Youjitsu 2st Year Volume 1

Chapter 6: Langkah Kaki Dropout

- 43 min read - 9094 words -
Enable Dark Mode!

Chapter 6 : Langkah Kaki Dropout

Minggu, jam 8:30 malam. Hari yang dijanjikan oleh Nanase.

Pertemuan hari ini akan menentukan bisa atau tidaknya kami bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.

Tidak, bagaimanapun kami harus membuatnya berhasil.

Selain siswa Kelas 2D dan Kelas 1D, hampir semua siswa telah memutuskan pasangan.

Jika negosiasi berhasil, kami dapat membangun kerja sama untuk menghindari hukuman.

Pertemuan ini akan dihadiri oleh aku dan Horikita, serta Sudou yang memaksa untuk ikut.

Mungkin sebagian alasannya karena dia ingin bersama Horikita, sebagian lainnya karena khawatir tentang Housen. Karena Housen tidak akan segan untuk melawan wanita, tergantung situasinya. Itulah sebabnya Sudou memaksa ikut agar dapat melindungi Horikita. Tentu saja Horikita sendiri sudah mengatakan bahwa itu tidak diperlukan, meski begitu Sudou tetap bersikeras untuk ikut. Namun kali ini, Horikita tidak memberi izin meskipun Sudou sudah memintanya berkali-kali. Karena diskusi ini akan berbeda dari biasanya sehingga dia menganggap Sudou sebagai gangguan.

Tapi aku menolak keputusan Horikita. Alasannya.. bila terjadi sesuatu diluar dugaan, akan ada Sudou yang menggantikanku.

Dengan kemampuannya, Sudou dapat mengatasi situasi tersebut.

Pada akhirnya, Horikita memperbolehkan dia untuk ikut dengan syarat tidak boleh bicara dan mengancam.

“Yo!”

Ketika tiba di lobi asrama, aku bertemu dengan Sudou yang sudah menunggu dan duduk di sofa.

Dia memasuki lift sambil menunjukkan senyum yang bahagia.

Aku harus meralatnya. Keinginannya untuk bersama Horikita bukanlah sebagian saja, melainkan itulah alasan utama dia ingin ikut.

“Apakah sesi belajarmu berjalan lancar?”

“Tentu saja. Kali ini aku akan mendapatkan nilai lebih dari 250 poin.”

Jika Sudou mendapatkan nilai lebih dari 250 poin dengan kemampuannya saat ini, itu bisa dikatakan sebuah pencapaian yang besar.

Ada kemungkinan, mulai bulan depan kemampuan akademiknya di OAA akan meningkat menjadi C.

Dia tidak hanya sekedar bicara saja, dia juga berusaha keras untuk membuktikannya.

Faktanya, keterlambatan Sudou telah menurun drastis dan kini dia juga telah serius memperhatikan pelajaran dikelas.

“Kau telah berubah drastis… Sepertinya kau sekarang sudah mulai suka untuk belajar.”

“Bukannya aku suka. Hanya saja aku merasa senang ketika menyelesaikan soal.Selain itu, aku semangat belajar karena adanya pujian dari Suzune.”

Jika dia bisa bertahan karena adanya Horikita, itu termasuk hal yang bagus. Saat baru memasuki sekolah dia selalu merasa gelisah, tapi kini dia mulai bersikap tenang. Namun sepertinya sikap Sudou yang cepat hilang kesabaran itu tidak mudah untuk dihilangkan.

Tapi saat ini Sudou tidak bisa mengendalikan perasaannya yang sedang gembira, dia berdiri dan melihat kamera di dalam lift.

Kemudian dia berjongkok, melihat ponselnya dan menyentuh rambutnya. Setelah beberapa saat, dia berdiri kembali.

Mungkin seperti itulah sikap anak laki-laki yang akan pergi kencan untuk pertama kalinya dalam seumur hidup.

“Hei, Ayanokouji.”

Sudou melihatku yang sedang memperhatikannya, lalu dia berbisik sambil melihat kamera pengawas.

“Jika aku mengakui perasaanku sekarang, apa menurutmu Suzune akan menerimaku?”

Wajah Sudou terlihat sangat serius.

Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang tepat untuknya.

“Mungkin tidak.”

Sudou mungkin kecewa mendengarnya, tapi itulah perasaan sebenarnya dari orang yang disukainya.

Kupikir dia tidak akan puas dengan jawabanku, tapi…

“Itu benar.”

Sudou menyetujui jawabanku seolah-olah sudah mengetahuinya.

“Aku tahu bahwa Suzune tidak begitu tertarik dengan percintaan. Bukan hanya itu… Tidak ada yang terlihat menarik baginya. Bahkan sampai sekarang, betapa cerewetnya Suzune, tidak ada seorangpun di kelas yang berani menganggunya..”

Dia ingin berkata bahwa Horikita tidak akan berpacaran dengan siapapun.

“Sekarang aku akan melakukan yang terbaik, tidak wajar rasanya jika aku selalu menjadi beban untuk kelas. Selama dua tahun kedepan, aku akan mengembangkan kemampuanku, kemudian secara bertahap aku akan menghilangkan kelemahanku. Dan pada saat itu aku yakin, aku akan berguna untuk kelas hingga hari kelulusan tiba.”

“Yah, baguslah kalau begitu.”

Sudou dapat menjadi keberadaan yang penting untuk kelas, karena kemampuan fisiknya yang unggul.

Dia bisa tumbuh menjadi orang yang diperlukan untuk kelas seperti Yousuke dan Kushida.

Aku mulai bisa melihat dirinya yang tenang.

Tapi melihat diri Sudou yang tenang ini, aku malah jadi ingin menanyakan sesuatu.

“Meskipun kau berusaha keras untuk menjadi yang terbaik di kelas… jika Horikita tidak membalas perasaanmu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan berhenti belajar?”

Ketika seseorang mengetahui bahwa usahanya tidak membuahkan hasil, mereka akan langsung menyerah.

Terutama Sudou yang sudah berusaha keras demi Horikita.

“Aku mungkin merasa ingin mati. Mungkin aku akan memukul seseorang dan mengamuk sampai gila. Tapi jika aku melakukannya, Suzune akan kecewa padaku, kan? Karena itulah, aku tidak akan menyerah untuk belajar.”

Itu adalah kata-kata yang luar biasa. Tentu saja, itu keinginan Sudou yang sebenarnya. Namun itu akan diketahui jawabannya ketika sudah menjadi kenyataan. Tidak peduli seberapa besar ketenangannya, ada banyak hal yang bisa mengubahnya, seperti diserang rasa sakit.

Tapi jika saat ini dia bisa berkata begitu, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

“Oh, sepertinya kalian sudah datang.”

Horikita muncul dan masuk ke dalam lift. Sudou berpindah tempat untuk menenangkan dirinya. Dia menarik nafas dalam-dalam sambil merentangkan tangan ke atas seperti senam radio, kemudian dia kembali ke dalam lift.

Setelah itu, lift tiba di lantai pertama.

“Apa yang sedang dilakukan Sudou-kun?”

“Sepertinya dia ingin menenangkan dirinya.”

Sekilas Horikita tampak kebingungan melihat perilaku Sudou, tapi ekspresinya segera kembali seperti biasanya.

Tempat tujuan kami sekarang adalah karaoke yang berada di dalam Keyaki Mall. Ini merupakan tempat populer untuk bermain, karena bisa dikunjungi setiap harinya hingga jam 10 malam. Bicara tentang karaoke, itu memang sudah biasa sebagai salah satu fasilitas hiburan.

Karaoke juga merupakan tempat yang penting disekolah ini, karena sering digunakan untuk menghilangkan stress dan bisa juga digunakan untuk berdiskusi.

Sangat cocok untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Karena percakapan didalam sini tidak akan bisa didengar oleh orang luar.

Di area sekitar sekolah, ini termasuk tempat yang mudah untuk bertemu secara diam-diam.

Jika menyangkut tentang rahasia, memang tidak ada yang lebih baikdari kamar asrama, tapi jumlah orang yang dapat dimuat disana cukup terbatas.

Ujian tertulis akan diadakan minggu depan, jadi saat ini tidak banyak orang yang akan datang kemari.

Bisa dikatakan ini adalah waktu yang tepat untuk mengadakan diskusi rahasia dengan Housen.

“Hei, apa kita benar-benar bisa bekerja sama dengan tahun pertama sialan itu?”

“Jika sejak awal tidak ada peluang untuk bekerja sama, aku tidak akan mau meluangkan waktuku untuk datang kemari.”

Itu sebabnya kami ada disini sekarang karena masih ada kemungkinan untuk bekerja sama.

“Saat ini, siswa tahun pertama yang berbakat telah bekerja sama dengan Sakayanagi-san dan Ryuuen-kun. Sedangkan siswa yang kurang berbakat telah bergabung dengan Ichinose-san. Pilihan yang tersisa adalah membayar dengan poin pribadi atau membangun kepercayaan.”

“Kita tidak bisa menang melawan Sakayanagi dan Ryuuen mengenai poin pribadi, begitu juga dengan Ichinose dalam hal kepercayaan…”

“Ya, itu sebabnya Housen-kun merupakan keberadaan penting yang bisa kita jadikan peluang untuk bersaing dengan kelas lain.”

Mengenai poin pribadi, Kelas A tahun kedua tidak akan bersaing dengan setengah hati.

Sedangkan mengenai pertemuan pertukaran Ichinose, Housen tidak mempedulikannya sama sekali.

Itu sebabnya, kemungkinannya cukup tinggi bagi kami untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.

“Kita harus bisa membuat kesepakatan tanpa kompromi.”

“Itu benar, semakin banyak waktu yang kita habiskan, kita siswa tahun kedua akan semakin tidak sabar. Karena banyak siswa yang telah berpasangan, kerugian tidak dapat dihindari.”

Jika Housen menolak kesepakatan ini, maka ada kemungkinan mereka akan saling bertentangan. Tapi dia tampaknya tidak takut bila teman sekelas akan terkena penalti.

Aku akan mencoba melihat bagaimana Horikita akan menghadapi Housen.

***

“Ngomong-ngomong, pertemuannya jam 9 malam, kan? Bukankah kita datang terlalu awal?”

Sekarang masih jam 8.30, masih ada waktu kira-kira setengah jam lagi sebelum waktu yang ditentukan.

“Tidak masalah. Aku ingin datang lebih awal.”

Sudou tidak dapat memahami alasannya, tapi dia juga tidak boleh membicarakannya.

Bisa dikatakan sebagai persiapan mental atau mewaspadai sesuatu seperti jebakan.

Lagipula, pola pikir Sudou yang seperti anak SMA biasa, tidak akan memahami pemikiran Horikita.

Dia terlalu waspada, tapi aku tidak bisa berkata apapun karena yang akan dihadapi adalah Housen.

Kemudian aku menerima selembar kertas dan papan dengan nomor kamar dari petugas, lalu kami memasuki ruangan.

“Bisakah kamu menghubungi Nanase-san?”

“Baiklah.”

Aku mengirim pesan pada Nanase, aku memberitahunya bahwa kami sudah tiba ditempat.

Dia membalas pesanku, isi pesannya adalah dia akan datang kesini pada waktu yang ditentukan.

“Mari kita pesan minuman.”

“Apa tidak masalah?”

“Tidak masalah.”

Setelah kami memesan minuman yang ada di daftar menu, kami juga melihat-lihat makanan.

“Kamu boleh memesan apapun. Apa ada sesuatu yang kamu inginkan?”

“Kalau begitu, apa boleh aku memesan kentang?”

“Tentu saja boleh.”

Horikita menggunakan telepon yang terpasang di dalam ruangan untuk meminta petugas mengantarkan makanan dan minuman yang kami pesan.

Setelah memesan makanan, ketegangan Sudou pun mereda, lalu dia memegang mikrofon.

“Hm, untuk mengisi waktu luang, bagaimana kalau kita menyanyikan satu atau dua lagu?”

“Aku tidak mau bernyanyi.”

“Jadi kau tidak mau bernyanyi?”

Kemudian pesanan pertama yang tiba adalah pesananku.

Bagi Sudou, itu tidak begitu berbeda dengan pesanannya.

Sudou tampak kecewa, tapi bukan karena itu, melainkan karena dia ingin mendengar Horikita bernyanyi.

“Sudou-kun, aku akan memperingatkannya sekali lagi. Jangan katakan hal yang tidak perlu.”

“A-aku tahu itu. Sesekali peringati juga Ayanokouji.”

“Dia tidak mengatakan hal yang tidak perlu. Sebaliknya, dia tidak mengatakan sesuatu yang seharusnya dia katakan.”

Itu jauh dari kata pujian, malahan aku kecewa mendengarnya.

Sudou merapatkan bibirnya dengan kuat, dia tidak menyukai jawaban Horikita.

Kemudian, Nanase muncul bertepatan dengan waktu yang dijanjikan.

“Maaf membuatmu menunggu, senpai.”

“Minggir, Nanase.”

Orang yang membentak Nanase dari belakang adalah Housen Kazuomi.

“Kamu datang tepat waktu. Kukira kamu akan datang terlambat.”

Kata-kata Horikita kepada Housen terdengar seperti Miyamoto Mushashi yang terlambat datang ke Pulau Ganryu. “Ketika aku memutuskan untuk pergi, aku akan datang tepat waktu. Karena aku tidak menyukai orang yang merepotkan meski hanya terlambat sedikit. Sepertinya kau datang lebih awal… Apa kau sebegitu tidak ingin membuatku menunggu? Jangan terlalu gugup.”

“Jangan seenaknya menyimpulkan! Aku hanya ingin menikmati karaoke.”

Dengan berkata begitu, Horikita menyarankan Housen untuk memperluas sudut pandangnya.

“Kelihatannya begitu.”

Di meja ada sedikit makanan dan minuman. Kami seolah-olah terlihat menikmati karaoke sebelumnya.

Itu artinya permainan sudah dimulai.

“Yah, apakah itu cocok atau tidak, aku akan segera mengetahuinya.”

Housen duduk di sofa untuk tiga orang, dia merentangkan kakinya seolah merasa hebat.

“Nanase mengatakan kepadaku bahwa kau ingin bekerja sama dengan kelasku." Kelasku. Tampaknya Housen sudah mengendalikan kelas 1D sepenuhnya.

Baru sekitar dua minggu sejak dia memasuki sekolah, aku tidak melihat kebenaran dalam pernyataannya itu.

“Kamu salah paham. Aku berkata bahwa aku bersedia untuk bekerja sama dengan kelasmu. Ini hanyalah hubungan kerja sama yang setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.”

“Aku mengerti. Kalian tidak menggunakan status kalian sebagai senior. Itu keputusan yang tepat, senpai.”

Nanase hanya mendengarkan perkataan Housen tanpa membantahnya ataupun menyetujuinya.

Mengingat dia berperan sebagai perantara, dan fakta bahwa dia satu-satunya yang datang kemari, itu berarti Housen sudah menaklukkan Nanase.

Apakah keberaniannya yang tidak akan menyerah pada kekerasan telah dihapuskan oleh Housen? Atau ada sesuatu yang lain? Bagaimanapun, Housen pasti memiliki cara untuk membuat Nanase berpihak kepadanya.

“Aku tahu beberapa siswa tahun pertama tidak begitu peduli dengan teman sekelasnya yang bermasalah. Tapi kamu akan tahu setelah melihat kami. Aku yakin akan tiba waktunya ketika kamu membutuhkan kekuatan teman sekelasmu.”

“Jadi kita akan bekerja sama untuk lulus ujian khusus… Begitukah?”

“Saat ini kamu adalah orang yang memimpin kelasmu, bahkan kamu menganggapnya sebagai milikmu, itu merupakan kondisi yang bagus. Pemimpin tunggal, itu berarti banyak teman sekelasmu yang mematuhi instruksimu, kan?”

Housen memasukkan jari kelingking ke telinga kirinya.

Lalu dia mengangkat jari kelingkingnya dan meniupkannya ke arah Horikita.

Wajah Sudou terlihat sangat kesal, tapi dia masih bisa menahan amarahnya karena perintah Horikita.

“Hentikan itu.”

Kepalan tangan Sudou bergetar dilututnya.

Horikita menerima tindakan Housen yang tidak sopan itu tanpa mengalihkan pandangannya.

“Pertama-tama…”

Housen berbicara kepada dirinya sendiri seolah-olah dia telah mendengarkan nasihat Horikita.

“Kau adalah pemimpin Kelas D tahun kedua, kan?”

Sekarang Housen ingin mengkonfirmasi prasyarat utama.

“Bisa dibilang begitu.”

“Kurasa itu wajar mengingat kemampuan Horikita-senpai.”

Untuk pertama kalinya dalam pertemuan ini, Nanase membuka mulutnya dan bicara kepada Housen.

“Kalau begitu aku akan memberitahumu, pemimpin Kelas 2D. Aku tidak akan bekerja sama dengan hubungan setara.”

Pada akhirnya, dia bukanlah orang yang mau diajak bekerja sama.

Tidak dapat dihindari akan ada perbedaan pendapat dengan Housen yang ingin melindungi teman sekelasnya, tapi dia mengira bisa untuk memotongnya secara terpisah.

Lagipula hukuman kami dengan mereka terlalu jauh berbeda, antara drop out dan penangguhan poin pribadi selama tiga bulan.

“Kurasa begitu. Kamu adalah orang yang seperti itu.”

“Jika kau mengerti, maka jangan ragu untuk bertanya. Aku akan mendengarkannya.”

“Mendengarkan? Apa yang kamu harapkan? Apa kamu pikir aku akan memberimu poin pribadi untuk meminta kerja sama?”

Meskipun situasinya kurang menguntungkan, Horikita tidak takut sedikitpun untuk menolak transaksi tersebut.

“Ayolah, keluarkan saja poin pribadimu. Kau tidak punya pilihan selain mengeluarkannya, kan? Nanase, pesankan minuman.”

Setelah melihat menu, Housen memberi instruksi kepada Nanase.

Nanase mengangguk dan memesan minuman kepada petugas melalui telepon.

“Aku katakan sekali lagi. Aku tidak akan memberimu poin pribadi atau imbalan apapun, ini hanyalah kerja sama yang setara.”

“Kalau begitu, aku akan pulang tanpa meminum airku!”

Dia meletakkan tangan dipahanya sebagai tumpuan untuk berdiri dan bersiap akan pergi tanpa ragu sedikitpun.

“Tunggu, Housen-kun. Kurasa kamu harus mendengarkan Horikita-senpai.”

Nanase menyarankan hal itu, padahal selama ini dia hanya mendengarkan saja dengan berdiri di sebelah Housen.

“Mendengarkan? Itu tidak perlu.”

“Kalau begini terus, kita tidak akan bisa menyatukan kelas.”

Horikita tidak bergerak sedikitpun, dia hanya menyaksikan percakapan antara Housen dan Nanase.

“Memangnya kenapa? Abaikan saja mereka, tidak perlu mengkhawatirkan ikan teri.”

“Aku tidak mau.”

“Apa kau ini bodoh, Nanase?”

Kukira Housen akan memarahinya, namun dia malah mendesah seolah menghadapi sesuatu yang merepotkan.

“Kurasa tidak ada gunanya menyetujui kesepakatan ini.”

“Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Memang benar Horikita-senpai memiliki alasan untuk melakukan ini, yaitu melindungi teman-teman sekelasnya. Beberapa siswa mungkin akan keluar jika kita tidak mencapai kesepakatan. Bahkan jika harus dengan cara paksaan, mereka akan tetap berkompromi. Bukannya kamu menunggu hal itu?”

Aku tidak mengerti, tapi Nanase tampaknya tidak mau ikut campur.

“Aku tidak berpikir strategi Housen-kun itu buruk. Ketika setiap kelas harus mendapatkan pasangan, mereka tidak akan berani bergerak dan tidak akan ragu untuk menunda negosiasi awal. Itu bisa menjadi keuntungan bagi kita dalam bertransaksi.”

Jika waktu yang tersisa tinggal sedikit, para siswa tahun kedua yang belum berpasangan akan menjadi tidak sabaran.

Bahkan mereka mau bertransaksi dengan siswa tahun pertama yang tidak layak.

“Jika kau sudah tahu itu, apa untungnya membuat kesepakatan dengan Horikita?”

“Kepercayaan.”

Sekilas, Nanase menatap Horikita dan Horikita pun mengangguk sebagai tanda konfirmasi.

“Kecepercayaan? Jangan membuatku tertawa. Itu hanyalah kata-kata manis yang tidak realistis, bukan?”

“Apa menurutmu begitu?”

Nanase menghadapi Housen dengan menggunakan kata kepercayaan.

“Dalam ujian khusus ini, kita mungkin tidak perlu membuat kesepakatan. Namun, beda lagi ceritanya dengan ujian di masa depan. Jika Housen-kun memusuhi semua siswa tahun kedua, ada kemungkinan terjadi situasi tak terduga dimana kamu tidak bisa mendapatkan pasangan meski membayar banyak poin pribadi. Masih mending jika kamu hanya mendapatkan penalti pada nilaimu, tapi bagaimana jika kamu kehilangan kendali dengan atas pasanganmu? Kamu tidak akan bisa menghindari pengeluaran dari sekolah.”

“Hah. Apa ada orang yang siap dikeluarkan bersamaku?”

“Dalam sistem sekolah ini, ada sesuatu yang disebut poin perlindungan.”

Untuk pertama kalinya dalam perdebatan ini, Nanase mengalihkan pandangannya kepada Horikita.

Meskipun Horikita sedikit terkejut mendengarnya, dia segera memahami situasinya dan mengangguk setuju.

“Ya, itu adalah poin khusus yang bisa digunakan satu kali untuk membatalkan pengualaran dari sekolah.”

Tentu saja akulah menceritakan topik ini kepada Nanase diperpustakaan pada hari Jum’at kemarin.

Bagi Housen, tidak diragukan lagi bahwa ini adalah pertama kalinya dia mendengar hal ini.

“Tidak mengherankan jika kamu tidak mengetahuinya karena baru saja memasuki sekolah, jadi ingatlah itu baik-baik. Jika ada ujian serupa di masa depan dan pasanganmu memiliki poin perlindungan… Dalam beberapa kasus, kamu bisa saja dikeluarkan dari sekolah secara sepihak.”

Semakin banyak musuh yang dia miliki, semakin banyak rintangan yang akan dia hadapi.

Semakin banyak kebencian yang tertuju pada Housen, semakin banyak cara yang agresif untuk mengeluarkannya dari sekolah.

“Itu sebabnya, pada saat ini kita perlu membangun hubungan kepercayaan.”

“Kau hanya ingin membodohiku.”

“Aku juga siswa tahun pertama. Tentu saja, aku akan mementingkan Kelas D tahun pertama. Housen-kun juga pernah berkata bahwa keberadaanku ini diperlukan bagi kelas, karena itulah aku tidak ingin kamu membuat kesalahan hanya demi keuntungan jangka pendek.”

Horikita tahu bahwa Housen mengakui keberadaan Nanase.

Dia berhasil mendapat kerja sama Nanase dan melancarkan serangan kepada Housen.

Perubahan situasi ini tidak menguntungkan bagi Housen.

Pertanyaannya sekarang, apakah Housen akan menerima kesepakatan setelah memahami situasinya?

Atau dia sudah siap menerima kerugian di masa depan hanya demi suatu imbalan?

“Aku minta maaf karena aku mendapat kebijaksanaan bersama, tapi aku tidak akan setuju dengan persyaratan yang sama.”

Nanase dan Horikita membuat landasan agar Housen memberikan respon.

Namun, tidak ada-ada tanda Housen akan menerima ide tersebut.

“Oi, Housen. Apa kau benar-benar siap untuk menjadi musuh tahun kedua…?”

Sudou mencoba untuk memprovokasinya, namun Horikita segera menenangkan Sudou dengan merentangkan tangannya.

“Dia belum meninggalkan negosiasi ini.”

“Benar, tidak perlu terburu-buru.”

Tampaknya Housen tidak jadi pergi, dia kembali duduk dengan bersikap angkuh seperti biasanya.

“Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Kami tidak akan merubah persyaratan setara.”

“Aku mengerti. Kuakui kau memiliki pendirian yang teguh.”

Housen bertepuk tangan sebanyak lima kali untuk memuji perjuangan Horikita.

“Tapi aku masih ragu dengan hubungan yang setara itu.”

“Jadi, kalau ada bukti bahwa kita itu setara, kamu mau bekerja sama?”

“Mungkin begitu.”

“Aneh. Meskipun kita berada dalam kondisi yang sama, kenapa kamu merasa bahwa kita ini setara?”

“Aku sudah tidak mempercayai siapapun lagi, kecuali orang-orangku (teman-teman). Ini bukan sebagai ucapan terima kasih, hanya saja pendapat pribadi.. sangat menyedihkan untuk mengatakan bahwa di masa depan Kelas 1D akan mengalami situasi yang sama dengan kalian.”

Memang, perkatakan Housen ada benarnya juga.

Meskipun ide Horikita menyangkut kesetaraan, Kelas D tahun kedua hanya tampak seperti mencari bantuan. Alih-alih membantu mereka di masa depan, kami hanya akan lebih fokus untuk menaikkan kelas di masa yang akan datang.

Ini seperti asuransi, tidak begitu banyak yang bisa digunakan.

“Kamu bersikeras untuk menolak sejauh itu, sebagai refrensi, maukah kamu memberitahu kami keinginanmu?”

“Beri aku satu juta poin pribadi sebagai jaminan. Jika aku mendapat bantuan dari Kelas 2D ketika aku sedang dalam kesulitan, aku akan mengembalikan poin tersebut.”

Mengingat jumlah transaksi kelas lain, itu bisa dikatakan cukup murah.

Namun bila mereka tidak menggunakan asuransi itu, maka satu juta poin pribadi itu akan berada ditangan mereka.

Intinya, poin tersebut akan menjadi milik Housen.

“Jika kepercayaan sangatlah penting seperti yang kau katakan, maka itu bukan masalah besar, kan?”

Jika tiba waktunya mereka meminta bantuan, satu juta poin pribadi itu akan kembali ke tangan kami.

“Kalau perlu, haruskah kita membuat perjanjian tertulis disini?”

Perjanjian tertulis akan efektif terhadap pihak sekolah, tapi dapat diasumsikan bahwa Housen akan bergantung kepada kami.

Dia mungkin akan bergantung pada kami ketika berada dalam situasi akan meninggalkan sekolah, tapi ada yang sedikit meragukan.. mungkin saja dia akan meminta teman sekelasnya untuk mengembalikan satu juta poin pribadi tersebut.

Dengan kata lain, perjanjian ini lebih berbahaya daripada kontrak kerja sama melalui transaksi poin pribadi dengan setiap orang.

Housen tidak hanya sembarangan bicara. Dia bernegosiasi dengan baik.

Dia adalah musuh yang kuat, sama seperti Ryuuen yang pandai memainkan sebuah trik dalam percakapan maupun perjanjian.

“Tentu saja yang kamu katakan itu bukan tanpa alasan, tapi kami tidak bisa menerima syarat ini.”

“Sayang sekali. Padahal aku sudah memberi solusi, tapi lagi-lagi nesosiasinya menjadi sulit.”

“Itu benar.”

Tampaknya Horikita tidak akan membentuk aliansi sampai Housen menerima usulannya. Namun jika itu terjadi, itu tergantung pada kombinasi acak. Bahkan dengan uang diivintestasikan, mereka memiliki resiko yang mengharuskan mereka untuk menginstruksikan siswa akademik rendah mencari kerja sama dari kelas lain.

“Hahaha!”

Begitu dia tertawa, Housen berbalik ke depan dari sofa yang dia duduki sebelumnya.

Kemudian dia merentangkan lengan besarnya dan meraih kerah baju Horikita.

Sudou adalah orang pertama yang bergerak untuk menentang Housen, karena dia menyaksikan kejadian itu tepat di sampingnya.

Dia meraih tangan Housen dan menatap dengan tajam.

“Oi… Jangan angkat tanganmu pada wanita.”

“Oh! Apa sekarang giliran si bodoh ini?”

“Tenanglah, Sudou-kun.”

“Tapi…!”

“Tidak apa-apa, negosiasi belum berakhir.”

Tampaknya negosiasi gagal, tapi Housen berkata tidak ada masalah dengan negosiasinya.

“Aku yakin dengan penglihatanku (insting). Apa kau pikir kau bisa mengalahkanku? Apa kau pikir aku tidak akan menghajar wanita?”

“Kata-katamu ketinggalan zaman. Kenapa kamu tidak menahan diri untuk tidak mengubah semua wanita menjadi musuhmu?”

“Kalau begitu aku akan mengajarimu dengan baik. Jika kau memberiku pertarungan, aku akan bekerja sama denganmu tanpa syarat.”

Sekarang, Housen menawarkan sesuatu yang gila.

“Kalau begitu aku akan memberimu pertarungan. Tidak ada keluhan, kan?”

“Baik itu Sudou atau Ayanokouji yang terlihat bodoh itu… Atau kau Horikita, aku akan menghadapinya.”

Housen bermaksud akan tetap bertarung tidak peduli siapapun lawannya.

“Aku sudah tidak tahan lahi. Tidak masalah, kan, Suzune? Jika aku menang, dia akan bekerja sama dengan kita…”

Kesabaran Sudou sudah mencapai batasnya karena melihat Housen yang tidak melepaskan kerah baju Horikita.

“Terlalu bodoh untuk membentuk kerja sama melalui pertarungan. Jika hanya itu satu-satunya penawarannya, kita tidak perlu meladeninya.”

“Kenapa? Dia sendiri bilang tidak ada masalah.”

Meski tidak mendengarkan perkataan Horikita, Sudou secara tidak sadar mengatakan apa yang dipikirkannya.

“Kupikir kamu sedikit lebih pintar. Ketika kamu pertama kali datang ke koridor kelas dua, aku merasa kamu berniat untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun kedua. Mengingat kita sama-sama Kelas D, aku juga ingin bekerja sama karena menurutku itu pilihan yang baik. Tapi…”

“Oh iya, aku mungkin pernah berpikir begitu.”

“Tapi… Itu ternyata aku hanya salah paham. Kamu sekalipun tidak pernah berpikir begitu.”

Horikita menghela napas panjang dengan mata tertutup.

“Negosiasi berakhir.”

Horikita mundur dengan mengakhiri negosiasi.

Pada saat itu, Housen yang tampak bahagia sebelumnya, mulai menunjukkan ekspresi kemarahan.

Sudou mencoba untuk mendapatkan kembali amarahnya dengan melepaskan tangan Housen dari Horikita.

Momen selanjutnya…

Plash! Suara percikan air terdengar dalam ruang karaoke.

Housen menyiramkan air minumannya ke wajah Horikita.

Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah diprediksi sebelumnya oleh Horikita.

Namun, sebelum Horikita bersuara, situasi mulai memanas. Sudou hendak melompat ke arah Housen dan naik ke atas meja.

“Bajingan!”

Sudou tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia merasa kesal melihat Housen menyiramkan air ke wajah Horikita.

Bagi kebanyakan orang, sikap Sudou memang terlihat seperti orang bodoh. Tapi wajar jika dia marah, itu karena dia melihat gadis yang disukainya dipermalukan oleh orang lain.

“Hentikan!”

Horikita berteriak dengan keras untuk menghentikan amukan Sudou.

Satu detik kemudian, mungkin tinju Sudou sudah mengenai pipi Housen.

“Sudah kubilang, kan!”

“Sudou… Jangan terjebak dalam rencananya.”

Horikita menatap Housen tanpa mempedulikan rambutnya yang basah.

“Kalau kamu tidak puas dengan berakhirnya negosiasi, kamu seharusnya bersikap lebih baik dari ini.”

Demi kelas, Horikita berusaha untuk menjalin kerja sama dengan Housen. Tapi sekarang, dia mungkin beranggapan jika diteruskan lebih jauh, ini hanya akan menimbulkan efek negatif.

Horikita memalingkan wajahnya dari Housen yang terus menatapnya.

“Ayo kita pergi.”

“Apa tidak masalah?”

Meskipun Sudou merasa kesal, dia tetap menuruti perkataan Horikita.

“Apa kamu tidak keberatan, Housen-kun?”

Di saat yang sama, Nanase juga mengkonfirmasi hal yang sama kepada Housen.

“Hah?”

“Kupikir kita harus bekerja sama dengan Horikita-senpai.”

“Heh, itu tidak akan berjalan lancar. Mereka sudah mengakhiri negosiasi.”

Housen setuju dengan Horikita yang mengakhiri negosiasi.

Kegagalan negosiasi disini merupakan masalah yang cukup serius. Aku menatap Horikita dari sampingnya.

Di mataku, Horikita tidak terlihat seperti orang yang kecewa. Sebaliknya, dia terlihat seperti orang yang masih melanjutkan negosiasi.

***

Setelah Horikita membayar karaoke, kami bertiga meninggalkan tempat itu.

Kupikir kami sudah keluar dari situasi tersebut, tapi ternyata Housen dan Nanase mengikuti kami.

Sudou terkadang memberi tatapan intimidasi ke belakang, tapi dia tidak bisa mengeluh karena mereka berdua dalam perjalanan yang sama untuk kembali ke asrama.

Begitu memahami situasinya, Housen memanggil dari belakang.

“Tunggu.”

“Kami tidak perlu menunggu. Pembicaraan kita sudah berakhir.”

Meskipun Horikita tidak mau meladeninya, Housen tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah.

Sepettinya pertaruhan Horikita telah bergerak ke arah yang benar.

“Horikita, apa yang kau katakan itu memang benar. Hari itu aku datang ke koridor kelas dua untuk melihat Kelas 2D. Aku juga tahu bahwa Kelas D adalah yang terendah di sekolah ini. Jika kalian memang direndahkan oleh kelas lain, maka itu cara tercepat untuk mendapatkan kerja sama kalian, karena kita sama-sama Kelas D.”

Menurut perkiraan Horikita.., Housen menargetkan Kelas D tahun kedua.

Apa dia ingin menjalin kerja sama yang setara atau tidak, itu adalah masalah lain.

“Jadi?”

“Kau tidak serius ingin mengakhiri negosiasi, kan? Kau dan aku itu sama, kita adalah pemimpin yang memikirkan hal yang sama, kan?”

“Selama kamu masih menuntut hal yang tidak masuk akal, keputusanku ini tidak akan berubah.”

“Jadi, kau mau menjalani ujian dengan pasangan secara acak dan menerima penalti?”

“Ya. Kalau perlu, aku siap menerima penalti.”

Meskipun itu merupakan situasi yang sulit, bukan berarti kami tidak dapat mengatasinya. Karena siswa yang berkemampuan akademik D dan E telah diamankan berkat Kushida dan yang lain.

“Baiklah. Lalu bagaimana dengan tawaran ini?”

Meskipun Horikita tidak ingin melanjutkan negosiasi, Housen memulai pembicaraan secara sepihak.

“Aku akan memerintahkan siswa di kelasku untuk bekerja sama dengan kalian. Asalkan kau memberiku dua juta poin pribadi.”

Bukannya membuat kompromi, dia malah meminta lebih banyak poin pribadi.

“Dua juta? Kamu tidak tahu diri.”

“Terserah kau mau bilang apa. Yang jelas, ini adalah satu-satunya cara untuk menghindari drop out. Kebanyakan siswa dari kelas lain telah memutuskan pasangan mereka. Jika kau menolak tawaranku, kau tidak akan mendapatkan apapun.Atau kau ingin kuhancurkan?”

“Menghancurkanku? Aku ingin tahu bagaimana kamu akan melakukannya. Dalam ujian khusus ini, siswa tidak akan dikeluarkan dari sekolah jika mematuhi aturan dan tidak gagal dalam ujian tertulis. Tentu saja aku akan memastikan teman sekelasku untuk mendapatkan nilai 501 poin, tidak peduli siapapun pasangan mereka. Jadi, apa kamu punya keberanian untuk melanggar aturan?”

Titik balik yang memisahkan tahun kedua dengan tahun pertama.

Horikita berhenti berjalan dan menoleh kebelakang untuk mendengarkan Housen.

Housen tertawa dan mengepalkan tinjunya.

“Jadi kau ingin mengendalikan dengan kekerasan… dimana-mana selalu ada orang yang seperti itu.”

“Ini adalah caraku, aku tidak peduli jika kau tidak menyukainya.”

“Kalau begitu kita mungkin tidak akan pernah saling memahami satu sama lain, ya.”

Setelah berhenti dipersimpangan, Horikita mulai berjalan kembali.

Horikita tidak menunjukkan sikap yang hancur hingga saat-saat terakhir.

Sebaliknya, dia tidak menyerah pada Housen.

Dengan batalnya negosiasi ini, hubungan setara mungkin tidak akan pernah terbentuk.

“Tunggu.”

“Apa ada lagi yang ingin kamu katakan?”

“Aku akan mempertimbangkan kembali pembicaraan kita sebelumnya.”

Setelah berakhirnya negosiasi ini, Housen mengatakan sesuatu yang tak terduga.

“Apa maksudmu?”

“Wajar jika kita harus bernegosiasi untuk mendapatkan keuntungan hingga menit-menit terakhir, kan?”

Housen berencana untuk melakukan kompromi.

“Jadi, kamu akan mengakui kerja sama yang setara?”

“Ini adalah waktu tambahan. Lebih baik kita pindah lokasi, ada kemungkinan seseorang akan melihat kita disini.”

Sekitar jam 10 malam di hari Minggu, sebagian besar siswa seharusnya sudah berada di kamar mereka masing-masing. Tapi tidak dapat dipungkiri bila ada seseorang yang datang kemari dan mendengar pembicaraan kami.

“Tapi aku tidak bisa begitu saja membawamu ke asrama.”

Karena sekarang sudah masuk jam malam, tidak banyak tempat yang baik untuk bertemu.

Tapi dengan sisa waktu yang sedikit, kami tidak bisa lagi menunda masalah ini.

“Terserah dimanapun itu, mau di belakang asrama atau di tempat lain. Kalau kau punya sedikit waktu, kita akan membicarakannya sampai selesai.”

Tentu saja, Horikita tidak akan mau begitu saja mengikuti Housen yang terlihat percaya diri seperti itu. Karena dia berharap Housen lah yang mengejarnya ketika dia memberi tekanan. Tapi…

“Baiklah. Kalau begitu, aku akan memberimu waktu 10 menit.”

“Ikuti aku.”

Housen memandu kami menuju asrama siswa tahun pertama.

(Tl note : asrama tahun pertama ini dulunya digunakan oleh siswa angkatan di tahun yang sama dengan Horikita Manabu)

Kemudian, kami berjalan menuju ke sisi belakang asrama.

Tempat yang gelap dan sepi, tempat ini tidak akan digunakan selain untuk membuang sampah, jadi saat ini.. tidak akan ada orang yang datang kemari.

“Kalau begitu mari kita lanjutkan. Ketentuan kami tetap sama, apa kamu keberatan?”

“Benar juga…”

Housen menyilangkan lengannya seolah sedang berpikir.

Setelah itu dia membuka silangan lengannya, lalu dia mengacungkan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kanannya.

“Tiga juta. Jika kau memberiku tiga juta poin pribadi, aku akan menyelamatkan teman-temanmu yang bodoh itu.”

Ide barunya ini membuat semua orang yang ada disini terdiam, termasuk aku.

“Apa yang kamu katakan!?”

Horikita terkejut mendengar hal itu, dia berulang kali menghela nafas.

Bukannya berusaha untuk mengembalikan negosiasi, Housen malah meminta lebih banyak poin pribadi.

Tampaknya masalah ini sudah tidak bisa lagi diselesaikan dengan akal sehat.

“Kau tidak mengerti? Kubilang beri aku tiga juta poin pribadi.”

“Jangan bercanda! Sudah kubilang, kami tidak akan memberikanmu poin pribadi sepersen pun.”

“Jadi, apa kau ingin aku mengatur negosiasi lagi?”

Housen seolah-olah akan membuat negosiasi lagi.

“Ternyata aku salah karena mencoba untuk mendengarkanmu…”

Horikita berharap Housen mau bekerja sama dengan adil. Tapi ternyata, harapan itu tidak menjadi kenyataan.

“Tunggu! Kau pikir kau bisa pulang begitu saja?”

Housen menunjukkan intidimasi dan memukul dinding dengan sedikit tenaga.

“Apa mungkin kamu akan menggunakan kekerasan? Di tempat yang sepi ini?”

“Setidaknya, aku bisa menghajar kalian sampai setengah mati!”

“Lakukanlah kalau kamu berani.”

Horikita menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, lalu dia mulai berjalan pergi.

Horikita tidak berpikir bahwa Housen benar-benar akan menggunakan kekerasan. Tapi…

Nanase memalingkan wajahnya dan berdiri dengan tenang.

Dia seolah mengetahui apa yang akan terjadi.

Housen bergerak.

“Suzune!!”

Sudou berteriak dan bergegas menarik lengan Horikita.

Tendangan Housen mengarah cepat ke tempat Horikita berdiri sebelumnya.

Kemudian, Housen menuju ke arah Horikita.

“Ah! Apa-!”

Horikita telah sadar bahwa Housen benar-benar serius untuk menyerangnya, tapi gerakan tubuh Housen sangat cepat dan kuat.

Sudou berusaha untuk melindungi Horikita dengan menerima pukulan dari Housen.

“Gah!”

“Hahaha! Tunjukkan padaku berapa lama kau bisa bertahan!”

“Pas sekali! Aku tidak akan memaafkanmu karena mencoba untuk menyerang Suzune!”

Housen menyerang Sudou sambil tertawa dengan keras.

Sudou yang sudah habis kesabaran pun juga memberikan perlawanan.

“Apa yang kamu lakukan!”

Wajar jika Horikita kesal melihat mereka berdua berkelahi dengan serius.

Meskipun tempat ini cukup sepi, bisa saja akan jadi masalah bila ada seseorang yang melihat perkelahian ini.

Entah itu drop out atau tidak, tidak aneh jika mereka akan diskors dari sekolah.

“Horikita-senpai. Mungkin situasi sekarang agak berbeda dengan situasimu tahun lalu.”

Nanase yang melihat situasi ini mulai berbicara dengan sikap yang dingin.

“Aku yakin senpai sangat menyadari tindakan dan konsekuensi karena sudah bersekolah selama satu tahun, namun saat ini kami siswa tahun pertama lebih memahaminya daripada kalian.”

“Apa maksudmu?”

“Beberapa waktu yang lalu, perwakilan setiap kelas di tahun pertama dipanggil ke ruang OSIS dan menerima penjelasan dari Ketua OSIS Nagumo. Mulai tahun ini, kami bebas untuk membuat formulir agar sekolah ini menjadi lebih efektif.”

“Jadi kamu mau bilang kalau mereka mengizinkan siswa berkelahi?”

“Aku tidak bilang begitu. Namun sejauh yang dikonfirmasi Housen, Ketua OSIS Nagumo berjanji tidak akan membuat peraturan seketat tahun lalu dan perkelahian biasa akan dizinkan sampai batas tertentu.”

Tidak seperti Kakak Horikita, Nagumo mentoleransi perkelahian.

OSIS bekerja sebagai penengah konflik antara siswa, jika mereka benar-benar memberi izin untuk berkelahi hingga batas tertentu, maka itulah alasannya kesepakatan Horikita dan Nanase sulit tercapai.

Selain itu, Housen dan Sudou nampaknya akan mulai memutuskan pemenang dan pecundang.

“Majulah!”

Meskipun tubuh Sudou cukup terlatih, Housen mendorong Sudou ke dinding dengan kekuatan yang lebih besar.

Housen meraih kerah baju Sudou dengan kedua tangannya, lalu kaki Sudou terangkat dari tanah.

“Ba-jingan!”

Di bawah tekanan, Sudou tetap menunjukkan perlawanan, tapi dia hanya bisa bertahan melawan serangan Housen.

Dengan terangkatnya kakinya, Sudou dihempaskan ke dinding.

“Ugh! Brengsek!”

Sudou juga meraih lengan Housen dan memberikan tendangan untuk meloloskan diri. Tubuh Housen sedikit berguncang.

Sudou berhasil meloloskan diri dan langsung melancarkan serangan tanpa takut sedikitpun, tapi pada saat itu Housen segera mengarahkan tendangan langsung ke tubuh Sudou, lalu punggung Sudou terbentur ke dinding di belakangnya karena dampak tendangan Housen.

Mereka tampak bersaing kekuatan dalam perkelahian ini, tapi kekuatan mereka sangat jauh berbeda.

Sudou yang mudah membuat orang lain memusuhinya, mungkin telah melalui banyak perkelahian.

Dengan tubuh dan kemampuan fisiknya serta aktifitasnya di klub basket, hampir tidak ada orang yang mau melawannya.

Kecuali siswa yang bernama Housen ini. Mungkin jumlah perkelahian Housen tidak ada bandingannya dengan Sudou, mungkin saja dia telah mengalami pertarungan yang mengerikan. Pengalaman mereka berkelahi terlihat jelas berbeda. Housen memiliki tubuh yang besar dan kuat, dia bahkan tidak takut sedikitpun melawan senior. Dan gerakannya yang cepat itu, sepertinya itu adalah bakat alaminya.

Mungkin ini alasan Ryuuen tidak mau melawan Housen.

Ryuuen pernah berkata “Aku tidak akan melawan gorilla dalam situasi yang tidak ada untungnya bagiku." Meski begitu, Sudou tidak akan mudah untuk menyerah. Dia tidak akan tumbang begitu saja, karena dia termasuk salah satu siswa terkuat di tahun kedua. Tapi Housen terus menyerangnya tanpa henti.

Housen memberi pukulan dari sisi kiri dan kanan.

Jika Sudou mencoba melawan balik, pertahanannya akan hancur dalam sekejap dan dia akan menerima pukulan telak.

“Tidak ada gunanya berkelahi!”

Teriakan Horikita tidak mencapai Housen. Sepertinya mustahil untuk menghentikan Housen dengan kata-kata.

Tapi suara Horikita mencapai Sudou. Sejenak, Sudou menatap Horikita.

“Ura-aaaa!”

Dia tambah semangat mendengar suara orang yang ingin di lindunginya.

Sudou mencoba untuk maju dan mendorong mundur Housen, dia berniat mengalahkan Housen.

“Haha! Apa kau ingin membandingkan kekuatan diantara kita berdua?”

Housen juga bergerak maju dengan tubuhnya yang besar itu, dia meraih Sudou dan mengangkatnya.

“Uwoooo!”

Lalu dia melempar Sudou ke dinding dan memprovokasi dengan menggerakkan tangan kirinya.

“Itu perlawanan yang bagus. Majulah!”

“Bacot!”

Housen menghina Sudou yang dipenuhi dengan kemarahan.

Kali ini Sudou ingin membalasnya. Tapi…

“Oi, Sudou. Lihatlah wajah Horikita. Tampaknya dia menatapmu seolah melihat setan.”

Housen mengatakan itu sambil menunjuk Horikita yang berdiri di belakang Sudou, lalu Sudou pun menghentikan serangannya.

Di tengah perkelahian itu, Housen berusaha untuk memperdaya lawannya. Sudou pun akhirnya menyadari bahwa dia telah kehilangan ketenangan dan terlibat dalam perkelahian, dia mengalihkan pandangannya dari musuh kuat yang ada di depannya dan melihat ke belakang.

Memang benar, Horikita tidak setuju jika Sudou berkelahi.

Tapi dia tidak ketakutan melihat Sudou. Dia hanya khawatir dan mencoba untuk melakukan semampunya.

Dia hanya bisa berteriak untuk menghentikan perkelahian ini. Sudou lengah untuk sesaat.

Lalu dia segera menyadari situasinya, tapi itu sudah terlambat.

Dengan tersenyum kejam, Housen mendaratkan pukulan kuat ke wajah Sudou yang sedang lengah.

Serangan mendadak dengan satu pukulan telak.

Sudou memang memiliki fisik yang kuat, tapi pukulan yang diterimanya itu lebih keras dari sebelumnya.

Jika dia adalah siswa biasa, mungkin tidak hanya rasa sakit saja yang diterimanya, mungkin saja lehernya bisa patah.

Sudou yang memiliki tubuh besar itu terhempas ke belakang dan terbaring di tanah, dia bahkan tidak bisa berdiri dengan benar.

“Argh!?”

Sudou mengerang kesakitan.

Meskipun Housen tidak berbuat licik, dia tetap unggul dalam perkelahian ini, tapi dia sengaja menjebak Sudou dengan perangkap sederhana.

Housen tidak hanya melukai Sudou secara fisik tapi juga secara mental. Meskipun Sudou tidak kehilangan kesadarannya, dia merasa sangat kesakitan.

Dalam situasi ini aku memikirkannya kembali, orang macam apa Housen Kazuomi ini.

Apa yang dia pikirkan? Apa yang dia rasakan? Dan apa yang dia inginkan dalam negosiasi ini? Horikita berkata bahwa Housen menargetkan Kelas 2D ketika dia pertama kali datang ke koridor kelas dua. Dan dia pun juga mengakuinya, setelah mempertimbangkan manfaat kerja sama dengan Kelas D tahun kedua. Di tengah negosiasi, dia menggunakan keunggulannya, tapi itu tidak begitu masalah.

Namun, dia merasa kesulitan ketika Horikita menolak tawarannya.

Seandainya dia melanjutkan negosiasi yang menguntungkan, mungkin Horikita akan menyerah untuk kerja sama yang setara. Tapi dia malah mengendalikan situasi dengan paksa secara terus menerus, akhirnya situasinya berkembang menjadi perkelahian.

Dia menyiramkan air minum ke wajah Horikita, bahkan dia berkelahi dengan Sudou.

Padahal dia bisa saja diskors atau drop out, tapi kenapa dia terlihat begitu semangat?

Aku sudah memikirkan hal ini dari tadi.

Apa dia sungguh berpikir jika mengendalikan situasi dengan kekerasan bisa menguntungkannya?

Tidak, kurasa orang ini tidak sebodoh itu.

Lalu apa yang dia incar? Apa yang akan diperoleh Housen dari perkelahian ini?

“Sekarang pengawal yang handal ini sudah tumbang. Siapa selanjutnya?”

Housen berjalan mendekati kami berdua, lalu dia menatap aku dan Horikita secara bergantian.

Bahkan setelah melawan Sudou, dia tidak terlihat kesulitan untuk bernafas.

“Apa kamu pikir… kami akan menyerah pada kekerasan?”

“Aku akan menghancurkanmu di sini dan memaksamu untuk menulis satu atau dua kontrak hingga kau menangis. Jika kau menolak, aku akan terus menghajarmu sampai setengah mati.”

(Tl : Parah, terlalu barbar ni orang)

Dia mungkin ingin bilang kalau dia siap untuk berkelahi, tapi itu akan menyebabkan masalah. Lagipula menulis kontrak dengan cara ini tidak begitu efektif, bisa saja kami pura-pura menurutinya agar dia bisa tenang, tapi kami tidak akan melakukan itu. Karena kami tidak akan menyerah pada kekerasan Housen.

“Kalau begitu… Aku akan menghentikanmu.”

Setelah mengambil keputusan, Horikita bersiap untuk bertarung.

“Menarik! Jika kau akan melakukannya, aku akan menyambutnya.”

Melihat sikap Housen itu, dia mungkin tidak tahu bahwa Horikita bisa memakai seni bela diri. Tapi kurasa dia tidak akan terkejut melihatnya. Horikita belum memahami hal itu.

Kemudian, Housen menyerang dengan lengan besarnya itu tanpa peduli sedikitpun.

Horikita menghindarinya dan mendaratkan satu pukulan menuju rahang Housen.

Seketika, pertarungan sudah langsung dimulai.

“Hoo!”

Tapi tangan Horikita dapat ditangkap dengan mudah oleh Housen.

“Gerakanmu sangat bagus. Tapi…”

Housen mengarahkan tamparan ke wajah Horikita dengan lengannya yang besar itu.

Horikita mencoba untuk menghindarinya, tapi dia gagal karena serangan itu terlalu cepat. Serangan itu mengenai Horikita, dia pun terlempar dan terguling di tanah.

“Su-Suzunee!”

Sudou berteriak dan mencoba bangkit sambil menggertakkan giginya. Tapi dia tidak bisa menggerakkan kakinya sedikitpun, dia tidak mampu berdiri lagi.

“Yo, Horikita. Ayo kita bernegosiasi.”

Horikita terbaring di tanah, sambil menahan rasa sakit, dia menatap Housen yang mencoba untuk mengancamnya.

“Lima juta poin pribadi. Dengan ini semuanya cocok, kan?”

Itu tidak masuk akal. Jumlahnya naik ke tingkat yang tidak bisa lagi dibayar.

“Jangan bercanda, aku tidak akan membayarnya… Ayanokouji-kun, seseorang, panggil seorang guru…”

Untuk menyelesaikan masalah ini, tidak ada pilihan selain mengharapkan campur tangan orang dewasa, atau kerumunan banyak orang. Meskipun itu Housen, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

“Jadi kau sadar kau tidak bisa melawanku… Yah, tidak masalah. Tapi apa kau yakin? Meskipun aku sendiri yang memulai perkelahian, faktanya kalian juga menyerangku, kan? Apa kalian juga ingin dihukum?”

Meskipun dia mencoba untuk membenarkan dirinya sendiri, tidak bisa dipungkiri bahwa kami juga akan menerima hukuman.

Namun jika tragedi ini berlanjut lebih jauh, pihak ketiga harus turun tangan.

“Bajingan!!”

“Minggir!”

Sudou mencoba untuk bangkit, namun Housen menendangnya tanpa ampun. Lalu akhirnya Housen mengarahkan pandangannya kepadaku.

“Berapa lama lagi kau akan melihat, brengsek?”

“La-larilah… Ayanokouji-kun…”

“Lari? Lebih baik jangan. Jika kau lari, luka Sudou dan Horikita akan lebih buruk dari ini.”

Aku pun juga sedang memikirkan situasi saat ini.

Apa yang ingin dilakukan Housen sekarang?

Apa dia akan menggunakan kekerasan untuk menghindari tuntutan?

Tidak, itu terlalu tidak realistis.

“Horikita, aku akan memberimu kesempatan terakhir.”

“Terakhir…?”

“Jika sekarang kau mau menyiapkan poin pribadi untukku, aku tidak akan membunuh Ayanokouji.”

Housen memasukkan tangannya ke dalam sakunya untuk mengambil sesuatu.

Sesaat, aku tidak tahu benda apa yang akan dikeluarkannya. Kemudian di dalam kegelapan, aku bisa melihat sinar perak pada benda yang keluar dari ujung selubungnya.

“A-apa yang mau kamu lakukan!?”

“Dilihat saja sudah tahun, kan. Ini pisau, tentu saja ini asli.”

Kecerahannya jelas berbeda dari pisau mainan yang digunakan saat pesta.

“Jika kau menolak tawaranku, aku akan menusuk Ayanokouji dengan pisau ini.”

“Jangan bercanda!”

“Aku tidak bercanda! Aku akan melakukannya demi mendapatkan poin pribadi!”

Housen perhalan-lahan menatapku dengan pisau ditangannya.

“Tapi sampai saat terakhir pun, aku tidak mengerti betapa Mengerikannya dirimu.”

Housen menatap langsung mataku dan mengatakan sesuatu yang mengagumkan seperti itu.

“Kamu tidak perlu melakukan sesuatu yang beresiko besar seperti itu.”

Seolah-olah serangkaian arus yang tidak dapat dikendalikan sejauh ini telah memperingati dan mengharapkan sesuatu.

Selangkah demi selangkah, seseorang mulai mendekatiku.

Orang itu adalah Nanase, siswa di kelas yang sama dengan Housen, dia mencoba untuk menghentikan teman sekelasnya.

“Hentikan. Sudah kuduga, aku tidak bisa… menerima caramu ini.”

Nanase berdiri di antara Housen dan aku, dia mencoba untuk memisahkan kami berdua dengan merentangkan tangannya.

“Minggir Nanase. Kau seharusnya mengawasi dan memastikan tidak ada yang melarikan diri, tapi apa yang kau lakukan sekarang ini?”

“Demi Kelas D tahun pertama, aku akan membantumu sampai akhir. Tidak peduli seberapa buruknya strategimu, aku menyetujuinya. Tapi sepertinya itu adalah sebuah kesalahan.”

Nanase berdiri di depan Housen, lalu dia mengalihkan tatapannya ke arah Horikita.

“Sejak awal, memang tidak mungkin untuk bekerja sama dengan Housen-kun. Horikita-senpai pernah berkata bahwa Housen-kun menargetkan Kelas 2D ketika datang ke koridor kelas dua, lalu mendapat ide untuk bekerja sama. Tapi sejak awal… Itu hanyalah sarana demi melakukan ini semua. Meskipun senpai memberinya 5 juta poin pribadi, senpai tetap akan mengalami hal yang sama.”

Horikita terkejut mendengar kebenaran itu, dia tidak bisa menyembunyikan rasa gelisahnya.

Tidak peduli berapa kalipun mengadakan negosiasi, Housen tidak akan mau bekerja sama. Itu bukanlah kesalahan Horikita. Itu karena tidak ada di antara kami yang bisa memperkirakannya.

Mungkin ada sebuah informasi yang tidak bisa dikatakan. Mungkin saja beberapa instruksi telah diberikan kepada Housen dan Nanase, tapi tidak untuk kami. Kalau memang begitu, sejak awal negosiasi untuk bekerja sama yang setara ini tidak akan bisa tercapai.

“Tidak usah banyak bicara! Dari awal kau sendiri yang menyerahkan rencana ini kepadaku. Kalau kita bisa mengeluarkan Ayanokouji dari sekolah, kelas kita akan mendapatkan banyak poin pribadi. Itu jelas sangat menguntungkan.”

“Kurasa begitu. Tapi aku belum bisa memastikan apakah Ayanokouji-senpai benar-benar pantas untuk ditargetkan.”

“Itu bukan urusanku. Jika kau hanya akan menghalangiku, lebih baik kau mundur saja!”

Housen mendorong Nanase dengan lengannya yang besar, sama seperti yang dia lakukan kepada Horikita.

Ketika melihat kejadian di depan mataku ini, aku mendapatkan suatu jawaban. Akhirnya, sekarang semuanya sudah jelas.

“Majulah, Ayanokouji.”

Housen memegang pisau dengan tangan kanannya. Tentu saja, orang yang ada di sini mengira dia akan menyerangku dengan senjata tersebut.

Housen tertawa dan mengacungkan pisau.

Aku berjalan maju ke depan, tentu saja dengan pikiran yang jernih.

“Ayanokouji-kun-!”

Aku berlari mendekati Housen, sementara Horikita menyuruhku lari dari tempat ini.

Tentu saja saat ini orang-orang akan berpikir bahwa aku sudah gila, karena hanya orang gila yang mau menghadapi lawan yang sedang memegang pisau. Selain itu, dia bukan musuh yang lemah, dia adalah musuh yang sangat kuat.

Saat ini, Housen tersenyum lebar. Dia pasti mengira aku dengan bodohnya telah masuk ke dalam perangkap.

Tapi tindakanku ini bukan untuk menghentikan penusukan.

Merasa diriku semakin mendekatinya, Housen mempercepat ayunan pisau ke bawah.

Target yang dituju oleh pisau itu… bukanlah aku. Melainkan Housen Kazuomi, dia mengincar dirinya sendiri.

Aku menggunakan tangan kiriku untuk menghentikan laju pisau tersebut, aku mencegahnya sampai ke bawah.

Aku tidak meraih lengan Housen atau menghindarinya, aku sengaja membiarkan telapak tanganku tertusuk oleh pisau itu.

“Apa!?”

Tindakanku ini jelas merupakan pengecualian dalam rencana Housen.

Dia tidak mungkin memprediksi hal ini sebelumnya.

Tidak ada yang bisa membayangkan kalau aku akan sengaja membiarkan diriku sendiri tertusuk oleh pisau.

Lengan yang mengayunkan pisau telah berhenti sepenuhnya. Dalam sekejap, senyum di wajah Housen telah menghilang.

“Kau… Ayanokouji!”

Wajar jika dia bingung. Orang-orang pasti keheranan melihat tindakanku ini.

Tindakanku terlihat seperti orang yang sudah putus asa untuk ditusuk pisau.

Darahku terciprat dari pisau yang menembus telapak tanganku.

“Pisau itu, tepatnya pisau kecil yang aku beli.”

“Apa yang kau bicarakan…?”

“Kau berencana menusuk kakimu sendiri dengan pisauku ini. Setelah itu, kau hanya perlu melaporkan tentang penusukan dan aku akan dikeluarkan dari sekolah dengan bukti yang ada. Kurang lebih rencananya seperti itu, kan?”

Jika melihat cara Housen memegang pisau, itu jelas bukan untuk menusuk lawan. Alasan dia menaikkan pisaunya ke atas adalah.. untuk menunjukkan dirinya telah ditusuk. Dan itu lebih alami jika menekan pegangan secara terbalik dan membuat ujung pisau tegak menghadap ke bawah.

“Oh. Jadi karena kau sudah mengetahuinya, kau sengaja ditusuk. Kau sudah gila!”

Housen tertawa dengan kesal.

“Ini adalah cara terbaik untuk menghentikanmu. Kau datang ke sini untuk mendapatkan luka yang serius.”

Meski terbukti itu adalah rencana yang efektif, melukai diri sendiri sangatlah berbahaya. Kebanyakan orang tidak akan sanggup untuk melakukannya.

Itu sebabnya, jika dia tertusuk, dia bisa memberi pernyataan bahwa dia telah ditusuk oleh seseorang.

“Tampaknya kalian menjalankan suatu ujian yang istimewa seperti ujian khusus, sepertinya ujian ini telah diberikan kepada sejumlah siswa tahun pertama. Yang kudengar dari percakapanmu dengan Nanase tadi adalah Mengeluarkanku dari sekolah. Entah bagaimana aku sampai ke tempat ini dan situasi berkembang menjadi perkelahian yang agresif. Setelah itu, aku akan melawan karena Horikita dan Sudou sudah terluka. Kemudian dalam keadaan darurat, aku akan menusuk Housen dengan pisau yang kusembunyikan, lalu aku pun dikeluarkan dari sekolah. Itulah skenario yang konyol ini.”

Bahkan jika ada toleransi terhadap perkelahian, tetap saja akan mendapatkan hukuman. Masih mending kalau hukumannya hanya dikeluarkan dari sekolah. Tapi bagaimana jika lebih parah dari itu? Bisa saja itu akan berkembang menjadi kasus pidana karena telah menggunakan pisau.

“Kudengar itu bukanlah omong kosong. Tapi karena aku tidak terlalu merasakannya, terus terang.. aku meremehkanmu. Aku memang bermaksud datang ke sini untuk menusuk diriku sendiri… Bagaimana kau bisa tahu kalau ini adalah pisaumu?”

“Aku telah melakukan penyelidikan. Hingga kemarin, akulah satu-satunya pembeli pisau ini. Tapi jika kau memiliki pisau yang sama, aku akan segera mengetahuinya.”

Bagiku sangat mudah untuk meraih lengan Housen dan merebut pisau darinya. Aku cukup mendekatinya dan mencegah pisau itu sampai ke kakinya. Tapi itu bukan solusi yang tepat untuk masalah ini. Satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah.. menyegel rencana Housen sepenuhnya seperti sekarang ini.

Housen mencoba untuk melepaskan pegangannya dari pisau, tapi aku menahan tangannya dengan cengkramanku.

“Kau…! Siapa kau sebenarnya…?”

Mengetahui kekuatanku ini, ketenangan Housen sebelumnya telah menghilang sepenuhnya.

“Apa yang sebaiknya dilakukan? Meskipun pemilik pisau ini adalah aku, kaulah yang menusukku. Selain itu, aku juga melakukan penyelidikan tentang barang yang kau coba beli sebelumnya. Kau tidak bisa mengelak, kau akan dikeluarkan dari sekolah, Housen.”

Di gagang pisau terdapat sidik jariku dan Housen. Situasinya sekarang yaitu telapak tanganku tertusuk oleh pisau itu, jadi dia tidak bisa lolos begitu saja. Rencana Housen telah berbalik menyerang dirinya sendiri.

“Kau membaca tindakanku sampai sejauh itu…!”

Setelah memberiku tatapan yang tajam, Housen melepaskan pegangannya pada pisau, lalu dia menjauh dariku. Sedangkan pisau tersebut masih menempel ditanganku.

Sekarang keadaan telah berbalik sepenuhnya kepadaku.

Horikita dan Sudou mulai bangkit perlahan dan memulihkan diri mereka.

“A-apa kau baik-baik saja, Ayanokouji-kun…?”

“Ayanokouji…”

“Jangan khawatir.”

Tidak mengherankan jika dua teman sekelasku ini cemas dengan keadaanku, tapi sekarang sudah agak terlambat.

Yang lebih penting sekarang adalah menjaga situasi ini untuk mengendalikan Housen dengan sempurna.

“Kau, seberapa jauh kau mengetahuinya? Nanase, apa kau yang memberitahunya?”

“Aku tidak mengatakan apa-apa.”

“Pertama kali aku merasa curiga ketika aku dan Amasawa pergi berbelanja ke Keyaki Mall.”

“Amasawa-san? Gadis itu juga terlibat dengan masalah ini?”

“Ya! Ketika Housen mencoba membeli pisau, petugas melihat Amasawa menghentikannya. Kaulah yang memikirkan rencana liar ini, namun Amasawa yang membuatnya lebih sempurna. Jika kau sendiri yang membeli pisau dan menusukkannya pada dirimu, secara alami kau akan diperiksa dan kau akan mendapatkan masalah. Tapi jika aku yang membeli pisau, situasinya akan sangat jauh berbeda.”

Satu-satunya alasan Amasawa memilih pisau yang mahal yaitu karena memiliki sarung.

Pisau kecil ini akan menjadi barang yang paling bagus untuk rencana Amasawa dan Housen.

Tentu saja ada cara lain untuk membungkus pisau, tapi ketika ingin membawanya, lebih praktis dan mudah jika itu pisau yang memiliki sarung. Hal yang paling mencurigakan adalah.. Amasawa dapat menemukan pisau ini dengan mudah, padahal hari itu dia baru pertama kali datang ke toko itu.

Kemudian pada hari Jum’at, Amasawa datang ke kamarku dan berkata bahwa dia kehilangan ikat rambutnya, tapi tujuan dia yang sebenarnya adalah mengambil pisau tersebut. Dia sengaja berbohong, karena bila pisau itu diambil terlalu cepat, aku akan menyadarinya kalau pisau itu telah tiada. Jadi dia harus mengambil pisau itu disaat-saat terakhir. Setelah mengambil pisau itu tanpa meninggalkan sidik jarinya, dia menyerahkannya kepada Housen.

Jika Amasawa tidak bisa mengambil pisau itu, mereka akan menunda hari penyerangan.

“Sialan! Kerja sama dengan wanita memang akan berakhir menjadi kegagalan.”

“Tidak, rencanamu berjalan sejauh ini berkat Amasawa. Jika hanya kau sendiri yang merencanakannya, kau akan hancur.”

“Bagaimanapun, situasinya sekarang telah berpihak kepadamu, Ayanokouji-senpai.”

Darah yang keluar dadi tanganku juga menempel di pakaian Housen. Tidak ada jalan baginya untuk melarikan diri.

Seandainya dia secara paksa mengambil pisau ini kembali dan menusuk kakinya, dia tidak akan bisa menang.

Kalau dia ingin melakukannya, tentu saja aku akan menghentikannya dengan sekuat tenaga. Karena aku sudah tahu seberapa kuat Housen setelah menghadapinya.

Dari sinilah yang terpenting.

“Masalah ini cukup antara kau dan ‘kami bertiga’ saja yang tahu.”

(Tl note : ' Kiyo, Sudou dan Suzune)

“Apa maksudmu? Apa kau akan membuang kesempatan untuk mengeluarkanku dari sekolah?”

“Sebagai gantinya, ada dua syarat untuk itu.”

“Dua?”

Syarat pertama.. tentu saja dia sudah tahu.

“Kau dan Kelas 1D akan menjalin kerja sama yang setara dengan Horikita dan Kelas 2D.”

“Jika menolak, aku akan dikeluarkan dari sekolah, ya. Jadi aku harus mematuhinya. Lalu apa syaratnya yang satu lagi?”

“Aku ingin kau bekerja sama denganku, kau akan menjadi pasanganku dalam ujian khusus ini.”

Sejak pertama kali melihat Housen, aku akan memilihnya sebagai pasanganku jika berada dalam posisi untuk memilih. Ada beberapa alasan untuk itu, tapi yang paling penting adalah dia tidak peduli dengan perilaku yang menonjol. Jika aku menjadi Tsukishiro, aku akan memberinya peringatan untuk tidak melakukan hal yang menonjol di sekolah. Lalu.. jika Horikita tidak dapat menyelesaikan negosiasi, aku akan menemui Housen secara pribadi dan mengajukan syarat tadi, namun rangkaian peristiwa ini berjalan baik untuk kami.

“Apa kau sudah gila…?”

“Kau baru saja memasuki sekolah ini, banyak hal yang belum kau lakukan. Jika kau meninggalkan sekolah sekarang, kau tidak akan bisa menikmatinya. Aku tidak tahu apa yang terjadi di SMP, tapi aku tahu cerita tentang persainganmu dengan Ryuuen hanya berakhir sebagai rumor. Itu berarti tidak ada bukti bahwa kau adalah siswa yang kuat. Setidaknya yang kulihat dalam setahun ini, Ryueen telah menjadi orang yang lebih kuat dibandingkan dirimu.”

“Brengsek!”

Seorang pria bernama Housen Kazuomi memiliki suatu kebanggaan.

Itu adalah kesombongan sebagai orang yang kuat.

Dia pasti akan marah jika Ryuuen dikatakan lebih kuat darinya, terlepas dari kekuatan fisik mereka berdua.

Di atas semua itu, dia tidak bisa mentolerir pilihanku.

Jika Housen yang memiliki kemampuan akademik B+ mendapatkan nilai 0 poin, drop out tidak bisa dihindari.

Tidak mengherankan jika dia ingin menyeretku keluar dari sekolah bersamanya. Meskipun dia hampir bersih seperti orang biasa, aku tidak bisa mengatakan 100% bahwa Housen Kazuomi bukanlah siswa dari White Room.

Tidak peduli seberapa keras aku mencobanya, aku tidak bisa menghapus titik itu. Namun sekarang situasinya berbeda. Meskipun dia gagal dalam ujian khusus ini, fakta bahwa dia telah menusukku masih ada.

Jika ada insiden aneh di belakang layar, Tsukishiro tidak akan bisa memaksaku untuk segera keluar dari sekolah ini, karena nantinya akan dibahas apa yang terjadi dan mengapa Housen mendapatkan nilai 0 poin.

Tidak peduli trik yang digunakan Tsukishiro, situasi dimana aku dikeluarkan dari sekolah tidak akan terjadi.

“Baiklah, Ayanokouji-senpai. Ini pertama kalinya aku sangat bersemangat melawan seseorang. Aku tahu rasanya tidak akan menyenangkan untuk menghancurkanmu hanya dengan kekuatan. Aku akan membunuhmu, jadi nantikanlah.”

Housen terlihat sedikit kesal. Sekarang dia berubah pikiran dan menggeser jadwal serangannya kepadaku ke pertempuran yang selanjutnya.

“Aku akan tetap tinggal disini. Ada sesuatu yang perlu aku jelaskan pada Ayanokouji-senpai.”

“Hah? Apa maksudmu, Nanase?”

“Aku memutuskan itu demi kebaikan Kelas D tahun pertama. Lagipula Ayanokouji-senpai dan Horikita-senpai sudah sangat waspada terhadap kita. Jadi lebih baik jika mereka mewaspadai semua kelas tahun pertama, kan?”

Meskipun detailnya belum diketahui, Housen menerima gagasan Nanase.

“Lakukanlah sesukamu.”

Housen kembali ke asrama sebagai orang pertama yang pergi pada kesempatan ini.

***

Nanase, siswa Kelas D tahun pertama tinggal bersama kami bertiga di tempat ini.

Mungkin akan muncul satu atau dua cerita darinya, tapi sebelum itu ada sesuatu yang harus dilakukan, yaitu menenangkan Horikita yang tampak panik melihat pisau tertancap di tanganku.

“A-apa yang harus kulakukan…? Apa aku harus mencabut pisau itu?”

Bahkan Horikita yang biasanya bersikap tenang, menjadi panik melihat situasi yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.

“Tidak perlu. Ini memang terlihat buruk, tapi untuk sekarang lebih baik dibiarkan seperti ini saja.”

Gagal menanganinya bisa menyebabkan pendarahan hebat.

“Bagaimana dengan kalian berdua? Apa kalian terluka?”

“Dibandingkan dengan lukamu, luka ku tidak seberapa…”

“Ya… Aku juga baik-baik saja.”

Sudou juga berjalan ke sampingku, ekspresinya berubah menjadi tragis ketika melihat kondisi tangan kiriku.

“Bagaimana kau bisa tetap tenang dengan situasimu sekarang ini?”

“Entahlah, aku juga tidak tahu.”

Aku hanya bersikap seperti biasa, tidak ada alasan khusus.

“Dan juga… Perlawananmu sangat kuat…”

“Aku hanya mengambil pisaunya secara paksa.”

“…Bagiku tidak terlihat seperti itu.”

Sudou memberikan kesannya yang jujur setelah melihatku melawan Housen sebelumnya, mungkin karena dia punya pengalaman dalam perkelahian. Bisakah aku menipunya dan Horikita?

Kemudian aku mengambil ponsel dengan tangan kananku dan menghubungi Chabashira.

“Aku ingin meminta sedikit bantuanmu. Bisakah kau segera datang ke belakang asrama tahun pertama? Tentu saja, secara diam-diam. Lalu bawakan aku handuk.”

Dia sepertinya sedikit bingung dengan panggilan mendadak ini, tapi dia merasakan situasinya sedang mendesak dan berjanji untuk segera datang.

Sebaiknya kami tidak bergerak dari sini sampai saat itu.

Situasinya akan sangat merepotkan jika siswa lain melihat tanganku ini.

Meski begitu… Nanase tidak menunjukkan rasa gelisah sedikitpun melihat situasi ini.

Dia juga merespon dengan tenang saat aku tertusuk pisau dan darahku berceceran.

Aku sama sekali tidak merasakan intensitas rangsangan visual.

“Bisakah kau memberitahuku sesuatu, Nanase?”

“Jika aku tidak bicara, kami Kelas D tahun pertama akan berada dalam kerugian.”

“Kau tahu situasinya akan berkembang seperti ini… kan?”

“Begitulah. Housen bertujuan untuk menusuk kakinya sendiri dan membuat Ayanokouji-senpai dikeluarkan dari sekolah.”

Dia menggunakan kata-kata sopan untuk menjelaskan sesuatu yang terdengar buruk.

“Apa kamu bersikap ramah kepada kami hanya demi itu semua?”

“Tidak, itu salah. Aku benar-benar ingin bekerja sama dengan Horikita-senpai dan membantu kelas satu sama lain. Tapi… mengincar Ayanokouji-senpai adalah prioritas utama.”

Baik Housen maupun Nanase mendekati Kelas D tahun kedua karena aku ada di sana.

“Kenapa kau melakukan itu? Tidak seperti Ayanokouji-kun, aku tidak akan memaafkan ini. Dalam kondisi tertentu, aku berpikir untuk segera melaporkannya pada pihak sekolah.”

Horikita bertanya begitu kepada Nanase karena tidak tahu alasannya.

“Kupikir caraku ini memang bersalah, tapi ini tidak bertentangan dengan keinginan sekolah yang bertindak untuk mengeluarkan Ayanokouji-senpai. Tidak banyak siswa tahun pertama yang mengetahui hal ini, tapi dengan mengeluarkan Ayanokouji-senpai, kami bisa memperoleh poin ptibadi dalam jumlah yang banyak.”

Akhirnya, alasan Housen mengincarku sekarang sudah jelas.

“Ayanokouji Kiyotaka Kelas D tahun kedua. Siapapun yang mampu mengeluarkan orang ini akan diberikan 20 juta poin pribadi. Itulah ujian khusus yang kami terima.”

“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Siapa yang sudah memberikan ujian khusus yang tidak masuk akal dan bodoh itu?”

Nanase menutup mulutnya untuk pertanyaan itu.

“…Untuk sekarang, aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan padamu. Ini akan membuat Ayanokouji-senpai sangat waspada terhadap seluruh siswa tahun pertama.”

Nanase tidak bicara secara mendalam, dia hanya menyampaikan seminimum mungkin dari yang diperlukan. Housen dan Nanase mengetahui hal ini, belum lagi Amasawa. Jika dipikirkan dengan baik, beberapa siswa Kelas 1B dan Kelas 1C pasti juga mengetahuinya.

“Kamu tidak bisa meyakinkanku dengan jawaban seperti itu! Ayanokouji-kun mengalami cedera yang serius-”

Aku menghentikan Horikita yang membelaku dari Nanase.

“Tidak apa-apa. Aku sudah cukup bersyukur Nanase mau bekerja sama untuk menjelaskan situasinya.”

“Jika itu demi Kelas D tahun pertama, aku akan bekerja sama dengan Housen meski tahu hal itu kejam. Faktanya.. jika ada 20 juta poin pribadi di tangan kelas lain, akan ada perbedaan yang cukup besar.”

Jika itu dianggap sebagai tiket menuju Kelas A, tiket itu hanya bernilai untuk satu orang.

Namun.. mengingat ujian khusus, akan lebih baik jika memiliki dana yang banyak.

“Tapi itu bukan satu-satunya alasanku membantu Housen-kun.”

Nanase mengatakan itu dengan nada yang pelan dan tenang, tapi matanya melihatku dengan tatapan yang tajam.

“Aku(boku)… tidak berpikir kalau Ayanokouji-senpai adalah orang yang tepat untuk bersekolah disini.”

Di sini.. untuk pertama kalinya, Nanase menunjukkan perasaan kebencian kepadaku.

Tapi aku tidak tahu alasannya.

Tak lama kemudian, Nanase membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan tempat ini.

~Chapter 6 End~