Youjitsu 2st Year Volume 1

Prolog: Operasi di Balik Layar

- 4 min read - 763 words -
Enable Dark Mode!

Prolog : Operasi di Balik Layar

Suatu hari di bulan Februari, sekitar dua bulan yang lalu.

Dalam ruangan di sebuah fasilitas tertentu yang berada di Tokyo, seorang pria yang terlihat berusia empat puluhan, yaitu Tsukishiro, membacakan materi yang ada di layar dan menjelaskannya.

Seorang remaja mendengarkannya dengan tenang.

Remaja berusia 15 tahun yang akan segera memasuki SMA.

Tapi remaja itu bukan orang biasa.

Dia adalah orang yang menerima pendidikan khusus dan tumbuh di fasilitas rahasia bernama White Room.

“Ini adalah data terperinci Ayanokouji Kiyotaka dan 156 siswa kelas dua. Semuanya sudah masuk ke dalam kepalamu, kan?”

Tsukishiro memproyeksikan layar monitor yang menampilkan semua informasi siswa selama satu tahun yang telah di kumpulkan oleh sekolah.

Mulai dari nama, tanggal lahir, sekolah asal, orang tua dan saudara, persahabatan hingga kehidupan sejak kecil.

Biasanya informasi ini tidak bisa dilihat oleh siapapun bahkan dalam pertemuan rahasia dengan Wali Kelas.

“Aku yakin kau sudah mengerti, hal terpenting adalah mengeluarkan Ayanokouji-kun pada bulan April dan membawanya kembali ke White Room. Kita tidak bisa lagi menunda rencana itu. Bertindaklah demgan hati-hati, jangan sampai di ketahui publik. Jika pergerakan kita sampai terdengar oleh pemerintah, orang itu…nama sensei mungkin akan tercoreng.”

Setelah mendengar penjelasan Tsukishiro, siswa White Room mengangkat tangannya dengan perlahan.

“Dengan kata lain, aku tidak boleh terlalu menarik perhatian?”

“Ya, karena itu orang yang berperan sebagai siswa yang akan melakukannya. Aku akan membantumu semampuku, tapi faksi Sakayanagi akan jadi lebih waspada di masa depan nanti. Mungkin pergerakanku akan sedikit terbatas.”

Remaja itu terlihat sudah memahami semua situasinya, tapi dia menunjukkan ekspresi kurang puas. Tentu saja Tsukishiro tidak melewatkan hal itu.

“Sepertinya kau kurang puas, aku bisa melihatnya dari wajahmu.”

Tsukishiro menghadap ke belakang dan melihat gambar Ayanokouji yang ada di layar, lalu dia berbalik dan kembali menyesuaikan matanya dengan remaja itu.

“Apa kau tidak suka Ayanokouji-kun di sebut mahakarya? Bukan hanya aku, tapi sampai menghentikan siswa yang baru saja akan memulai kembali White Room dan mengirimkan siswa itu untuknya. Ini benar-benar mewah. Ini perlakuan yang terlalu ramah untuknya. Mungkin ini penghinaan bagi seseorang yang tumbuh di fasilitas yang sama.”

Tsukishiro melanjutkan penjelasannya dengan cermat sambil menekankan bagian itu.

[Ayanokouji Kiyotaka adalah sebuah mahakarya]

Setiap kali mendengar kata-kata itu, emosi yang terpendam di dalam hati remaja itu mulai meluap keluar.

Tsukishiro mengira telah menanganinya dengan baik, tapi dia tidak sadar bahwa dia telah salah membaca emosi remaja itu.

Semua orang yang dibesarkan di White Room telah diajarkan berbagai hal hingga membuat mereka mati kelelahan, itu semua demi :

[Melampaui Ayanokouji Kiyotaka]

Sebuah [Kebencian] yang tidak akan bisa dimengerti oleh pihak ketiga seperti Tsukishiro yang tidak dibesarkan di sana. Ketika tiba waktunya, dia akan lepas kendali dan tidak bisa lagi menahan emosinya. Itu akan membuatnya bertindak ceroboh dan menyebabkan masalah besar.

“Panggung tekah disiapkan. Sisanya giliranmu untuk menunjukkan kemampuanmu. Aku minta maaf telah melihat semua datamu, tapi jika kau benar-benar memiliki semua kemampuan ini, mengeluarkannya bukanlah sekedar mimpi. Benar, kan?”

Tsukishiro mengakhiri penjelasannya dengan provokasi seperti itu. Lalu dia mematikan layar monitor, dalam sekejap ruangan itu menjadi gelap. Tak lama kemudian, ruangan itu kembali diterangi oleh lampu yang ada di langit-langit.

“Kalau tidak ada yang ingin kau tanyakan, kita akan mengakhirinya sekarang. Waktu sangatlah berharga.”

Mendengar ini, remaja itu meninggalkan ruangan seolah tidak ada yang terjadi. Tsukishiro sedikit terganggu dengan sikap tenang remaja itu. Instingnya mengatakan, ada kata-kata yang salah dalam penjelasannya. Tapi, sudah tidak mungkin baginya untuk menarik kembali kata-katanya. Ketika remaja itu akan keluar…

“Tunggu sebentar… ada satu hal yang lupa kutanyakan.”

Tsukishiro memanggil remaja itu dari belakang dan menghentikannya.

“Kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku, kan?”

Walaupun mereka berada di pihak yang sama, mereka belum tentu sepemikiran, Tsukishiro tahu akan hal ini. Jika dari awal pola pikir mereka berbeda, tujuan yang seharusnya terlaksana dengan baik akan berakhir menjadi kegagalan. Karena itulah Tsukishiro meminta konfirmasi. Remaja itu tidak berbalik, dia hanya mengangguk sedikit dan pergi dengan tenang.

Setelah remaja itu pergi, Tsukishiro kembali menyalakan layar monitor dan mengamatinya. Yang di tampilkan di sana adalah data Ayanokouji Kiyotaka selama berada di White Room.

“Sebenarnya aku tidak ingin menggunakan kata-kata sederhana untuk ini, tapi… dia adalah monster.”

Tidak hanya kemampuan akademiknya, tapi kemampuan fisiknya juga melampaui orang dewasa. Catatan pertarungannya melawan pro hanya di isi dengan kemenangan.

“Pertarungan antara siswa White Room… Aku penasaran, jika mereka benar-benar saling berhadapan, kira-kira apa yang akan terjadi?”

Tentu saja Tsukishiro akan berusaha sebaik mungkin untuk meraih kemenangan. Tapi kemenangan tidak selalu mutlak.

Memburu atau diburu, ini memang permainan anak-anak, tapi ini pasti akan menarik.”

Tidak seperti orang dewasa lainnya, Tsukishiro tidak panik sedikit pun. Dia hanya bersemangat menjalankan misi yang telah dia terima.

~End of Prolog~