Youjitsu 2st Year Volume 2

[Revisi]Bab 1: Perubahan dalam Kehidupan Sekolah

- 50 min read - 10493 words -
Enable Dark Mode!

BAB 1 : PERUBAHAN DALAM KEHIDUPAN SEKOLAH

Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas.

“Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat.”

Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura.

Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya.

“Aku sudah tenang… tidak perlu khawatir,” jawab Yukimura.

Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya.

Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilnya, setelah itu Ayanokouji pergi ke suatu tempat, dia terpaksa harus menunggu di ruang kelas hingga Ayanokouji kembali. Hasebe menghela nafas, dan mengarahkan pandangannya ke luar jendela.

Gadis ini tahu bahwa Yukimura tidak biasanya seperti ini, dia pun sadar tidak ada gunanya lagi menenangkan Yukimura. Suasana di Kelas 2-D terasa berat.

Langit biru yang cerah di musim semi pada bulan Mei ini, tampak begitu indah, pikir Hasebe dalam benaknya.

Kemudian, dia memikirkannya lagi, kenapa situasinya berakhir jadi seperti ini?

Pada ujian khusus di bulan April, siswa kelas satu berpasangan dengan siswa kelas dua untuk menyelesaikan ujian.

Ujian khusus itu merangkup 5 mata pelajaran, teman mereka Ayanokouji Kiyotaka..

mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran matematika.

Jika itu ujian biasa, tidak terlalu mengejutkan melihat siswa mendapatkan nilai sempurna.

Dengan kemampuan akademik yang tinggi, Yukimura adalah siswa yang telah beberapa kali mendapatkan nilai sempurna. Tentu saja, ada juga siswa yang sesekali mendapatkan nilai sempurna. Itu karena mereka belajar dengan giat sebelum ujian, atau mendapatkan keberuntungan ketika ujian.

Tapi, ujian kali ini sangat berbeda dari ujian-ujian sebelumnya.

Meskipun tidak sepintar Yukimura, Hasebe menyadarinya samar-samar.

Dalam ujian khusus ini, terlepas dari subjekmya, Ayanokouji Kiyotaka adalah satu-satunya siswa di kelas yang mendapatkan nilai sempurna.

Tidak bisa dijelaskan apakah ini sudah disiapkan sebelumnya atau hanya sebuah kebetulan.

“Sudah 6 menit, ya… Kurasa dia tidak akan segera kembali.”

Sebagai teman, dia tidak bisa meninggalkan Yukimura yang sedang gelisah. Hasebe berencana untuk membahas topik yang berbeda, tapi pada akhirnya, dia memutuskan untuk tetap diam dan menyerahkan topik pembicaraan pada Yukimura.

Meskipun alasan utamanya ingin melakukan itu demi mengalihkan pikiran Yukimura, Hasebe sendiri juga ingin tahu fakta mengenai Ayanokouji yang mendapatkan nilai sempurna dalam mata pelajaran matematika.

“Apakah soalnya sangat sulit?”

Mendengar pertanyaan itu, Yukimura mengangguk tanpa ragu.

“Masalahnya bukan soalnya yang sulit atau tidak. Aku bahkan tidak mengerti soal-soal ujian itu.”

Apa yang dimaksud Yukimura bukan karena dia tidak bisa menjawab soal, melainkan dia tidak bisa memahami soal-soal tersebut.

“Setelah ujian selesai, aku mencoba menganalisis soal yang kuingat, dan aku menyadari bahwa soal-soal itu di luar jangkauan siswa SMA. Dengan kata lain, itu adalah soal yang seharusnya tidak bisa kita selesaikan.”

“Apa-apaan itu? Apakah sekolah memiliki masalah dengan kita? Pertanyaan ujian bahkan sudah berada diluar jangkauan kita.”

“Ini benar-benar tidak masuk akal. Itu sebabnya poin yang kau dapatkan dalam setiap mata pelajaran turun drastis. Tapi ada juga pertanyaan yang mudah, tidak seperti yang dikatakan Chabashira-sensei.”

Selain pertanyaan sulit yang tak terduga, ada juga beberapa pertanyaan tingkat rendah yang termasuk di dalam ujian.

“Jadi mereka menebusnya dengan menaikkan nilai rata-rata kita?”

“Lagipula, hasil ujian terkait langsung dengan pengusiran. Itu sangat membantu kelas.”

Itu merupakan sesuatu yang membahagiakan, tapi bagi Yukimura, itu hanyalah sesuatu yang sepele.

“Ayanokouji mendapatkan nilai sempurna, yang seharusnya tidak bisa didapatkan. Aku… seperti sedang menyaksikan trik sulap.”

Fakta bahwa Yukimura sengaja memanggil nama belakangnya, jelas menunjukkan kebencian Yukimura.

“Ja-Jadi dia berhasil menjawab pertanyaan seperti itu, Kiyotaka-kun sungguh menakjubkan!”

Sakura mengatakan ini dengan senyum cerah di wajahnya, dia mencoba untuk mengubah suasana yang suram ini.

Namun itu malah berefek sebaliknya, wajah Yukimura semakin menegang.

“Aku berusaha untuk memahami kemampuan akademik ‘kalian semua’ selama kelas satu, setidaknya aku sudah tahu sampai tingkat tertentu. Itu sebabnya aku sangat terkejut dengan ini, aku menilai tidak ada dari kalian yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

(Tl note : ‘ anggota grup Ayanokouji)

“Ceritakan lebih banyak.”

Mendengar percakapan grup Ayanokouji, Shinohara ikut bergabung.

Sebelum Yukimura menyadarinya, sudah banyak teman sekelasnya yang mendengarkan pembicaraannya.

“Kalian semua sudah memeriksanya di tablet, kan? Apa ada siswa di kelas kita yang mendapat nilai sempurna? Tidak, coba kalian lihat juga kelas-kelas lain, kalian akan mengerti nanti. Lilhatlah hasil keseluruhan kelas dua. Tidak ada satupun siswa yang mendapat nilai sempurna, bahkan Ichinose ataupun Sakayanagi.”

Fakta lebih kejam daripada kata-kata. Yukimura menunjukkan kenyataannya dan meletakkan tablet di atas meja.

Di sana, terlihat hasil ujian siswa selain Kelas 2-D.

“Aku bahkan tidak tahu ini. Kau bisa melihat hasil ujian siswa di kelas lain. Bagaimana caranya?”

Shinohara yang terkejut mengambil tablet yang diberikan padanya, dia mengusap layar tablet itu seolah-olah tidak percaya akan hal itu.

“Entahlah. Mungkin karena pengenalan OAA, atau mungkin karena alasan lain. Apapun alasannya, kita harus menunggu sampai pengumuman detail ujian berikutnya untuk mengetahui jawabannya.”

“Waaah, aku tidak suka ini! Bukankah ini berarti banyak yang akan mengetahui nilaiku? Ini sangat buruk!”

Karuizawa Kei, pemimpin para gadis di kelas berkata begitu dengan kesal

Kemudian dia melanjutkan―

“Mungkin Ayanokouji-kun hanya jenius di bidang matematika saja! Kalian tahu kan, terkadang dalam drama di TV, ada seorang protagonis yang menggunakan pengetahuan matematika atau semacamnya untuk menyelesaikan kasus pembunuhan? Kurasa dia sama seperti itu.”

Meskipun kata-kata itu sedikit melenceng dari topik saat ini dan bisa saja dianggap sebagai angin lalu, Yukimura menyangkalnya dengan wajah tercengang setelah mendengar kata-kata Karuizawa.

“Kalau begitu katakan padaku, mengapa dia tidak mendapatkan nilai sempurna pada ujian matematika sebelumnya? Jika dia bisa menjawab pertanyaan sesulit ini, tidak masuk akal baginya tidak mendapatkan nilai sempurna atau mendekatinya sebelum ini.”

Yukimura menekankan hal itu, seolah-olah merasa kalau siswa lain telah melupakan topik utama.

“Apa gunanya menanyakan itu padaku? Yah, mungkin dia belajar sangat keras selama liburan musim semi, atau semacamnya?”

Jawaban yang tidak tepat dari Karuizawa membuat Yukimura semakin kesal.

“Ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Bahkan jika dia telah mempelajari tingkat yang lebih tinggi dari perkiraanku, itu tidak menjelaskan dia bisa menyelesaikan soal di luar pengetahuan siswa SMA! Kalau kau tidak dapat memahami itu, lebih baik tutup mulutmu.”

Respons blak-blakan Yukimura terdengar agak mengganggu bagi Karuizawa, dan membuatnya hampir emosi.

“Aku tidak tahu apa-apa mengenai itu. Jadi bisakah kamu berhenti marah-marah begitu? Kamu membuatku kesal.”

“Ya, ya! Bukankah tidak masuk akal kalau kamu melampiaskan amarahmu pada Karuizawa-san?”

Maezono juga membalas perkataan Yukimura, dan membantu Karuizawa.

Karuizawa yang telah mendapatkan sekutu, segera berbalik dan mulai menggali perkataan Yukimura.

“Kamu bermulut besar, tapi tidak mungkin kamu tidak memahami pertanyaannya, kan? Mungkin kamu hanya tidak mampu menjawabnya, sedangkan pertanyaan itu sendiri sebenarnya tidak begitu sulit, benar kan?”

Jauh di lubuk hatinya, Karuizawa sadar bahwa kata-katanya ini cukup keterlaluan.

Tapi dia tidak mengubah sikapnya, dia merasa harus pura-pura bodoh di sini.

Namun, ketika suasana semakin memanas, keraguan para siswa pada Ayanokouji semakin dalam.

“Apa kau sudah lupa? Pertanyaan itu bahkan membuat Sakayanagi dan Ichinose tidak bisa mendapatkan nilai sempurna.”

“Bisa saja dia hanya kebetulan mengerti pertanyaan itu, kan?”

“Barusan sudah kukata―”

Yukimura telah melampaui batas amarahnya dan hampir kehabisan kata-kata.

Kemudian, setelah menenangkan dirinya, dia mulai menjelaskan.

“Aku… yah, pada dasarnya, pria itu… kemungkinan mahir dalam bidang matematika di tingkat, kurasa.”

“Jadi apa masalahnya? Seperti yang kukatakan, dia adalah seorang genius matematika, benar kan?”

“Bukan itu masalahnya. Kalau hanya itu, maka dia―”

“Ah, maaf mengganggu. Sejak tadi aku sudah kepikiran…”

Ketika percakapan mulai beralih ke arah yang tak terduga, Minami Setsuya juga ikut bergabung.

“Memang agak membingungkan bahwa Aynokouji mendapatkan nilai sempurna, dan kurasa tidak ada yang aneh dengan perkataan Yukimura. Hanya saja, bukankah ini terlalu tiba-tiba? Lagipula, dia sebelumnya tidak pernah mendapatkan nilai yang tinggi.”

Kali ini pernyataan itu seolah-olah memperkuat kata-kata Yukimura, namun di saat yang sama juga menimbulkan kecurigaan dari arah yang berbeda.

“Itulah sebabnya aku penasaran, apa Ayanokouji ini melakukan sesuatu?”

Gagasan yang muncul di benak Yukimura dan siswa lainnya adalah “Ayanokouji genius di bidang matematika”. Namun, muncul pendapat lain yang menyangkal pemikiran itu.

“Bagaimana kalau itu bukan hasil dari kemampuannya sendiri?”

“Bisa jadi begitu. Seperti melihat lembar soal sebelum ujian atau semacamnya. Kita pernah melakukannya ketika kelas satu, apa kalian ingat? Ulangan yang berisi pertanyaan sama persis seperti tahun-tahun sebelumnya!”

Setelah mengingat hal ini, Ike Kanji mengatakannya dengan keras.

Pada musim semi tahun lalu, mereka sekelas mendapatkan soal masa lalu dari siswa kelas tiga. Ulangan itu bisa dikatakan sangat sulit, tapi jika mengingat jawabannya, siapapun bisa mendapatkan nilai yang tinggi.

“Tapi kalau soalnya sama persis dengan soal masa lalu, bukankah tidak masuk akal kalau dia tidak memberitahu kita? Terlebih lagi, tidak ada seorangpun di kelas lain yang menyadari hal itu.”

Mendengar pernyataan Ike, Miyamoto dengan tenang menunjukkan bagian-bagian yang tidak bisa dia terima.

“Lalu… Bagaimana kalau dia menggunakan cara yang tidak boleh disebutkan? Mengetahui jawaban sebelum menjawab soal… seperti… berbuat curang.”

“Berbuat curang? Bagaimana caranya?”

Shinohara yang berdiri disampingnya, meminta penjelasan atas pernyataannya tersebut.

“Meretas komputer sekolah atau mencuri jawaban! Banyak kemungkinannya!”

“Itu sama bodohnya dengan perkataan Karuizawa…”

Yukimura jadi pusing, melihat kekacauan kelas yang sudah tidak terkendali.

Tapi entah kenapa, waktu terasa mengalir dengan cepat karena topik spekulatif ini.

Diskusi yang semakin memanas mulai fokus pada kemungkinan Ayanokouji tidak menyelesaikan soal dengan kemampuannya sendiri, melainkan dengan cara lain.

Mengingat dia tidak pernah mendapatkan nilai tinggi sebelumnya, bisa dikatakan arah diskusi ini cukup masuk akal.

Tapi Sudou Ken, yang telah diam mendengarkan sampai saat ini, membantah spekulasi tersebut.

Dia berdiri dari kursinya, dengan tubuh yang tingginya mencapai 186 cm, dia langsung menarik perhatian seluruh siswa di kelas.

“Kelihatannya kalian terlalu antusias, tapi kalian tidak punya bukti kalau Ayanokouji melakukan kecurangan, kan? Jangan langsung mengambil kesimpulan saat orangnya tidak ada di sini.”

Kata-kata itu cukup masuk akal, tapi mereka semua terkejut mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Sudou.

Terutama Ike, yang sudah lama berteman baik dengan Sudou, dia menunjukkan ketidakpuasannya.

“Apa maksudmu, Ken? Apa jangan-jangan kau memihak Ayanokouji?”

“Bukan begitu. Tapi, mustahil dia bisa melihat lembar soal dengan mudah, kan? Aku hanya berpikir kemungkinannya lebih tinggi bahwa dia mendapatkan nilai sempurna dengan kemampuannya sendiri.”

Bagian kedua dari apa yang dia katakan tidak begitu jelas, tapi dia tetap menyatakan pendapatnya.

“Jika bicara tentang kemampuan, nilai akademksnya di OAA bulan lalu lebih rendah dariku, kan? Jadi tidak mungkin kalau dia tidak berbuat curang.”

Miyamoto yang telah melihat OAA yang baru saja diperbarui, berkata begitu seolah-olah yakin bahwa Ayanokouji telah melakukan kecurangan.

“Itu berarti dia sudah berbeda dari tahun lalu. Siapa saja bisa berkembang menjadi lebih baik.”

“Bukankah yang dikatakan Sudou-kun itu benar? Bahkan, kemampuan akademik Sudou-kun telah melampaui Miyamoto-kun.”

Kritik tajam Karuizawa membuat Miyamoto malu sesaat.

Setahun yang lalu, tidak berlebihan jika menyebut Sudou sebagai yang terburuk. Tapi saat ini, setelah pembaruan OAA, kemampuan akademiknya meningkat dengan pesat hingga 54 poin. Memang benar itu hanya berselisih satu poin dengan Miyamoto yang mendapatkan nilai 53 poin, tapi itu masih lebih tinggi.

“Y-Yah, itu karena Sudou berusaha keras untuk belajar, aku mengakui perkembangannya, tapi kalau Ayanokouji… perkembangannya terlalu pesat, dan juga terlalu cepat!”

“Itu sebabnya, ada kemungkinan dia menahan diri seperti Kouenji!”

Sekarang, topik yang dikatakan Karuizawa sebelumnya mengenai genius matematika dimulai lagi.

Sepertinya inti percakapan sudah ditetapkan, dan menuju ke arah yang buruk.

“Kalau begitu, bukankah itu lebih buruk? Itu berarti dia tidak berkontribusi pada kelas, kan?”

Dia bisa saja menaikkan poin kelas, tapi dia sengaja tidak melakukannya.

Jika dia benar-benar menyembunyikan kemampuannya, maka tidak ada yang salah dengan perkataan Ike barusan.

Sudou dan siswa lain, yang selalu berhubungan baik dengan teman mereka, akan segera terjerumus ke dalam perselisihan internal.

Menyadari bahwa ini tidak bisa dibiarkan berlangsung terlalu lama, salah satu siswa bertindak sebagai penengah.

“Semuanya, tolong tenang sedikit. Kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan emosi, bukan?”

Ketika suasana kelas semakin memburuk, Hirata Yousuke melangkah masuk dan meminta jeda. Biasanya, Hirata memimpin diskusi untuk menyatukan kelas, dia tetap diam sebelumnya hingga akhirnya dia mulai bicara. Dia memutuskan untuk menunggu sampai yakin dengan pertimbangan dan pemikiran siswa di kelas, sebelum bertindak untuk memberi solusi.

Pertama, Hirata berbicara pada Sudou dengan ramah.

“Sudou-kun, bukankah sudah hampir waktunya untuk melakukan aktifitas klub?”

“Eh? Ahhhh, aku baru ingat setelah kau mengatakannya…”

Perkataan Hirata yang tiba-tiba itu membawa Sudou kembali ke dalam kenyataan.

“Aku tahu kau kepikiran dengan topik ini, tapi sekarang masih banyak hal yang belum pasti. Kurasa tidak baik untuk membiarkan aktifitas klubmu terlantar hanya karena spekulasi belaka. Kau tahu kan, kalau sekarang alasan “terlambat sekali saja” tidak akan berhasil?”

Saat ini, tujuan utama Hirata adalah mengurangi jumlah siswa dalam kelas.

Dia menenangkan Sudou dan siswa lain, yang semakin memanas hingga lupa dengan aktifitas klub mereka. Pengenalan OAA menyebabkan bertambahnya jumlah siswa yang khawatir dengan nilai mereka, termasuk Sudou.

Sudou mengambil tasnya dengan tenang, setelah melirik sekilas Horikita Suzune yang tidak mengatakan apapun terhadap keributan ini, dia meninggalkan ruang kelas. Diikuti oleh siswa lain yang juga memiliki aktifitas klub.

“Aku juga harus pergi. Maaf, aku akan menyerahkan Keisei pada kalian.”

“Ya. Sampai jumpa, Miyacchi.”

Miyake, salah satu anggota grup Ayanokouji, mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan kelas yang sedang dalam suasana bergejolak. Sakura dan Hasebe mengantar kepergiannya.

Meskipun ada beberapa siswa yang pergi, lebih dari setengahnya masih menetap di ruang kelas.

Bagian 1

Kami Kelas 2-D baru saja menyelesaikan ujian khusus pertama kami sebagai siswa kelas dua.

Tangan kiriku terluka setelah konflik dengan Housen, tapi aku berhasil menghilangkan resiko pengusiran. Mungkin butuh waktu lama agar luka ini sembuh, tapi mau bagaimana lagi, ini adalah harga yang harus kubayar.

Tsukishiro mengamatiku ketika aku meninggalkan ruangan, begitu pintu tertutup, aku menghela nafas ringan.

Sekarang, kehidupanku kembali seperti biasa…

Namun, situasi saat ini tidak akan membiarkan itu terjadi.

Pendapat orang-orang terhadapku kini telah berubah.

Bagi kebanyakan siswa, dipanggil oleh Wali Kelas dan menghadap Direktur bukanlah hal yang biasa. Setelah memikirkan itu, nampaknya aku harus menerima kenyataan ini.

Palingan aku hanya akan mengatakan : Aku melarikan diri ke sekolah ini, tapi sekarang ada pengekang yang mengikutiku. Dan satu-satunya cara untuk bebas darinya adalah dengan mengeluarkannya atau aku dikeluarkan.

“Sepertinya pembicaraan kalian sudah selesai?”

“Begitulah.”

Tampaknya Chabashira menungguku di tempat yang agak jauh dari ruangan tadi, dia mendekatiku dengan santai.

Aku sedikit kecewa ketika melihat sosok Chabashira, tapi aku tidak menunjukkannya di wajahku.

Sejauh ini, Tsukishiro belum mengetahui bahwa aku bekerja sama dengan Chabashira Wali Kelas 2-D, dan Mashima-sensei Wali Kelas 2-A.

Chabashira menungguku di sini ketika aku berbicara dengan Tsukishiro. Dilihat dari manapun, itu bukanlah hal yang wajar.

Tidak masalah jika Chabashira menganggap itu adalah tugasnya sebagai Wali Kelas. Tapi orang yang kuhadapi saat ini adalah Tsukishiro, aku tidak bisa mengabaikan bahwa ini mungkin saja salah satu jebakannya. Karena itulah, kuharap dia segera pergi dari sini dan tidak mengikutiku.

Kalau itu guru dan siswa yang normal, seorang guru tidak akan menunggu muridnya.

Jika Chabashira berpikir dengan tenang, mungkin dia akan sampai pada kesimpulan itu.

Dia pasti begini karena aku sudah terang-terangan menunjukkan kemampuanku dan mendapatkan nilai sempurna dalam ujian. Bukannya aku tidak memahami perasaannya itu, tapi dia terlalu ceroboh.

Meskipun dia berada di pihakku, pendapatku dan pendapatnya tentang pria itu sangat berbeda.

Bagi Chabashira, yang paling penting adalah dia dapat terhubung dengan ayah dari salah satu muridnya.

Tapi itu tidaklah masalah, karena dia tidak tahu apa-apa mengenai White Room.

Jadi wajar jika tingkat kewaspadaan kami terhadap pria itu berbeda.

Dan begitulah, aku tidak akan mengatakan apapun padanya tentang hal itu…

Satu-satunya hal yang bisa kulakukan sekarang adalah meninggalkan tempat ini secepat mungkin. Aku terus berjalan ke depan tanpa memperlambat langkah kakiku.

“Sekarang kau sudah terkenal.”

Aku penasaran dengan apa yang ingin dia katakan, tapi ternyata dia hanya mengatakan itu.

“Aku tidak senang sedikit pun mendengarnya, tapi aku memang perlu bertindak begitu. Aku hanya dapat berasumsi bahwa ini masih dalam batas wajar.”

“Walaupun kau mengabaikan siswa dari kelas lain, bagaimana kau akan menjelaskannya kepada teman-teman sekelasmu? Selama ini kau berusaha untuk tidak menonjol dan terlihat biasa-biasa saja, tapi kau tiba-tiba mendapatkan nilai sempurna dalam ujian matematika dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Tentu saja kau akan menarik perhatian mereka sekarang. Apa kau sudah mempersiapkan diri untuk itu?”

Aku mengabaikan kata-katanya dan fokus pada apa yang akan kulakukan nanti.

Bagaimanapun aku harus kembali ke kelas, karena aku meninggalkan tasku di sana.

“Tidak ada gunanya lagi berpura-pura di depan mereka. Aku akan memulainya dari tahap ini.”

Jika sebelumnya aku memberitahu teman-teman sekelas bahwa aku akan mendapat nilai sempurna dalam ujian khusus di bidang matematika, mereka pasti akan bingung dan keheranan.

“Ini akan jadi situasi yang sulit bagimu. Persiapkan dirimu untuk dihujani pertanyaan.”

“Aku tahu itu.”

Jika kau sudah mengerti situasinya, bisakah kau meninggalkanku sekarang?

“Cukup sampai di sini. Jika sekarang aku terlihat berjalan dengan seorang guru, itu akan menarik perhatian banyak orang.”

Baiklah, baiklah, gumam Chabashira, lalu dia pergi menuju ruangan guru.

Dia berusaha untuk menyembunyikan rasa senangnya, tapi aku bisa menebaknya dengan mudah.

Mungkin dia kesulitan menekan perasaannya, karena penyesalannya saat masih menjadi siswa. Jika dibandingkan dengan guru wali kelas lain, dia terlihat seperti menjaga jarak dari murid-muridnya, tapi menurutku, dialah yang paling dekat dengan murid-muridnya.

Poker facenya mungkin bekerja untuk sebagian besar siswa… tapi dihadapanku, itu adalah sesuatu yang menggelikan. Mudah untuk dimanipulasi memang menguntungkan, tapi sekarang itu hanya akan menghalangi.

Tidak ada gunanya membuang tenaga memikirkan Chabashira, lebih baik aku menenangkan diri sejenak dan fokus berpikir untuk menghadapai teman-teman sekelasku nanti.

Setelah beberapa saat, aku menelepon Horikita, tapi dia tidak mengangkatnya meski panggilan ini terhubung.

Aku mengirimnya pesan singkat, tapi dia tidak membacanya.

“Tidak ada harapan, ya.”

Saat ini, Horikita adalah orang yang paling bisa kuandalkan untuk menyelesaikan masalah ini, karena tahun lalu, aku bertaruh dengannya untuk berduel dalam ujian, dan juga ada hal-hal yang berkaitan dengan OSIS.

Jika dia menjelaskan situasinya, itu akan meringankan sedikit bebanku. Kalau bisa, aku ingin memiliki persiapan terlebih dahulu, tapi sepertinya aku harus menghadapinya tanpa persiapan.

Ruang kelas sudah mulai terlihat.

Aku penasaran bagaimana keadaan kelas setelah melihat nilai matematika ku yang sempurna dalam ujian.

Akan lebih bagus jika semua siswa sudah kembali ke asrama.

Setelah aku memasuki ruang kelas, aku menyadari pemandangan di depanku jauh berbeda dari yang kuharapkan.

Kira-kira sudah 30 menit berlalu sejak aku dipanggil oleh Tsukishiro.

Biasanya, sebagian besar siswa sudah meninggalkan sekolah.

Namun, masih banyak siswa yang menetap di kelas, mereka semua adalah siswa yang tidak memiliki aktifitas klub.

Tanpa perlu dikatakan, aku sudah tahu tujuan mereka. Itu pasti aku.

Di lihat dari suasana kelas dan cara mereka menatapku, tujuan mereka tampak jelas bagaikan langit biru di siang hari.

Horikita yang tidak menjawab panggilanku sebelumnya, juga masih ada di sini.

Sepertinya Horikita menilai situasi lebih baik dari yang kuperkirakan.

Aku tidak sempat mengucapkan terima kasih padanya, karena begitu memasuki ruang kelas, aku di kelilingi oleh segerombolan siswa.

Orang yang memimpin gerombolan itu adalah anggota grup Ayanokouji, yaitu Keisei.

Berbeda dengan Chabashira yang sangat gembira, Keisei tampak sangat kesal.

“Maaf aku tidak bisa berbicara denganmu tadi ketika kau memanggilku.”

Sepulang sekolah.. Keisei ingin berbicara denganku, tapi Horikita mendahuluinya, karena itu aku meminta maaf terlebih dahulu.

“Tidak apa-apa. Sekarang kau ada waktu untuk bicara, kan? Aku ingin menanyakan beberapa hal padamu.”

Anggota grup Ayanokouji yang lain juga berdiri di sebelahnya, yaitu Haruka dan Airi.

Hanya Akito yang tidak ada di sini, mungkin dia sedang melakukan aktifitas klub.

Dan sebagian besar siswa yang lain, juga berkumpul di dekatku dan menyaksikan pembicaraan ini.

“Kau… Bagaimana bisa kau mendapat nilai 100 poin di bidang matematika? Aku sudah memeriksa nilai semua siswa kelas dua di OAA, tidak ada satupun yang mendapatkan nilai sempurna, bahkan Ichinose dan juga Sakayanagi. Hanya kau satu-satunya yang mendapatkan nilai sempurna.”

Biasanya, jika ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna dalam ujian, situasinya tidak akan seheboh ini.

Tapi, ujian kali ini sangat jauh berbeda.

Jika mempertimbangkannya secara khusus, semakin tinggi kemampuan akademik seorang siswa, mereka akan semakin menyadari betapa anehnya orang yang mendapatkan nilai sempurna dalam ujian khusus sebelumnya.

Bahkan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah juga dapat menyadari kelainan itu, setelah diberitahu oleh para siswa di sekitar mereka.

“Mengenai itu―”

Mataku mengarah pada Horikita yang duduk di kursi barisan depan, tentu saja itu untuk meminta bantuan.

“Aku yang akan menjelaskannya.”

Biasanya pada saat ini, Horikita sudah kembali ke asrama, dia pasti telah memperkirakan situasi ini dan memutuskan untuk menetap di kelas dengan siswa yang tersisa. Itu adalah penilaian yang tepat. Karena dia telah memperhatikanku selama ini, aku tidak perlu mengkonfirmasi padanya untuk menetap di kelas dan membantuku menyelesaikan masalah ini.

Untuk menarik perhatian para siswa, dia berjalan mendekatiku dan berdiri di sebelahku.

“Aku… bertanya pada Kiyotaka.”

Rasa kesal Keisei pada Horikita tampak jelas di wajahnya, dia seperti menganggap Horikita sebagai orang luar yang tidak perlu ikut campur.

“Ya, aku tahu. Tapi Yukimura-kun, aku punya jawaban yang ingin kamu ketahui.”

“… Apa maksudmu?”

Horikita sengaja membuatnya bingung, dia berhasil menarik perhatian Keisei dan siswa lain dengan satu kalimat.

“Aku dan Yukimura-kun―tidak, seluruh siswa kelas dua tidak bisa mendapatkan nilai sempurna, tapi kenapa Ayanokouji-kun bisa mendapatkannya? Kalian semua pasti tidak pernah membayangkan ini, kan?”

Horikita mengarahkan pertanyaan itu khusus pada Keisei, tapi semua siswa yang ada di sini pasti juga berpikir begitu.

“Kau benar… Sejujurnya, saat ini kepalaku sangat pusing. Aku sudah mengatakan ini sebelumnya, soal-soal di bagian terakhir tidak mungkin bisa diselesaikan. Tapi Kiyotaka berhasil menyelesaikan semuanya, aku tidak tahu sama sekali alasannya.”

Saat ujian berakhir, aku ingat betapa hebohnya siswa di kelas mengenai soal ujian. Dimulai dari Keisei dan Yousuke, siswa berprestasi mendiskusikan beberapa soal yang sangat sulit. Topik itu bahkan sampai ke dalam grup Ayanokouji, dan aku ingat.. aku hanya memberi jawaban samar-samar, karena aku ingin menghindari pertanyaan mereka.

“Kiyotaka seharusnya sudah tahu tidak ada seorangpun siswa di kelas ini yang bisa menyelesaikan soal-soal itu. Kami bahkan tidak pernah mendengar bagaimana cara dia menyelesaikannya. Bukankah itu sangat aneh? Seolah-olah ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan… atau kemungkinan, dia melakukan sesuatu yang buruk dan sudah mengetahui semua jawaban sebelum ujian dimulai.”

“Berbuat curang… Tidak heran jika kamu berpikir begitu.”

Horikita memperhalus kata-kata Keisei yang blak-blakan.

Keisei memalingkan wajahnya karena malu, tapi Horikita terus melanjutkan topik itu.

“Dalam situasi sekarang ini, wajar jika kalian semua mencurigainya. Jika aku tidak tahu apa-apa seperti kalian, aku pasti akan berpikiran sama, dan percaya bahwa Ayanokouji-kun diam-diam melakukan kecurangan. Namun, kebenarannya bukan seperti itu.”

Horikita menghela nafas, lalu dia menatap para siswa yang melihatnya.

“Aku berencana menjelaskan hal yang sama pada siswa yang tidak ada di sini sekarang. Untuk mengetahui alasan nilai sempurna Aynokouji-kun, aku akan menceritakan kembali kejadian di musim semi tahun lalu.”

Musim semi tahun lalu. Dengan kata lain, awal masuk sekolah.

“Kami berdua memang duduk berjauhan sekarang, tapi kalian masih ingat kalau sebelumnya kami duduk bersebelahan, kan? Waktu itu, saat aku berbicara dengan Ayanokouji-kun, kebetulan aku mengetahui bahwa kemampuan akademiknya sangat tinggi… Bahkan lebih baik dariku.”

“Lebih baik darimu? Tunggu dulu. Seingatku Kiyotaka selalu mendapatkan nilai rata-rata sejak awal sekolah. Maaf, tapi kurasa ceritamu itu tidak patut untuk dipertimbangkan. Selain itu, bukankah nilai rata-rata keseluruhannya di OAA adalah C?”

Meskipun Horikita mendapat pertanyaan yang tajam dari Keisei, dia tidak merasa terganggu sedikitpun.

“Tentu saja, itu karena strategiku sudah berjalan sebelum ujian pertama selesai.”

Setelah mengatakan itu, Horikita menjauh dariku dan berdiri di podium. Dia bermaksud untuk menarik perhatian para siswa. Dia pasti melakukan ini demi mengalihkan perhatian siswa dariku.

Aku memang sudah menduga dia akan membantu, tapi tak kusangka dia akan melakukannya sejauh ini.

“Sejak awal, dia bisa mendapatkan nilai sempurna karena dia memiliki pengetahuan yang tinggi di bidang matematika. Karena aku sudah mengetahuinya sebelum yang lain, aku mempersiapkan strategi sederhana.”

“… Strategi sederhana?”

Bagi orang seperti Keisei, dia tidak akan menanyakan satu atau dua pertanyaan saja.

Dia pasti penasaran bagaimana aku mendapatkan pengetahuan itu.

Tapi untuk sekarang, Horikita melanjutkan ceritanya dan menghindari itu.

Dia tidak membahas tentang kemampuanku, melainkan tentang alasanku menyembunyikannya.

Horikita sengaja menyebut ‘itu’ dan menjadikannya sebagai titik fokus untuk lanjut pada topik selanjutnya.

“Pada bulan April tahun lalu, kita Kelas D sangat senang menerima banyak uang. Sebenarnya aku malu mengatakan bahwa aku juga salah satunya. Tapi aku merasa ada hal tak terduga yang akan terjadi setelah itu. Dan saat itu juga, aku meminta Ayanokouji-kun yang duduk di sebelahku, untuk menahan diri dalam ujian. Kalian bisa menyebut ini sebagai rencana cadangan atau kartu andalan. Tentu saja aku memintanya melakukan itu sampai di tingkat yang tidak merugikan kelas. Itulah

sebabnya kemampuan akademik Ayanokouji-kun diberi penilaian C oleh pihak sekolah.”

Horikita menyatakan bahwa kemampuan akademikku yang telah kusembunyikan sampai sekarang adalah bagian dari rencananya. Tentu saja, jika mereka mengingat baik-baik situasi setahun yang lalu, mereka pasti akan merasakan beberapa keanehan. Fakta mengenai Horikita yang saat itu tidak mau bergaul dengan siapapun, kapan tepatnya Horikita mengetahui kemampuan akademikku, dan lain-lain. Ada banyak celahnya.

Namun, bagi kebanyakan orang, kenangan itu hanyalah masa lalu yang sudah terlewati. Kenangan itu tidak meninggalkan kesan yang mendalam, atau bahkan sudah terlupakan. Tapi berbeda dengan ‘peristiwa intens’, itu akan terukir di dalam ingatan.

(Tl note : ‘ contohnya perkelahian Sudou melawan Ishizaki dan teman-temannya yang menjadi gempar di sekolah. Sudou langsung terkenal di angkatannya:v)

Hanya sedikit orang yang mengingat kenangan di masa lalu seolah-olah itu baru terjadi kemarin.

Kebanyakan orang pasti akan melupakannya. Mereka hanya akan berkata, “Oh, begitu ya”, lalu otak mereka secara otomatis mengisi celah di ingatan mereka.

Tentu saja, itu tidak berlaku untuk orang seperti Keisei yang memiliki kecurigaan kuat.

Dia tidak menerima perkataan Horikita, dan mulai mencari bagian-bagian yang sulit dijelaskan.

“… Kata-katamu tidak begitu meyakinkan. Kalau dari awal kau memang sudah curiga dengan aturan sekolah, kau seharusnya membiarkan dia mencetak nilai yang tinggi agar menguntungkan kelas. Dia pasti akan menerima penilaian A atau A+ dalam kemampuan akademik, sebab dia bisa mendapatkan nilai sempurna dalam ujian khusus ini. Kau bisa mengatakan itu hanya nilai satu orang, tapi meskipun hanya satu orang, itu akan meningkatkan jumlah poin kelas kita.”

Keisei menyatakan bahwa dia tidak mengerti sama sekali manfaat dari rencana cadangan ini.

“Itu memang benar, jika kita hanya fokus pada poin kelas saja. Tapi jika Ayanokouji-kun menunjukkan kemampuannya sejak awal―menurutmu apa yang akan terjadi padanya sekarang? Tidak, lebih tepatnya lagi, menurutmu apa yang akan terjadi padanya di masa depan?”

Horikita berimprovisasi dan langsung menghadapi keraguan Keisei.

Dia dengan lancar memberi jawaban seakan telah dipersiapkan sebelumnya.

“Apa yang akan terjadi padanya… di masa depan…?”

Ketika Keisei mengulangi pertanyaannya, Horikita mulai menjelaskan rinciannya.

“Seandainya kita bertindak sesuai perkataan Yukimura-kun, dimana Ayanokouji-kun benar-benar serius sejak April tahun lalu, maka Sakayanagi-san, Ichinose-san dan Ryuuen-kun akan memperhatikan keberadaannya. Jika mereka mengabaikan siswa terbaik dalam bidang matematika di angkatan mereka, cepat atau lambat siswa itu akan menjadi penghalang bagi mereka. Tidak mengejutkan jika seseorang mencoba untuk mengeluarkannya dari sekolah.”

“Jadi maksudmu para siswa dari kelas lain akan mengincarnya?”

“Benar. Apapun bisa terjadi di sekolah ini. Bahkan ada ujian yang mengusir siswa secara paksa melalui pemungutan suara. Dan pada saat itu, Ayanokouji-kun hampir dikeluarkan dari sekolah karena strategi Sakayanagi-san. Meskipun nilainya saat itu masih rata-rata dan ditargetkan secara acak, ada kemungkinan dia benar-benar ditargetkan.”

Maksud perkataan Horikita adalah, saat itu aku bisa saja dikeluarkan menggantikan Yamauchi.

“Tidak, itu salah. Jika Kiyotaka serius sejak awal, dia bisa bertahan. Meskipun Yamauchi menjalankan rencana itu dan menempatkan Kiyotaka di ujung tanduk, hasilnya akan jelas seperti siang hari.”

“Aku tidak yakin dengan itu. Untuk menghindari drop out, Yamauchi-kun akan bergerak lebih hati-hati, dan Sakayanagi-san akan membuat rencana yang lebih kompleks sehingga sulit untuk diketahui. Selain itu, Yamauchi-kun memiliki lebih banyak orang yang dekat dengannya dibanding Ayanokouji-kun. Karena hal-hal yang diletakan pada keduanya memiliki skala yang berbeda, pendapat akan mengikuti perubahan itu.”

Kalau terus begini, mereka akan berakhir memperdebatkan argumen masing-masing.

Dan jika itu terjadi, Keisei tidak akan dapat menyelidiki hal ini secara mendalam.

Bahkan jika dia membahas ujian lain, hasilnya akan tetap sama.

“… Kalau begitu, kenapa baru sekarang kau mengungkapkannya? Hasilnya tetap sama kapanpun waktunya. Dan sekarang dia telah menarik perhatian karena kau tiba-tiba mengungkapkan kemampuannya secara tiba-tiba, sebentar lagi dia akan diincar oleh banyak orang.”

Menurut Keisei, tidak ada bedanya resiko yang kuterima jika aku menunjukkan kemampuan sejak awal atau pun sekarang.

Tapi Horikita tidak terlihat panik sedikitpun, dia sepertinya mengharapkan Keisei berkata begitu.

“Itu tidak benar, ada perbedaan besar dalam mengungkapkan kemampuannya sekarang dan setahun yang lalu. Pada tahun lalu, kita berusaha mengembangkan rasa persatuan dalam Kelas D serta kemampuan kita masing-masing. Dan kita yang sekarang, sudah bisa membuat keputusan dengan tepat.”

Jika dia mengingat kembali dirinya setahun yang lalu, aku yakin Keisei akan berpikiran sama.

“Bukan hanya Ayanokouji-kun saja. Mari kita lihat… orangnya tidak ada di sini, tapi kalian mungkin akan lebih mudah mengerti jika menjadikan Sudou-kun sebagai contoh. Setahun yang lalu, tidak diragukan lagi dia adalah beban untuk kelas kita. Tapi bagaimana dengan sekarang? Meskipun dia masih sedikit liar, dia telah meningkat dengan drastis. Dalam kemampuan akademik, dia menunjukkan pertumbuhan yang menakjubkan. Dan jika digabungkan dengan kemampuan fisiknya yang dari awal sudah unggul, nilai keseluruhannnya di OAA bahkan lebih tinggi darimu, Yukimura-kun.”

Pada bulan April Keisei masih berada di atasnya, tapi setelah ujian ini, Sudou membalikkan posisi di antara mereka berdua.

Horikita menekan Keisei dengan fakta mengenai evaluasi OAA yang tidak bisa dibantah.

“Ketika baru masuk sekolah, apa ada salah satu dari kita yang mau melindungi Sudou-kun?”

Bagi para siswa yang pernah membahas untuk mengabaikan Sudou dan tidak memikirkan cara untuk menyelamatkannya, apakah mereka benar-benar akan serius melindungi teman sekelas? Itulah yang dimaksud Horikita. Namun, jika Sudou dalam kesulitan sekarang, Keisei dan teman sekelas lainnya pasti akan memikirkan cara untuk melindunginya.

“Tapi sekarang, kalau ada yang mengincar Ayanokouji-kun, kita bisa bekerja sama untuk melindunginya. Begitulah menurut penilaianku. Dan itu juga alasanku meminta Ayanokouji-kun menunjukkan kemampuannya sekarang. Kita akan mulai meningkatkan kekuatan keseluruhan Kelas 2-D.”

Beberapa siswa sudah mulai menerima perkataan Horikita.

Namun, lebih dari setengah siswa yang ada di sini masih merasa ragu.

Lagipula, Horikita tidak memiliki materi yang cukup untuk meyakinkan mereka semua.

Hal itu tidak bisa dihindari, karena seluruh cerita itu diisi dengan kebohongan.

Tentu saja ‘kami’ tidak mau mundur setelah sampai sejauh ini.

(Tl note : ‘ merujuk pada Kiyo dan Suzune.. sekedar mengingatkan, mana tau ada yang salah paham)

Namun, situasinya akan berbeda jika kami memiliki seorang pendukung yang kuat.

Setelah mengkonfirmasi perhatian mereka semua mengarah pada Horikita, aku menatap Yousuke.

Siswa laki-laki yang sangat dipercaya oleh teman-teman sekelasku.

Meskipun Yousuke memperhatikan Horikita, sesekali dia melihat ke sekeliling sambil mengamatiku. Kemudian, setelah memastikan tidak ada yang memperhatikan, dia melihat ke arahku.

Ada banyak hal yang tidak kukatakan pada Yousuke. Jika itu siswa lain, mereka akan merasa curiga atau meragukanku seperti Keisei sekarang ini, malahan mereka juga akan mendesakku dengan mengajukan banyak pertanyaan, tapi aku tidak perlu khawatir jika itu Yousuke.

Dia akan memprioritaskan yang terbaik untuk teman-teman sekelas.

Dalam situasi sekarang, bahkan tanpa perlu kuberitahu, dia bisa memahami dengan jelas perannya.

“Aku sudah mengerti sedikit rencana cadanganmu ini, Horikita. Berdasarkan itu, aku punya pertanyaan lain. Apa Ayanokouji hanya pandai di bidang matematika saja?”

“Aku tidak bisa mengatakannya pada tahap ini.”

Horikita menanggapi pertanyaan Keisei dengan tenang.

“Siswa bernama Ayanokouji Kiyotaka, apa dia sudah menunjukkan semua kemampuannya? Atau dia masih menahan diri? Tidak peduli seperti apa [Kebenarannya], kita akan menyembunyikannya untuk memastikan Ayanokouji-kun tetap menjadi duri bagi kelas-kelas lain.”

“Itu-”

“Jadi begitu. Aku sudah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Horikita-san”

Tepat ketika Keisei ingin mendesak Horikita, Yousuke yang telah mengamati situasi dari tadi, ikut bergabung dalam pembicaraan.

Kemudian, Yousuke berjalan mendekat kemari dan berdiri di sebelah Horikita.

“Awalnya aku sama sekali tidak mengerti, tapi setelah mendengarkan cerita Horikita-san, akhirnya aku paham. Memang benar, musuh yang tidak diketahui kemampuannya, akan menjadi ancaman terbesar. Dengan begitu, kelas lain akan mencari tahu dan mengumpulkan informasi. Tapi jika teman sekelasnya sendiri tidak mengetahui kebenarannya, maka tidak ada gunanya mereka mencari informasi.”

Yousuke membantu kami dengan mengisi celah dalam argumen Horikita dan menyampaikannya dengan jelas kepada semua orang yang ada di sini.

Setelah yakin Yousuke berada di pihaknya, Horikita menambahkan.

“Ya, itu benar. Ayanokouji-kun pasti akan menarik perhatian di masa yang akan datang, jadi.. mari kita manfaatkan hal itu sepenuhnya. Lebih baik kita membiarkan lawan melihatnya sebagai faktor yang tidak diketahui. Bahkan saat ini mungkin ada siswa di luar yang sedang mendengarkan pembicaraan kita. Ini adalah sekolah semacam itu.”

Semua orang melihat ke arah koridor.

Apakah siswa bernama Ayanokouji Kiyotaka hanya unggul di bidang matematika?

Atau dia unggul di semua mata pelajaran?

Kami akan menyesatkan kelas lain dan membuat mereka penasaran seberapa besar ancaman yang harus dipertimbangkan.

Cerita Horikita jadi semakin meyakinkan, setelah ditambah dengan kata-kata Yousuke.

“Horikita-san benar-benar baik, ya? Aku sedikit terharu.”

Saat itu, Kei mengatakan sesuatu yang sederhana.

“Bukankah begitu, Shinohara-san?”

Kemudian dia meminta persetujuan dari temannya, Shinohara.

Sepertinya dia mencoba mengalihkan perhatian siswa lain dari hal tentang kemampuanku, sekaligus memuji Horikita. Meskipun aku tidak memberi instruksi atau sinyal seperti yang kulakukan pada Yousuke, Kei langsung mengerti bagaimana dia harus bertindak.

“Itu benar! Dari dulu aku penasaran melihat Ayanokouji-kun dan Horikita-san bicara diam-diam, ternyata itu demi kelas!”

Ketika awal masuk sekolah, Horikita tidak berbicara dengan siapapun selain aku.

Hal itu ternyata menjadi bermanfaat.

Dan sekarang, itu membuat kami mendapat kepercayaan teman sekelas.

Tindakan brilian Yousuke dan Kei secara diam-diam, menimbulkan efek yang luar biasa bagi kami. Pemikiran sekelompok siswa, “Jika Hirata berpikir begitu, berarti memang begitu” juga bekerja dengan efektif.

“Strategi menyembunyikan kekuatan… Benar, kelas lain sekarang pasti sangat terkejut.”

Bahkan tak terkecuali untuk Keisei yang sebelumnya sangat mencurigai kami.

“Meskipun aku tidak memahami dengan baik situasi sekolah ini, ada baiknya kita memiliki rencana cadangan. Aku tidak tahu apa ini keberuntungan atau tidak, tapi Ayanokouji-kun kurang pandai berkomunikasi, dan dia tidak suka menonjol. Karena hal itu juga, aku memintanya menyembunyikan kemampuan.”

Mungkin Horikita menyatakan strategi itu karena rencana kami berdua kebetulan sejalan.

Kemudian dia berpaling dari Keisei dan berbicara pada semua siswa di kelas.

“Itulah rahasia Ayanokouji-kun bisa mendapatkan nilai sempurna dalam ujian khusus di bidang matematika. Maaf sudah membuat kalian semua terkejut.”

Horikita hanya memiliki satu kesempatan, tapi dia berhasil selamat dan meraih kemenangan. Tapi kalau membiarkan mereka terlalu lama di sini, mungkin akan muncul lagi pertanyaan lain.

“Kupikir lebih baik kita membiarkannya sekarang. Seperti kata Horikita-san, dinding memiliki telinga.”

(Tl note : kata istilah.. menguping pembicaraan orang lain)

Yousuke menyelesaikan topik ini dengan baik, serta menjelaskan alasan negatif membicarakan ini terlalu lama. Jika siswa yang pintar, mereka akan memiliki banyak keraguan, tapi di saat yang sama, mereka akan menyadari bahwa pembicaraan ini tidak seharusnya dilakukan di sini. Buktinya adalah Keisei yang sebelumnya tak berhenti mengajukan pertanyaan, sekarang dia telah diam.

Di satu sisi, bisa dikatakan pertemuan ini menghilangkan keraguan mereka sampai batas tertentu.

Aku berterima kasih atas tindakan Horikita yang melampui harapanku. Dengan begini, akan lebih mudah bagiku untuk bertindak di masa depan.

Bahkan jika aku menunjukkan kemampuanku di luar matematika, itu bisa dipertimbangkan dengan fakta aku menyembunyikan kemampuan. Persiapan yang dilakukan oleh Horikita ini sangatlah penting.

Aku benar-benar berterima kasih padanya telah menyelesaikan masalah ini, bahkan tanpa melakukan persiapan denganku sebelumnnya.

Bagian 2

Setelah pembicaraan berakhir.

Para siswa meninggalkan ruang kelas, kami akan segera menyambut golden week.

Aku akan berterima kasih pada Horikita dan Yousuke di lain waktu. Mereka segera meninggalkan ruang kelas, sepertinya mereka memahami niatku. Horikita adalah orang pertama yang pergi, sementara Yousuke pergi bersama para gadis, dengan Kei sebagai pusat mereka. Sedangkan aku berbaur dalam kerumunan di koridor, setelah mengambil tasku.

Hari ini, dimana aku dinilai tinggi oleh teman sekelasku telah selesai… tapi situasinya sekarang tidak sesederhana itu.

Meskipun pernyataan itu cukup untuk membuat mereka memahami masalah utamanya, masalah pribadi agak sedikit berbeda.

Beberapa orang bergegas mengejarku. Aku tahu siapa orangnya tanpa perlu menoleh ke belakang, mereka adalah anggota grup Ayanokouji. Di antara mereka, langkah kaki orang yang paling depan terdengar intens. Aku tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui seberapa besar rasa frustasi Keisei.

Aku pura-pura tidak menyadari mereka dan terus berjalan. Setelah beberapa saat, dia memanggil namaku.

“Kiyotaka!”

Aku memperlambat jalanku dan menoleh ke belakang.

Saat aku melihat mereka, mereka bertiga menunjukkan wajah yang kaku.

“Kamu pulang tanpa menyapa kami terlebih dulu, bukankah itu agak kejam?”

Haruka berkata begitu padaku. Dia adalah anggota yang paling blak-blakan dalam grup Ayanokouji.

Dia mengungkapkan apa yang ingin dikatakan oleh Keisei yang frustasi, dan Airi yang khawatir.

Keisei yang sebelumnya hampir melampiaskan amarahnya, sekarang dia sudah sedikit tenang, tampaknya cerita Horikita tadi berefek padanya.

Setelah menarik nafas, dia mengulangi pertanyaan yang sama dengan tadi.

“Mengapa kau tidak memberitahu kami sebelumnya…? Kalau kau memang menyembunyikan informasi seperti kata Horikita, apakah itu berarti kau tidak percaya pada kami?”

Meskipun dia mengakui pernyataan Horikita, dia terlihat masih kurang puas.

Mungkin ini juga berkaitan dengan belajar kelompok kami.

Keisei selalu serius mengajariku dengan ramah, aku seolah-olah menghancurkan perasaannya.

Haruka dan Airi juga sependapat dengannya, karena mereka juga mengetahui dengan jelas inti permasalahannya.

Cara termudah untuk menyelesaikan situasi ini adalah… menyalahkan Horikita.

Tapi aku tidak ingin berbuat seperti itu padanya, karena dia baru saja membantuku dari situasi krisis.

Tidak, ini adalah perasaan yang tidak diperlukan. Aku harus memikirkan masa depan.

Keisei adalah siswa yang pintar, dia bisa menilai situasi dengan cepat dan akurat. Tapi jika aku tidak memberinya jawaban yang positif, dia akan mengalami beban mental yang berat. Dan jika dia tidak bisa berfungsi dengan baik, dia akan merugikan kelas. Hal itu juga akan berdampak buruk pada Horikita yang saat ini sedang mengontrol kekuatan Kelas 2-D.

“Aku percaya pada kalian. Tapi menurutku, lebih baik aku tidak mengungkapkannya pada siapapun demi kelas di masa depan. Aku berusaha menahan keinginanku untuk memberitahu kalian dan tetap diam, sebab kalian adalah teman terdekatku.”

Daripada menyalahkan orang lain, aku mengatakan pendapat pribadiku pada Keisei. Meskipun dia mendekatiku dengan agresif, dia tampak ragu untuk mengatakan apa

yang ingin dia katakan karena Haruka telah mengatakannya, dia tidak punya pilihan selain mengesampingkan emosinya.

“Aku tahu kau marah atas kejadian ini. Bagaimanapun, ini terkait dengan anggota grup dan teman dekatmu, bahkan orang yang telah kau ajari. Aku benar-benar minta maaf.”

Siapapun pasti akan merasa kesal jika orang yang dia ajari ternyata lebih hebat darinya.

Kurasa Haruka dan Airi juga berpikiran sama dengannya.

Setelah mendengar permintaan maafku, Haruka tidak mengatakan apapun.

Dia tetap diam, mungkin dia ingin membiarkan Keisei yang mengambil keputusan.

“Sejujurnya, aku masih merasa marah. Kau seharusnya memberitahuku sejak awal bahwa kau tidak perlu di ajari, harusnya kau bilang padaku bahwa kau bisa lulus ujian dengan mudah.”

“Kau benar.”

Bagi Keisei, latar belakangku tidaklah penting.

Wajar jika dia ingin aku memberitahunya lebih awal tentang kemampuanku.

“Berdasarkan kata-kata Horikita, setelah ini kau akan terus menahan diri, kan? Kalau kau tidak mau memberitahu bidang apa yang kau kuasai dan tidak kau kuasai, aku tidak akan bisa mempercayaimu sepenuhnya.”

Sepertinya mulai sekarang, Keisei akan terus meragukanku. Dia akan bertanya-tanya.. “Apa yang dikuasai orang ini, apa yang tidak dikuasai orang ini?”

Sebagai orang yang mengajari orang lain, dia akan berpikiran buruk terhadap orang seperti itu, yang berada di dekatnya.

“Aku ingin keluar dari grup―bohong jika aku bilang aku tidak berpikiran begitu.”

“Apa kamu serius, Yukimuu?”

Haruka yang tetap diam sejauh ini, mulai bicara.

Lagipula, tidak mungkin dia akan terus diam setelah mendengar kata-kata Keisei tersebut.

“Ya, aku serius. Sebelum mendengar penjelasan Horikita, aku berniat keluar dari grup. Aku berpikir Kiyotaka sama sekali tidak bisa dipercaya. Tapi … aku menyadari beberapa hal setelah berada di grup ini dalam waktu yang lama. Aku tahu Kiyotaka

bukanlah orang yang jahat. Dia menyembunyikan kemampuannya demi kelas, aku tahu dia tidak ingin memberi tahu siapapun. Kiyotaka bisa mengatakan padaku bahwa dia tidak perlu bimbingan belajar, itu benar, tapi dia buruk dalam berkomunikasi, karena itulah dia tidak memberitahukannya. Aku mengerti itu.”

Keisei mengepalkan tangannya dan bicara tanpa menyembunyikan apapun.

“Hanya saja… hanya saja… aku perlu waktu untuk merenungkannya.”

Setelah mengatakan itu, Keisei menghela nafas berat.

“Terlalu memikirkan hal ini tidak ada gunanya… Pada akhirnya yang ingin kukatakan adalah… bagiku tidak masalah jika kau menyembunyikan kemampuanmu di bidang lain. Kau tidak menghambat kelas seperti Kouenji, jadi aku tidak berhak mengeluh padamu. Jika aku terus mendesakmu, keadaan akan jadi lebih buruk.”

Keisei yang merasa paling tidak puas dan sangat meragukanku, memilih untuk menekan perasaannya itu demi grup Ayanokouji dan teman-teman sekelas.

“Dari sisi rasional aku sangat memahaminya, tapi dari sisi emosional aku tidak bisa menerimanya, itu sebabnya aku perlu waktu untuk merenungkannya. Kemudian, aku akan mencoba untuk menerima hal ini. Adapun hal lainnya, aku akan terus mengajarimu dan berasumsi kau berada di tingkat rata-rata. Apa itu tidak masalah bagimu?”

Dalam situasi dimana pertemanan kami bisa berakhir, ini jelas tawaran yang sangat berharga.

Tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Aku langsung menganggukkan kepalaku dan menyetujuinya.

“Terima kasih, Keisei.”

Aku memilih untuk mengucapkan terima kasih.

Airi yang telah diam sejauh ini, akhirnya mendapatkan keberanian untuk berbicara.

“B-Bagaimana kalau kalian berdua… saling berjabat tangan? Sebagai tanda telah berbaikan.”

“Berjabat tangan!? Ide yang bagus!”

Mendengar saran Airi, Haruka menyatakan persetujuannya.

Merasakan suasana yang suram mulai berangsur menghilang, Keisei segera menggelengkan kepalanya.

“Itu memalukan, aku tidak mau melakukannya.”

Haruka dengan cepat meraih tangan Keisei yang menolak, dan pada saat yang sama, dia juga meraih tanganku.

“Ok, berdamai!”

Dia mengatakan itu sambil menyatukan tangan kami, dan memaksa kami berjabat tangan.

Tangan kami berdua hanya saling bersentuhan, karena kami belum bersiap untuk berjabat tangan.

“Kalau kalian tidak mau berjabat tangan, aku tidak akan melepaskannya, mengerti?”

“Aku mengerti, aku mengerti…!”

Pada akhirnya Keisei menyerah, mungkin dia merasa bahwa ini memalukan karena dia belum bersiap untuk jabat tangan.

Dengan begitu, kami berdua saling berjabat tangan, menandakan kami telah berbaikan.

“Aku sudah tidak apa-apa dengan hal ini, tapi bagaimana dengan Akito? Dia masih belum mengetahuinya.”

“Kalau Miyacchi, mungkin tidak akan begitu mempermasalahkannya. Dia akan menerima Kiyopon seperti biasa, ya kan?”

“… Ya, itu benar.”

Keisei berpikir sejenak. Dia segera sampai pada kesimpulan yang sama setelah memikirkan kepribadian Akito.

“Yah, semuanya kembali seperti biasa. Rasanya beban berat yang ada di pundak kita telah menghilang, ya?”

“Benar~”

Haruka dan Airi saling menatap satu sama lain dan setuju akan hal itu.

“Bagaimanapun, dalam waktu singkat kamu menjadi terkenal, Kiyopon… Itu…”

Haruka menatapku dengan wajah serius, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Kami bertiga menunggunya untuk bicara, tapi sepertinya dia tidak akan mengatakan apa-apa.

“Ada apa, Haruka-chan?”

Airi merasa khawatir dan bertanya pada Haruka yang berhenti berjalan.

“Oh, ahh. Mm, tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong, kamu akan kesulitan sekarang karena kamu sudah jadi terkenal!”

Pada saat itu, dia kembali bicara seperti biasa, seolah-olah sebuah sihir telah dibatalkan.

“Bukankah mendapatkan nilai sempurna itu agak berlebihan? Bahkan Sakayanagi yang berada di urutan kedua di angkatan kita, mendapat nilai 91 poin.”

Setelah mengakuiku, kekhawatiran Keisei berpaling ke hal lain.

“Mengenai Sakayanagi-san, dia mendapat nilai yang sama di semua mata pelajaran, kan?”

Airi berkata begitu.

Sakayanagi mendapat nilai 91 poin dalam mata pelajaran matematika, dan yang anehnya lagi, dia mendapat nilai yang sama di mata pelajaran lainnya. Jika mempertimbangkan kesulitan ujian itu, tidak diragukan lagi dia adalah siswa yang berbakat di bidang akademik. Di angkatan kami, dia jelas yang kedua setelahku. Yang paling mengesankan adalah dia tidak belajar di lingkungan yang luar biasa seperti White Room. Dalam hal itu, tidak berlebihan jika dia menyebut dirinya sendiri jenius.

“Dari awal aku tahu dia memang pintar, tapi sejak OAA dikenalkan, kemampuannya terlihat semakin jelas.”

Meskipun Keisei sedikit keberatan mengatakan itu, dia mengakui dengan jujur kemampuan Sakayanagi.

Nilai Sakayanagi di masa lalu tidak perlu diragukan lagi, tapi nilainya yang sekarang telah mencapai tingkat yang berbeda.

Apa dia menahan diri sebelumnya? Atau dia mulai belajar di luar waktu sekolah?

Apapun penyebabnya, dia pasti akan menjadi lawan yang lebih berbahaya dari sebelumnya, dan terlebih lagi.. banyak lawan lain yang harus kami kalahkan.

“Bagaimana kalau kita bertemu di Keyaki Mall setelah aktifitas klub Miyacchi selesai? Sebagai tanda kita telah berbaikan.”

Tidak ada satu pun dari kami yang menolak saran Haruka.

Bagian 3

Pada sore harinya.

Aku datang lebih awal dan menunggu teman-temanku di depan Keyaki Mall.

Sebagai orang yang telah menyebabkan kekacauan, lebih baik aku tidak membuat mereka menunggu, terutama hari ini.

“Sepertinya aku datang terlalu cepat…”

Waktu sekarang menunjukkan pukul 6.30 sore.

Meski begitu, aku tidak keberatan untuk menunggu. Sebaliknya, bisa dikatakan ini adalah salah satu keahlianku.

Aku cukup senang memiliki waktu untuk menenangkan pikiran.

Namun, meskipun itu bukan harga yang murah, banyak hal yang berubah menjadi merepotkan.

Intinya, diriku yang sekarang telah menarik perhatian banyak orang. Mengesampingkan kelas tiga, nilai ujianku bisa dilihat oleh semua siswa, perhatian para siswa di angkatanku akan tertuju padaku. Aku juga khawatir dengan tatapan para senpai dan kouhai yang ingin mengetahui tentang diriku.

Saat ini, aku tidak melakukan apapun dan hanya berdiri di sini. Tiba-tiba ponselku bergetar, kemudian aku mengeluarkannya … tampaknya ada sebuah pesan masuk dari grup Ayanokouji. Itu adalah pesan dari Airi, isinya adalah dia akan segera berangkat dari asrama, keempat anggota lainnya termasuk aku, sudah membaca pesan tersebut.

Aku belum memberitahu mereka bahwa aku sudah tiba di sini, aku hanya memeriksa status mereka masing-masing.

“Ayanokouji-kun, apa kamu sedang menunggu seseorang?”

Aku segera mengangkat wajahku, orang yang memanggilku adalah Ichinose Honami.

Aku tidak menyadari kedatangannya karena aku fokus melihat layar ponsel.

Dia bersama teman sekelasnya, Kanzaki. Meskipun sekolah ini memiliki area yang luas dan fasilitas yang banyak, tempat yang dikunjungi oleh para siswa cukup terbatas. Jika menunggu di dekat pintu masuk Keyaki Mall, tak heran jika aku bertemu dengan orang yang kukenal, karena tempat ini sering dikunjungi oleh siswa.

“Aku menunggu teman-temanku, kami berencana akan makan di sini. Bagaimana dengan kalian?”

Aku menjawab dengan jujur, tanpa menyembunyikan apapun.

Ichinose dan Kanzaki langsung memberi jawaban, bahkan tanpa bertukar pandang terlebih dahulu.

“Kami juga sama, ya kan?”

“Ya.”

Kanzaki memberi jawaban singkat. Tapi, pandangannya lebih fokus kearahku daripada Ichinose.

Kami juga sama, ya… Meskipun melakukan sesuatu yang sama, setidaknya akan ada yang berbeda.

“Aku sudah melihat hasil ujianmu. Kamu mendapatkan nilai sempurna di bidang matematika, itu sangat luar biasa!”

“Jika melihat nilaimu tahun lalu di OAA, kau seharusnya tidak bisa mendapatkan nilai sempurna.”

Ichinose tidak bertanya tentang kemampuan yang kusembunyikan. Di sisi lain, Kanzaki, bertentangan dengan Ichinose, dia tidak menyembunyikan sedikit pun ketidaksenangannya dalam kata-katanya.

“Ada banyak alasan untuk itu. Hanya saja, setelah berdiskusi dengan teman-temanku, aku menyembunyikan fakta bahwa aku cukup berbakat di bidang matematika.”

Aku menjelaskannya seperti itu. Jika itu Ichinose dan Kanzaki, mereka akan memahami situasinya sampai batas tertentu.

Mereka akan menggunakan imajinasi mereka untuk melengkapi bagian yang kurang dari perkataanku.

Biasanya, penjelasan seperti itu sudah cukup. Tapi kali ini, tatapan tajam dari Kanzaki belum menghilang.

“Jadi selama ini kau menyembunyikan kemampuanmu. Sepertinya kau adalah gangguan yang lebih besar dari perkiraanku.”

“Kanzaki-kun, jangan bicara seperti itu. Apapun kelasnya, mereka punya ide dan strategi masing-masing.”

Kanzaki mendapat kritikan yang masuk akal dari Ichinose.

“Benar juga. Dia tidak menggunakan trik kotor seperti Ryuuen. Tapi, ada beberapa hal yang tidak kusukai darinya. Ichinose, kau seharusnya tahu bahwa ujian itu sangatlah sulit dan mustahil untuk mendapatkan nilai sempurna. Dia bilang dia mengikuti instruksi temannya, tapi―”

Ketika Kanzaki akan melanjutkan kata-katanya, Ichinose memotongnya dengan nada bicara yang sangat jarang terdengar.

“Ayanokouji-kun bukan musuh kita!”

Ichinose merasa tidak puas dengan sikap permusuhan Kanzaki terhadap diriku. Memang benar dia jarang bersikap seperti itu pada Kanzaki, tapi jika aku harus memilih mana yang benar, aku akan memilih Kanzaki yang waspada terhadap diriku.

“Aliansi kita dengan mereka telah dibubarkan. Tidak diragukan lagi bahwa Kelas 2-D adalah musuh kita.”

“Itu… meski begitu, kita tidak perlu berselisih hanya karena sesuatu yang tidak penting!”

“Ini bukan perselisihan. Aku hanya ingin mengetahui kekuatan musuh yang sebenarnya.”

“Ayanokouji-kun memang menyembunyikan kemampuannya di bidang matematika, kita hanya tidak mengetahuinya saja.”

Kanzaki melangkah maju. Jarak antara kami lebih dekat dari jarak antara dia dan Ichinose.

“Jadi, apa ada lagi? Atau hanya matematika? Tidak, tidak mungkin kalau hanya itu saja. Apa ada lagi kemampuan yang kau sembunyikan? Apa kau juga menyembunyikan kemampuan berlarimu yang sangat cepat di festival olahraga tahun lalu karena instruksi temanmu? Bagi Kelas B… tidak, bagi Kelas C, bagian yang terburuk adalah kau masih menyembunyikan kemampuanmu yang lain.”

“Namun, ada batas untuk nilai ujian. Tidak peduli seberapa hebat siswa di bidang akademik, nilai maksimal yang bisa di dapatkan dalam setiap mata pelajaran adalah 100 poin, dan evaluasi tertinggi adalah A+. Bahkan jika dia mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran, nilainya tidak begitu jauh berbeda dengan Sakayanagi-san, yang berada di posisi kedua di angkatan kita.”

Faktanya, nilaiku dan Sakayanagi hanya berbeda 9 poin.

Bahkan jika nilai kami memiliki perbedaan yang sama di setiap mata pelajaran, perbedaannya hanya 45 poin. Menurut Ichinose, itu bukanlah sebuah ancaman.

“Nilai keseluruhan kita Kelas C jauh lebih tinggi dari itu. Perbedaan poin dengan Ayanokouji-kun yang telah menunjukkan kemampuan sejatinya, kita hanya perlu menebusnya dengan seluruh kekuatan siswa di kelas kita.”

“Mungkin itu benar kalau hanya ujian tertulis… tapi―”

“Cukup sampai di situ, Kanzaki-kun. Kamu harusnya tahu bahwa ini bukanlah hal yang patut untuk diperdebatkan di sini, kan?”

Ichinose yang suka perdamaian, merasa khawatir melihat kami terus berdebat di depan Keyaki Mall, karena ini merupakan tempat yang ramai, cepat atau lambat ini bisa menjadi keributan.

“Sepertinya aku sudah kehilangan ketenanganku.”

Mungkin Kanzaki berpikir.. melanjutkan perdebatan di sini tidak akan menyelesaikan masalah, dia menutup mulutnya dan mengalihkan pandangannya.

“Kalau begitu, aku duluan.”

Setelah mengatakan itu, Kanzaki meninggalkan Ichinose di sini, dan segera menghilang ke dalam Keyaki Mall.

Kami berdua dengan tenang melihat dia pergi.

“Maaf, karena situasi kami saat ini, Kanzaki-kun menjadi terlalu waspada.”

Kelas 2-B yang selalu mempertahankan posisinya, kini telah jatuh ke Kelas 2-C.

Mengingat kegagalan strategi bertarung yang telah berhasil sejauh ini, mereka tidak punya pilihan selain mengubahnya. Dalam situasi itu, bisa dimaklumi kalau dia bersikap seperti itu.

Atau lebih tepatnya, berbeda dengan Ichinose yang masih bersikap ramah padaku.

Kanzaki mulai berpikir untuk menghilangkan sifat naif mereka untuk ke depannya, menurutku itu pilihan yang benar.

“Apakah aku salah…?”

Ichinose tidak menyadari pemikiran Kanzaki.

Tapi, meskipun dia menyadarinya, dia akan tetap memutuskan bersikap seperti biasa.

Ada dunia yang berbeda diantara mereka, dirinya yang tidak tahu apa-apa, tidak punya pilihan selain berpegang teguh pada jalannya sendiri.

“Apa kau ingat perkataanku sebelumnya?”

“Ya, kamu menyuruhku untuk percaya pada teman-temanku dan melangkah maju bersama mereka, begitu kan?”

“Mungkin dari sekarang ada siswa yang ingin mengubah cara bertarungnya, seperti Kanzaki. Atau mungkin ada beberapa siswa yang tidak puas denganmu dan ingin

menghentikan caramu. Bahkan ada kemungkinan beberapa siswa akan mengkhianati kelas. Tak heran jika ada siswa yang melakukan beberapa hal itu demi membuat perubahan kelas mereka. Kelas 1-B, kelas yang selalu kau lindungi, itu, sekarang sudah tidak ada lagi.”

Dari semua siswa di Kelas 2-C, kata-kataku itu akan sangat berdampak pada Ichinose.

“Apapun yang terjadi dari sekarang, aku harap kau mempercayai teman-teman sekelasmu, mengutamakan keselamatan mereka dan melanjutkan pertempuran bersama mereka.”

“Tenang saja. Aku pasti akan melindungi mereka. Jika tiba waktunya seseorang dari kelasku harus keluar, kupikir aku akan menjadi yang pertama.”

Ichinose tidak akan membiarkan temannya diusir, dia pasti akan menggantikannya.

Dia akan bertanggung jawab atas kemerosotan kelas dan memilih untuk meninggalkan sekolah lebih dulu dari pada teman-temannya.

“Aku lega mendengarnya, tapi ada satu hal yang membuatku tidak puas.”

“Tidak puas…?”

Dia tidak memahami maksud kata-kataku itu dan sedikit memiringkan kepalanya.

“Aku tidak akan membiarkanmu dikeluarkan dari sekolah.”

Perlu baginya untuk mengingat hal yang sangat penting.

Pada tahun ini, sangat penting baginya untuk terus maju tanpa berhenti sedikitpun.

Aku menatap langsung matanya, dan kemudian menyalakan api yang membara di kedalaman matanya.

Apa yang dia terima bukanlah kegelapan.

Itu adalah cahaya yang tidak akan pernah pudar.

Jika ada kemungkinan cahaya itu beralih ke jalan yang salah, aku sendiri yang akan menanggungnya.

“I-Itu… y-yah… aku pasti… akan… tetap di sini.”

Dia menatapku dan bergumam sambil malu-malu.

“K-Kamu… benar-benar luar biasa, Ayanokouji-kun. Aku tidak menyangka kamu berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian yang sulit itu.”

Dia mengatakan itu sambil mengalihkan pandangannya dariku, seolah-olah ingin mengubah topik pembicaraan.

“Kurasa hanya itu satu-satunya kelebihanku.”

“Meski begitu, kamu tetap luar biasa. Kamu memiliki senjata yang tidak akan kalah dari orang lain.”

“Kau juga sama kan. Kau sendiri pasti memiliki senjata seperti itu.”

“Aku akan senang mendengarnya, tapi…”

Tapi ada kekurangan untuk menggunakannya dengan mahir, yaitu orang-orang disekitarnya.

Bukan berarti dia tidak diberkati teman sekelas yang baik.

Hanya saja, itu karena kontra senjata ini.

Kemampuan Ichinose untuk memberi masukan pada orang-orang cukup kuat sehingga bisa melenyapkan kepribadian teman sekelasnya sendiri.

Mereka akan jadi bergantung pada orang lain. Dengan demikian, lingkaran setan akan membuat mereka semakin kehilangan ‘rasa individualisme mereka’.

(Tl note : ‘ atau sikap mandiri)

“… Aku harus segera pergi. Kita sudah terlalu lama berdiri di sini, aku merasa tidak enak membuat Kanzaki-kun menungguku.”

Aku mengangguk sedikit dan melihatnya pergi, aku memperhatikan sosoknya dari belakang.

Mengingat sudah hampir waktunya untuk bertemu dengan teman-temanku, aku mengeluarkan ponselku sekali lagi untuk mengkonfirmasi.

“Apa yang kamu bicarakan dengan Ichinose-san?”

Tiba-tiba, suara Haruka terdengar dari kejauhan.

Aku mengangkat wajahku, setelah itu aku melihat Akito, Keisei dan Airi yang sedang menatapku, mereka semua sudah tiba di sini.

Sepertinya mereka telah datang ketika aku berbicara dengan Ichinose.

“Nilaiku yang sempurna dalam ujian matematika.”

“Yah, itu masuk akal. Lagipula, semakin baik kau dalam bidang akademik, kau akan semakin menarik perhatian.”

Setelah aku menyebutkan alasan yang logis, Keisei segera memahaminya.

Tapi ada sesuatu yang aneh dengan Haruka.

Dia tidak bertanya lebih lanjut, dan wajahnya segera kembali seperti biasa.

Mulai besok, 2 Mei, kami akan menyambut kedatangan golden week.

Semua siswa di kelasku telah lulus ujian khusus tanpa masalah, karena itu aku yakin kami akan menikmati liburan ini dengan santai.

Bagian 4

Golden Week berakhir dengan cepat, aku pun kembali menjalani kehidupan sekolah seperti biasa.

Pemandangan yang kulihat masih sama seperti sebelumnya, tapi keseharianku secara perlahan mulai berubah.

“…Yo.”

Di pagi hari tepat setelah istirahat, Sudou adalah orang pertama yang kutemui di dekat loker sepatu sekolah.

Itu hanya pertemuan biasa dengan teman sekelas, tapi itu juga bagian dari perubahan kehidupan sekolahku.

“Kau pasti kesulitan belakangan ini. Apa kau baik-baik saja sekarang?”

“Aku baik-baik saja. Sama seperti sebelumnya, aku berhasil melewati Golden Week tanpa masalah.”

“Aku mengerti. Kau tahu, liburan ini rasanya berlalu dengan cepat.”

Aku jalan bersama Sudou menuju kelas, dia menyesuaikan kecepatan berjalannya denganku.

Pada waktu itu, Sudou meninggalkan ruang kelas karena aktifitas klub, tapi aku yakin dia sudah mendengar detailnya dari Hondou dan Ike.

Dia seharusnya sudah tahu ceritanya, jadi aku tidak perlu lagi memberitahunya kejadian di kelas pada saat itu.

“Jadi kau menyembunyikan kemampuanmu di bidang akademik karena strategi Suzune, ya?”

Aku mengangguk setuju, lalu entah kenapa wajah Sudou menjadi sedikit masam. Dia memalingkan wajahnya dariku dan melihat lurus ke depan.

“Yah, kalian berdua sudah dekat sejak awal sekolah. Memang agak terlambat jika aku mengatakannya sekarang, tapi aku mengerti itu.”

“Kami tidak dekat. Malahan, pada awalnya kami ingin menjauhi satu sama lain.”

“Begitukah? Tapi bagiku tidak terlihat seperti itu.”

Mungkin itu karena Sudou menyukai Horikita.

“Aku sudah mendengarnya dari Yousuke. Kau mengucapkan kata-kata yang bagus untukku.”

“Aku mengatakan itu bukan untuk melindungimu. Aku hanya mengatakan faktanya saja.”

“Kau menyebut itu fakta, tapi saat itu kau sendiri juga tidak tahu kebenarannya.”

“Aku tahu!”

Sudou mengatakan itu dengan sedikit emosi, dan wajahnya semakin masam.

“Fakta bahwa kau pintar di bidang matematika itu memang dirahasiakan, tapi.. apa keahlian bertarungmu itu juga kau rahasiakan?”

Bagi Sudou, hal ini lebih penting daripada matematika.

“Aku tidak mengerti apa maksudmu.”

Aku pura-pura tidak tahu.

Namun, Sudou bukan tipe orang yang akan mundur setelah mendengar jawaban seperti itu.

“Jangan pura-pura bodoh. Aku sudah pernah melawan Housen, jadi aku tahu. Dia benar-benar kuat dan cepat dari lawan yang telah kuhadapi selama ini. Jujur saja, dia itu monster.”

Sudou berkata begitu setelah berhadapan langsung dengannya.

“Itu pertama kalinya aku merasa takut ketika berkelahi. Bahkan sampai sekarang, wajahnya yang tersenyum itu masih terukir jelas di benakku.”

Dia menekan pipinya dua tiga kali dengan jari telunjuknya.

“Kau ketakutan, ya. Meski begitu, kau bertarung dengan berani demi Horikita.”

“Yah, aku tidak punya pilihan lain. Orang itu agak sinting.”

Aku tidak bisa menyangkal itu. Dari apa yang kulihat, Housen sangat terobsesi dengan kekerasan.

“Tapi kau juga punya kesempatan untuk menang, kan?”

Beberapa hari sebelumnya, Sudou kalah melawan Housen hanya karena terpancing umpan.

Dalam situasi yang mengharuskan seseorang menjaga pandangannya terhadap lawan, Housen menggunakan Horikita sebagai umpan untuk membuat Sudou lengah.

Hal itu berakibat fatal bagi Sudou, dan perkelahian itu diakhiri dengan kekalahannya.

“Entahlah… Jika bertarung dengan serius, kurasa aku tidak akan bisa menang melawannya.”

Sudah jelas bahwa Sudou tidak lemah. Kalau Sudou dengan kemampuan fisik yang tinggi sampai berkata begitu, itu berarti Housen bukan orang yang bisa dianggap remeh.

Bahkan orang-orang terlatih seperti Horikita Manabu yang telah mempelajari seni bela diri, atau Albert yang lahir dengan tubuh luar biasa, belum tentu bisa mengalahkan Housen dalam perkelahian.

“Hei―bukan itu yang ingin kubicarakan! Masalahku tidak penting!”

Di saat itu juga, Sudou menatap mataku.

“Kau… kekuatanmu melampaui Housen si monster itu, dan kau juga berhasil menghentikannya. Benar, kan?”

Jika aku mengatakan.. “Aku secara reflek menggunakan kekuatanku lebih banyak dari biasanya”, itu tidak akan mempan lagi pada Sudou.

Wajar jika dia mengaitkannya dengan.. “Orang ini juga mendapatkan nilai sempurna dalam ujian khusus matematika, jadi itu bukanlah hal yang mengejutkan.”

Dan ada beberapa hal yang bisa di ketahuinya karena rasa sukanya pada Horikita.

“Apa kau yakin itu bukan kesalahpahamanmu, Sudou?”

“Ya, aku yakin.”

Sudou memegang lenganku dengan kedua tangannya.

Dia ingin memastikan seberapa kuat otot-ototku, Sudou beberapa kali mencengkramnya dengan pelan dan berkata…

“Aku sudah memperhatikannya sejak tahun lalu, tepatnya ketika di kolam renang. Kau tidak berpartisipasi dalam kegiatan klub mana pun, tapi kau memiliki tubuh yang berotot. Sulit untuk melihatnya ketika kau berpakaian, tapi tubuh yang kekar itu… tidak akan bisa didapatkan tanpa pelatihan yang keras.”

Sudou fokus melatih tubuhnya secara rutin. Tidak ada gunanya lagi aku mencoba untuk membodohinya.

Dia tidak hanya sekedar melihat-lihat saja. Ketika dia menyentuh lenganku, Sudou akan segera mengetahui kebenarannya.

“Ngomong-ngomong, kekuatan cengkramanmu pada saat kita melakukan pemeriksaan sebelum festival olahraga sekitar 60 kg, kan?”

Sudou mengingat kembali kejadian tahun lalu secara bertahap.

“Waktu itu, aku sudah berpikiran bahwa kau luar biasa… tapi saat itu kau menahan diri kan. Berapa kuat cengkramanmu yang sebenarnya?”

“Entahlah. Sejujurnya aku tidak tahu.”

“Kau tidak tahu?”

“Aku tidak ingat pernah mengukur kekuatan cengkramanku.”

“Bagaimana mungkin? Kita melakukan tes pemeriksaan fisik saat SD dan SMP!”

Sejujurnya aku benar-benar tidak ingat.

Tentu saja di White Room ada pemeriksaan fisik yang dilakukan secara berkala. Mereka mengumpulkan data tes fisik siswa lebih banyak dibanding sekolah biasa lainnya.

Namun, hanya instruktur yang tahu mengenai hal itu.

Dan juga, instruktur tidak akan repot-repot memberitahu pada siswa detail penilaian setiap orang.

Dan kemudian, para siswa menjadi tidak tertarik dengan perubahan angka yang terjadi setiap hari.

Karena itulah, mereka hanya melihat angka itu sebagai angka yang naik atau turun.

Namun, meski aku sudah berlatih setiap hari untuk menjaga tubuhku, sekarang kemampuan fisikku perlahan menurun dibanding saat aku masih berada di White Room.

“Kau benar-benar tidak tahu?”

Sudou menatap langsung mataku, dia seharusnya tahu bahwa aku tidak berbohong.

“Saat itu, aku dengar darimu bahwa kekuatan cengkraman 60 kg adalah rata-rata untuk siswa kelas satu SMA, aku menyesuaikan kekuatanku dengan angka itu. Karena aku tidak ingin menonjol.”

Setelah itu, aku mengetahui bahwa angka itu lebih tinggi dari rata-rata, aku ingat saat itu aku sedikit terkejut mengetahuinya.

“Seberapa kuat dirimu yang sebenarnya?”

Hatinya dipenuhi oleh kecemburuan dan rasa iri.

“Seberapa kuat, kah …”

Tergantung pada titik rujukannya, jawaban dan persepsi akan berbeda seiring dengan hal itu.

Saat aku sedang memikirkannya―

“Lupakan saja. Kau tidak perlu menjawabnya.”

Sudou menarik pertanyaannya seolah menolak jawabanku.

Bahkan jika aku menceritakan situasiku yang sekarang, tidak ada seorang pun yang akan mengerti.

Hal itu bukan sesuatu yang bisa diungkapkan hanya dengan beberapa kata-kata saja.

“Kuat atau lemah, tidak ada gunanya jika aku tidak melihatnya secara langsung.”

Dia melepaskan lenganku yang dia genggam dari tadi.

Sama seperti Keisei, Sudou sudah mulai menyimpulkannya sendiri.

“Tapi sekarang aku mengerti bahwa kau adalah orang yang sangat luar biasa. Kau benar-benar kuat, Ayanokouji.”

“Apa kau tidak marah karena aku menyembunyikan kekuatanku selama ini?”

“Yah, pada awalnya aku berpikir ‘Apa-apaan itu?’, dan aku sedikit mengerti bagaimana perasaan Yukimura saat itu. Jika aku sudah merasa yang paling kuat, tentu saja aku akan merasa tidak senang mengetahui orang terdekatku

menyembunyikan kekuatannya dan terlebih lagi dia lebih kuat dariku. Tapi bukan berarti aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan, kau bilang kau tidak ingin menonjol, kan? Entah kenapa, aku sedikit memahami itu.”

Sudou mengatakan sesuatu yang tak terduga.

“Bohong jika aku bilang aku tidak peduli, tapi aku akan berusaha menerimanya. Aku akan berkembang dengan caraku sendiri. Aku tidak peduli bagaimana pemikiran orang lain terhadapku, kira-kira begitulah.”

Demi diri sendiri, bukan demi orang lain.

Dia mengatakan itu seolah ingin memotivasi diri agar menjadi yang terbaik demi dirinya sendiri.

“Selain itu, tidak peduli seberapa hebatnya kau, aku pasti lebih baik darimu dalam permainan basket.”

Untuk pertama kalinya, Sudou tertawa dengan berani.

Dia menyatakan itu dengan percaya diri, bahkan tanpa konfirmasi lebih dulu.

Tentu saja, itu adalah hal yang tak terbantahkan.

Meskipun aku bermain satu atau dua kali, hasilnya sudah jelas. Aku tidak punya peluang untuk menang.

“Kalau bola basket, kita bisa bertanding kapan saja!”

“Aku tidak ingin menjadi samsakmu.”

“Hahaha! Sepertinya kau mengerti!”

Selama seseorang memiliki suatu kepandaian yang lebih baik dari orang lain, suasana hatinya akan jadi nyaman.

“Aku tidak akan membicarakan tentang Housen kepada siapapun. Aku merasa ini sangat bundaran, tapi itulah yang ingin kukatakan padamu hari ini.”

“Ya.”

Aku menghargainya atas pertimbangannya itu terhadapku.

“Oh iya, aku tidak akan membicarakan tentang Housen lagi, tapi bisakah aku bertanya satu hal lagi?”

“Asalkan itu bisa kujawab.”

“Apa kau tidak berpikir aku akan memberitahu orang lain mengenai pertarunganmu melawan Housen?”

Sebuah pertanyaan mendadak, tapi aku sudah menduga dia akan menanyakan ini selama percakapan.

Jika Sudou menjadi saksi, ada kemungkinan aku harus memaksanya untuk tutup mulut.

Untuk berjaga-jaga, tentu saja aku akan meminta Horikita untuk membuatnya diam tentang kejadian itu, tapi setelah malam itu, dan setelah dia melihatku mendapat nilai sempurna dalam matematika, aku bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Sudou dari matanya.

“Jika dirimu yang dulu, mungkin aku akan mengakalinya. Bahkan aku akan melangkah lebih jauh dengan meminta Horikita untuk membuatmu tutup mulut.”

“Aku yang dulu?”

“Dilihat dari penilaian OAA, siswa yang paling banyak berkembang di Kelas D adalah kau, Sudou. Kau yang sekarang berbeda dengan kau yang dulunya dikuasai amarah, sekarang kau sudah bisa menilai situasi dengan tenang. Itu sebabnya aku tidak mengambil tindakan apapun.”

Keputusanku ini ku ambil berdasarkan analisisku terhadap siswa yang bernama Sudou Ken.

Tapi jika itu siswa lain seperti Ike atau Hondou, situasinya mungkin akan sedikit berbeda.

“Aku merasa… sedang dipuji.”

Sudou menunjukkan ekspresi terkejut sekaligus terharu, dia menghela nafas.

“Aku jadi lebih percaya diri sekarang. Aku senang mengetahui kau menilai tinggi diriku.”

Setelah mengatakan itu, Sudou mendekatkan wajahnya kepadaku.

“Ada satu lagi yang ingin kutanyakan. Kau dan Suzune…”

“Kami tidak berpacaran.”

Sambil menjauhkan wajahku dari wajahnya yang terlalu dekat, aku memberi jawaban dengan menunjukkan ekspresi bahwa memang itu kebenarannya.

“Oh…”

Jawaban cepat dariku itu membuat Sudou sedikit terpana.

“Itu, yah, bukan berarti aku melarangmu berpacaran dengannya. Suzune bebas berpacaran dengan siapapun yang dia suka, entah itu aku, kau, ataupun orang lain. Tapi jika kau sengaja menyembunyikannya, aku tidak akan memaafkanmu.”

“Baiklah, baiklah… Misalnya, dari sejuta kemungkinan itu kebetulan terjadi, kau orang pertama yang akan kuberitahu, oke?”

“Oke. Eh, tunggu dulu, bukan itu―!… tapi, yah, tidak apa lah.”

Setelah menanyakan semua yang ingin dia ketahui, Sudou menghela nafas lega.

“Mungkin ini kata-kata yang dingin dari teman Haruki, tapi aku senang kau tidak dikeluarkan saat ujian pemungutan suara. Tidak diragukan lagi kau adalah orang yang kami butuhkan untuk naik ke Kelas A. Sampai jumpa, Ayanokouji.”

Setelah mengatakan itu, Sudou mempercepat langkahnya dan menuju ruang kelas.

Apakah dia bermaksud untuk menyembunyikan percakapan kami dari orang-orang?

“Orang yang dibutuhkan untuk naik ke Kelas A… ya.”

Aku tidak pernah berpikir akan mendapat penilaian seperti itu dari Sudou.

Namun, saat ini aku bukanlah orang yang dibutuhkan bagi kelas.

Tidak diragukan lagi bahwa Sudou sendiri sangat diperlukan untuk kelas.