kelas C.. Ichinose-san, Kanzaki-kun dan Shibata-kun.. benar, kan?”

Semua siswa yang baru saja disebutkan itu, saat ini belum membentuk kelompok dengan siapapun dan masih mengamati situasi.

Pada tahap ini, tidak akan ada ketidaknyamanan bagi kedua belah pihak.

“Benar. Mengingat kekuatan fisik diperlukan di ujian pulau tak berpenghuni, kupikir itu memang benar. Tapi, tidak ada jaminan kita bisa membentuk kelompok besar setelah ujian khusus dimulai, kan?”

“Memang akan sulit, tapi itu bukan hal yang mustahil.”

Sakayanagi tersenyum. Itu menandakan bahwa dia akan membentuk kelompok besar tidak peduli apapun kesulitan yang dia hadapi.

“Sakayanagi-san, bolehkah aku mengatakan pemikiranku yang sebenarnya?”

“Tentu saja.”

“Sakayanagi-san, kamu tidak ingin ketiga kelas bekerja sama, lebih dari yang aku perkirakan. Atau lebih tepatnya, kamu takut itu terjadi, bukan?”

“Apa maksudmu?”

“Kamu bilang kita dapat saling mempercayai, aku merasa kamu bersungguh-sungguh mengatakan itu. Namun, hal penting lainnya yang ingin kamu hindari adalah Kelas B, Kelas C, dan Kelas D bekerja sama melawan Kelas A. Memang benar, jumlah poin kelas yang bisa kami dapatkan di podium akan berkurang, tapi belum tentu ketiga kelas tidak bekerja sama.”

Ichinose yang sebelumnya terdesak oleh kata-kata Sakayanagi, mulai melancarkan serangan balik.

“Aliansi ketiga kelas untuk menjatuhkan Kelas A. Jika berhasil, mau tak mau kamu harus mengikuti persaingan yang sengit dengan kami di masa depan. Bukankah begitu… Sakayanagi-san?”

Sakayanagi sedikit terkejut dengan serangan balik dari Ichinose, yang sebelumnya tetap bertahan.

(Tl : kena counter si loli wkwkwk)

“Sepertinya aku telah meremehkanmu, Ichinose-san.”

Bagi Sakayanagi, tidak masalah jika ada kelas di bawahnya mendapatkan 300 poin kelas dalam ujian khusus ini. Sebagai Kelas A yang berada di posisi teratas, Sakayanagi ingin menghindari ketiga kelas dibawahnya membentuk aliansi dalam ujian ini. Setelah memperkirakan bahwa ujian semacam ini akan banyak diadakan di masa depan, dia mengambil tindakan ini sebagai antisipasi. Jika ada siswa yang dapat menyatukan ketiga kelas, kemungkinan besar itu adalah Ichinose Honami. Itulah mengapa Sakayanagi mencoba menarik Ichinose ke sisinya.

“Aku akan mengajukan proposal kerja sama padamu. Apakah kamu akan menerimanya? Atau menolaknya?”

Setelah mengakui niatnya, Sakayanagi meminta konfirmasi Ichinose untuk bekerja sama.

“Jika kamu bekerja sama denganku, aku akan memberikan deposit untuk tiga orang. Aku akan meminjamkan 3 juta poin pribadi untuk teman sekelasmu yang beresiko putus sekolah. Misalkan teman sekelasmu menerima hukuman, kamu dapat menggunakan poin ini untuk menebus hukuman mereka. Bagi Ichinose-san yang tidak ingin teman sekelasmu dikeluarkan dari sekolah, ini adalah proposal yang cukup membantu, bukan?”

Sakayanagi menawarkan bantuan pada Ichinose agar proposalnya tidak ditolak.

“Bisakah kamu memberikan deposit untuk lima orang? Dengan begitu, aku akan merasa lebih yakin.”

“Kamu cukup serakah. Dalam waktu dekat kami berencana untuk mengeluarkan jumlah segitu, tapi aku akan meminjamkannya khusus untukmu.”

Selama satu tahun lebih, Kelas A telah menerima poin pribadi lebih banyak dibanding kelas lain. Oleh karena itu, jumlah poin yang di simpan oleh setiap siswa Kelas A tidak sama dengan siswa kelas lain.

“Dengan ini, kontrak telah resmi dibuat. Tapi, meskipun kamu tidak menawarkan poin, aku akan tetap bekerja sama denganmu, Sakayanagi-san. Tentu saja tujuan utama kami adalah menjadi Kelas A. Tapi seperti yang kamu katakan, kami telah jatuh ke Kelas C, kami tidak boleh terjatuh lagi. Jika saat ini kami jatuh ke Kelas D, aku yakin motivasi teman sekelasku akan berkurang. Sebisa mungkin, aku ingin menghindari hal itu.”

Ichinose berjabat tangan dengan Sakayanagi.

“Aliansi antara Kelas 2-C dan Kelas 2-D―diterima.”

Dengan menjabat tangan satu sama lain, aliansi kedua kelas telah terbentuk.

“Dengan begini, aku bisa bertarung dengan percaya diri. Ini mungkin mendadak, tapi aku punya permintaan.”

“Untuk meningkatkan peluang kemenangan, sebaiknya kita mulai dengan memberikan kartu [More People] pada kekuatan utama Kelas A… bagaimana menurutmu?”

Ichinose mulai mengajukan strategi untuk bertarung sebagai aliansi.

Dengan menggunakan kartu [More People], yang hanya dimiliki satu orang di tahun ajaran, siswa dapat membentuk kelompok beranggotakan 7 orang.

Ini juga salah satu alasan Sakayanagi memutuskan untuk bertarung bersama Ichinose.

“Kamu memahaminya dengan cepat, ini sangat membantu.”

“Namun, Horikita-san dan Ryuuen-kun adalah lawan yang tangguh.”

Sakayanagi juga tidak meremehkan kedua orang itu.

Mengingat keberadaan Ayanokouji yang berada di belakang Horikita, ini bukanlah pertempuran yang mudah.

Meski begitu, Sakayanagi memilih bertarung bersama Ichinose karena dia yakin mereka pasti bisa menang.

“Peringkat pertama akan menjadi milik kita. Aku tidak akan menyia-nyiakan upaya yang diperlukan untuk meraih itu.”

Dengan kekuatan utama yang telah diperkuat, mereka akan menantang kelas Ryuuen dan kelas Horikita, serta kelas satu dan kelas tiga.