Youjitsu 2st Year Volume 1

Chapter 3: Kelompok Bermasalah Tahun Pertama

- 61 min read - 12951 words -
Enable Dark Mode!

Chapter 3 : Kelompok Bermasalah Tahun Pertama

Puluhan siswa tahun pertama dan tahun kedua berkumpul di gym. Tapi kebanyakan dari mereka adalah siswa tahun pertama. Tampaknya sebagian besar dari mereka menganggap pertemuan ini sebagai salah satu peluang yang penting. Bahkan, aku tidak dapat mengenali wajah mereka sama sekali, itu sebabnya aku akan mencari siswa tahun kedua yang berpartisipasi.

Aku tidak dapat menemukan pemimpin Kelas A, Sakayanagi. Alasannya mungkin karena kakinya berada dalam kondisi yang buruk, sehingga pergerakannya sedikit terbatas.

Aku tidak tahu apakah itu bisa disebut sebagai pengganti atau tidak, tapi yang jelas aku dapat menemukan Hashimoto. Dia adalah pria yang memiliki peran penting di Kelas A. Sepenglihatanku, Hashimoto adalah satu-satunya siswa dari Kelas A.

Dia tampaknya tidak berniat untuk berbicara dengan siswa lain. Apakah dia akan mencari tahu siapa saja yang berhubungan? Atau dia hanya melakukan pengintaian saja?

Pertemuan pertukaran ini diselenggarakan oleh Kelas B. Sekitar setengah dari jumlah siswa di Kelas B tahun kedua menunjukkan wajah mereka, ada beberapa siswa laki-laki dan perempuan termasuk Ichinose. Ada pula sosok Kanzaki yang berdiri di samping Ichinose. Namun, tidak ada kesan bahwa mereka adalah siswa yang berbakat atau siswa yang memprihatinkan. Mereka tampaknya hanya memilih siswa yang ramah.

Di sisi lain, aku tidak melihat ada tanda-tanda siswa Kelas C tahun kedua berpartisipasi dalam acara ini.

Bahkan jika aku datang sendirian, aku bisa melihat dengan jelas spekulasi dari seluruh tahun kedua.

Namun bagi Horikita, dia tidak terlalu mementingkan siswa tahun kedua. Dia memusatkan perhatiannya kepada siswa tahun pertama.

Siswa tahun pertama baru saja memasuki sekolah dan tidak tahu apa-apa.

Dalam situasi itu, kebanyakan dari mereka mungkin tidak dapat memahami ujian khusus karena secara tiba-tiba mereka harus berpasangan dengan siswa tahun kedua. Baik individu maupun berkelompok, mereka dengan agresif berpartisipasi di acara ini.

Melihat situasinya, Ichinose tidak menyebutkan apapun mengenai ujian khusus. Dia memperkenalkan dirinya dan berbicara dengan ramah. Tentu saja tidak semua orang bisa menerimanya dengan cepat.

Ichinose yang mengerti akan hal ini, berjalan dengan perlahan dan tersenyum dengan lembut. Senyumannya itu meluluhkan hati para siswa yang membeku seperti es. Baru beberapa menit berlalu aku mengamati acara ini , aku sudah merasa ingin keluar dari sini.

“Dia tidak mengutamakan ujian khusus terlebih dahulu, malahan dia ingin membangun hubungan saling percaya satu sama lain. Strategi Ichinose kali ini sama seperti biasanya. Hanya dia yang bisa melakukan strategi ini.”

Horikita mengungkapkan pendapatnya tentang pertemuan pertukaran ini.

Dilihat dari ekspresinya, samar-samar aku dapat mengetahui strateginya.

“Apa kau memikirkan strategi yang sama dengannya?”

“Ya… Strategi yang mengandalkan poin pribadi sangatlah mustahil bagi kita Kelas D. Itu sebabnya aku ingin membangun hubungan yang saling mempercayai dengan siswa tahun pertama. Tapi sepertinya aku tidak akan bisa seperti Ichinose-san atau lebih tepatnya, strategi ini lebih cocok untuknya.”

Untuk mendapatkan pasangan, dibutuhkan sesuatu yang sangat penting. Sesuatu itu seperti transaksi poin pribadi, saling mempercayai dan persahabatan.

“Banyak siswa tahun pertama yang sudah mengetahui wajah dan nama Ichinose Honami Kelas B tahun kedua. Siswa akademik rendah pasti akan bekerja sama dengannya, lalu dia akan memenuhi harapan itu.”

Benar. Tidak perlu repot-repot datang kepada kami Kelas D tahun kedua.

“Kita memang tidak bisa meniru metode dia, tapi masih ada cara lain.”

Tampaknya Horikita telah mendapatkan petunjuk di pertemuan pertukaran ini. Kurasa saat dia mengamati siswa baru sambil melihat aplikasi OAA.

Belum ada tanda-tanda Horikita akan pergi dari sini. Dia terus mengamati siswa tahun pertama.

Ngomong-ngomong, bukan hanya aku yang bersamanya. Lalu bayangan besar bergerak di dekatnya.

“Hanya orang-orang yang selalu terlihat lemah.”

Sudou yang berdiri di sebelah Horikita, mengutarakan pendapatnya.

Sudou menawarkan diri untuk menemani Horikita karena permintaan Ichinose untuk mengadakan pertemuan pertukaran disetujui, dan telah diputuskan bahwa acara ini akan menggunakan gym sampai jam 5 sore, meskipun gym sebenarnya akan dipakai untuk kegiatan klub hari ini.

Dia sudah diberitahu oleh Horikita bahwa dia tidak perlu ikut, tapi dia tetap datang ke gym.

“Jangan sembarangan bicara. Tidak ada gunanya menakuti mereka.”

“Jangan melihatku begitu. Dari awal wajahku memang seperti ini. Lagian aku ke sini karena punya waktu luang. Aku ingin tahu, apa mungkin Ichinose akan merekrut junior yang pintar? Kau belum membicarakannya denganku, kan?”

Sudou berkata begitu kepada Horikita seolah-olah dia tidak sabaran. Bahkan jika seorang siswa tahun kedua membicarakan hal yang buruk tentang siswa tahun pertama di acara ini, Ichinose tidak akan memarahinya. Sebaliknya, sekarang dia terlihat sangat bahagia.

“Apa yang akan kita lakukan?”

Aku bertanya karena aku sedikit khawatir dengan tindakan Horikita.

“Apa kau pikir kita bisa bersaing di sini dengan siswa Kelas B yang bersikap ramah?”

Saat ini Ichinose lebih mengutamakan keselamatan siswa dibanding kemenangan kelas, dan teman-temannya dari Kelas B tampaknya tidak ada yang mengeluh.

Kelas B tahun kedua berusaha memperdalam persahabatan dengan siswa tahun pertama tanpa meninggalkan siapa pun. Banyak siswa yang akan bekerja sama dengannya.

“Kurasa tidak sama sekali.”

Aku dan Horikita serta Sudou tidak memiliki keahlian untuk berkomunikasi seperti Yousuke dan Khusida. Seharusnya mereka berdua lah yang datang kemari.

Horikita mengambil tindakan saat diskusi akan dimulai.

“Ayo pergi.”

Dia tampaknya tidak akan berpartisipasi dalam acara ini, melainkan dia pergi begitu saja.

Mungkin sejak awal, Horikita tidak berniat untuk merekrut tahun pertama di acara ini.

“Apa tidak masalah, Suzune?”

“Lebih dari setengah siswa tidak menghadiri acara ini. Aku akan bernegosiasi dengan siswa tersebut.”

Dengan kata lain, tujuannya adalah mengincar siswa tahun pertama yang tidak menanggapi pesan Ichinose.

Namun permasalahannya, ‘mereka’ seperti menunjukkan pertahanan yang sulit di tembus.

(Tl note : ' siswa tahun pertama yang tidak berpartisipasi dalam pertemuan pertukaran)

Bisa dikatakan mereka adalah siswa yang bisa mendapatkan pasangan tanpa dibantu, atau mungkin mereka tidak memiliki keberanian untuk mengikuti pertemuan pertukaran, atau bisa jadi mereka telah membuat strategi. Bagaimanapun, mereka memiliki kepribadian yanh beragam.

“Apa aku boleh mendengar alasannya?”

“Alasannya ada dua. Pertama, sejauh yang kulihat, para siswa yang datang ke acara ini adalah orang yang berkemampuan akademik rendah. Sedangkan yang kita cari sekarang adalah siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi, setidaknya B. Dengan kata lain, siswa yang percaya diri dan siap mengikuti ujian khusus tanpa perlu datang ke acara ini.

Aku mengerti. Itu alasan yang cukup masuk akal untuk meninggalkan acara ini.

“Kedua, prioritas utama kita adalah tidak membiarkan siswa akademik A saling bekerja sama. Kita harus memastikan siswa dengan nilai akademik tinggi berpasangan dengan siswa akademik rendah di kelas kita, agar tidak ada yang dikeluarkan dari sekolah.”

Kalau begitu, meskipun Ichinose ingin menyelamatkan banyak orang, siswa tahun pertama sangatlah banyak. Selain itu, dia harus mengutamakan siswa akademik rendah dibanding siswa akademik tinggi sampai batas tertentu. Dan ada kemungkinan kalau siswa akademik tinggi akan direkrut oleh saingan. Lalu, apa harus menyembunyikan sesuatu yang terlihat jelas seperti itu?

“Selain itu, aku memiliki sedikit keraguan tentang orang-orang yang hadir di acara ini, terlepas dari kemampuan akademik mereka.”

“Keraguan?”

“Tidak ada seorangpun siswa Kelas D tahun pertama yang berpartisipasi.”

Tidak ada seorangpun berpartisipasi? Itu cukup menarik.

“Kamu sepertinya mengerti.”

“Hah? Apa maksudnya itu?”

Tapi Sudou tidak mengerti, dia memiringkan kepalanya.

“Dalam satu kelas, terdapat 40 siswa. Tentu saja ada beberapa dari mereka yang tidak pintar dan tidak pandai berkomunikasi. Tapi, tidak ada satupun siswa Kelas D tahun pertama yang datang kemari. Itu berarti mereka memang berniat begini.”

Dapat dipastikan bahwa seseorang mengendalikan kelas dan mengarahkan semua teman sekelasnya untuk tidak berpartisipasi.

Jika dipikirkan baik-baik, itu merupakan hal yang sangat aneh mengingat bahwa mereka baru beberapa hari bersekolah disini.

“Dengan kata lain, sudah ada seseorang yang menjadi pemimpin di Kelas D tahun pertama dan dia menolak untuk datang ke pertemuan pertukaran…”

“Jika kita dapat bernegosiasi antar kelas, kita tidak perlu bernegosiasi secara individu.”

Intinya, seluruh siswa Kelas D tahun kedua bekerja sama dengan semua siswa Kelas D tahun pertama.

“Ini ide yang bagus. Tapi jika kita melakukannya, kita tidak akan menang di ujian ini, kan?”

Bukan ide yang buruk, tapi mustahil untu mengalahkan nilai keseluruhan kelas lain.

“Itu benar. Kali ini aku tidak akan bermain dengan pertempuran antar kelas.”

“Aku mungkin tidak berhak mengatakan ini tapi, apa ini tidak masalah?”

“Tidak masalah sama sekali.”

Horikita telah mengatakannya dengan jelas. Cara bertarungnya kali ini berbeda daripada sebelumnya. Apa dia akan menggunakan strategi yang sama dengan Ichinose?

Dia berencana melewatkan kesempatan untuk mendapatkan poin kelas yang berharga di ujian khusus kali ini.

Kemudian aku melihat Hashimoto pergi meninggalkan gym. Aku penasaran, apa pengintaiannya telah selesai?

Horikita menuju pintu keluar gym untuk mengikuti Hashimoto. Lalu aku dan Sudou mengikuti Horikita. Tapi sebelum pergi, aku menatap Ichinose.

Ichinose sedang berbicara dengan siswa tahun pertama sambil tersenyum tanpa memperhatikan keberadaanku.

Tidak masalah bila kemampuan akademik D atau E, Ichinose akan membantu tanpa ragu sedikitpun.

Pertarungan untuk menyelamatkan siswa agar tidak dikeluarkan dari sekolah dan melewatkan kesempatan untuk memenangkan ujian khusus.

Strategi Horikita yang sekarang hampir sama dengan Ichinose, tapi apakah metodenya benar-benar sama?

“Yo.”

Ketika kami keluar dari gym, Hashimoto menyapa kami. Dia sepertinya telah menunggu kami untuk keluar.

“Ichinose masih sama seperti biasanya, ya.”

“Dia memikirkan cara yang terbaik untuk menyelamatkan teman sekelasnya dan juga siswa tahun pertama.”

“Begitulah, saat ini Ichinose tidak menjadi ancaman bagi kami Kelas A. Apa kau tahu kerugian dari merekrut orang idiot? Ini seperti membuang permainan.”

Hashimoto mengatakan pendapatnya dengan kesal. Dia pasti tidak mengetahui bahwa strategi Horikita sama dengan Ichinose. Kalau menurutku, Horikita tidak akan membuang permainan.

“Jika kamu sudah tahu sejak awal, kamu seharusnya tidak perlu datang ke sini, kan?”

“Ya. Kau benar.”

“Kalian Kelas A… Sakayanagi-san seharusnya sudah mengetahui ini meskipun dia tidak datang kemari. Alasan dia tidak berpartisipasi karena dia sudah memprediksi siswa seperti apa yang kemari.”

“Ya… Kurasa begitu.”

Tapi Hashimoto tetap dikirim kemari sebagai penggantinya.

“Jadi, bagaimana cara kalian akan merekrut siswa yang berbakat?”

“Itu tergantung sang putri, aku hanya mengikuti instruksinya.”

Hashimoto yang tampak sudah puas berbicara dengan kami, pergi meninggalkan tempat ini.

“Perkataan Hashimoto sialan itu tidak bisa dipercaya, Suzune!”

“Aku tahu itu. Kamu tidak perlu memberitahuku atau mungkin, kamu tahu banyak tentang Hashimoto?”

“Tidak, tidak sama sekali.”

Sudou menjawab dengan kata-kata yang sopan.

“Yah… Daripada itu, saat ini Kelas A memiliki banyak keuntungan. Para siswa tahun pertama secara alami akan mau bekerja sama dengan mereka.”

Jika kau memasuki sekolah ini, cepat atau lambat kau akan menyadari bahwa Kelas A adalah kelas yang terbaik.

Meskipun tidak mengetahuinya sekarang, rumornya akan beredar dengan cepat.

“Ayo bergegas. Saat ini, siswa Kelas D tahun pertama seharusnya masih berada di sekolah.”

Kami pergi melihat keadaan Kelas D tahun pertama.

Tampaknya, beberapa siswa menggunakan pertemuan pertukaran ini sebagai kesempatan untuk mengamati orang-orang di sekitarnya.

***

Horikita pergi menuju koridor kelas satu, tujuannya adalah Kelas D tahun pertama. Hingga bulan lalu, kami pergi kemari setiap harinya.

Mengingat banyak siswa yang pergi ke gym, tidak banyak siswa yang tersisa di sini.

Kami melihat situasi dari Kelas A hingga Kelas C tahun pertama tanpa bersuara sedikitpun. Tapi siswa yang bertemu dengan kami dan mengenal kami sebagai senior, langsung mengalihkan pandangannya dari kami. Pasti tidak akan disambut jika kami tiba-tiba muncul di area siswa kelas satu.

Sebagian besar siswa merasa tidak nyaman, tapi ada beberapa siswa yang tidak peduli dengan kedatangan kami.

Mungkin hal yang sama juga akan terjadi besok. Beberapa siswa kelas dua akan mendekati siswa kelas satu di pagi atau siang hari untuk mendapatkan pasangan sesegera mungkin, tapi itu adalah taruhan berbahaya yang bisa berdampak buruk.

Namun saat aku melihat para siswa di dalam ruang kelas, ada beberapa orang yang menikmati percakapan mereka.

Apa mereka tidak panik sama sekali dengan ujian khusus ini? Atau mereka belum menganggap ujian khusus sebagai hal yang penting?

“Tampaknya beberapa siswa disini menikmati waktu untuk diri mereka sendiri.”

“Biarkan saja. Aku sedang terburu-buru.”

Meskipun siswa kelas satu mendapatkan nilai 500 poin atau kurang, mereka hanya berhenti menerima poin pribadi selama tiga bulan. Tentu saja itu adalah kerugian yang besar, tapi karena mereka telah menerima poin pribadi setelah upacara masuk, rasa krisis mungkin berkurang.

“Kuku. Ini kedatangan yang sangat lambat, Suzune.”

Setelah melewati Kelas C tahun pertama, suara yang akrab memanggil Horikita. Terlihat sosok Ryuuen Kelaa C tahun kedua, dia menatap kami tanpa rasa takut sedikitpun. Sepertinya dia baru keluar dari Kelas D tahun pertama yang berada di depan kami.

“Ryuuen-kun, apa kamu juga mengintai tahun pertama? Kamu tidak muncul di pertemuan pertukaran.”

“Hanya orang-orang bodoh yang berkumpul di sana, aku bahkan tidak perlu melihatnya.”

Ryuuen juga mencari siswa yang tidak menghadiri pertemuan pertukaran, sama seperti Horikita. Tujuannya adalah tentu saja siswa terbaik di tahun pertama.

Perbedaan waktu kedatangan kami dengannya sekitar 20 atau 30 menit. Selama waktu itu, ada kemungkinan pengintaian Ryuuen telah berhasil. Kami dapat memeriksa besok jam 8 pagi, apakah setiap siswa Kelas C tahun kedua sudah berpasangan atau belum.

“Jangan khawatir. Aku belum melakukan apapun.”

Dua orang yang berada di dekatku ini tidak akan percaya begitu saja dengan perkataan Ryuuen.

Mereka akan percaya hingga aplikasi OAA diperbarui dan sudah ditentukan atau belum pasangan siswa Kelas C tahun kedua.

“Aku tidak percaya.”

“Setidaknya aku mendengarkan setengah dari perkataanmu.”

“Begitu ya. Aku terlalu waspada.”

“Hoo, bukankah kamu tidak pernah mewaspadaiku?”

“Kukuku. Itu benar.”

Sudou memberikan tatapan tajam. Apa dia tidak suka melihat Ryuuen berbicara dengan Horikita?

Biasanya, orang akan takut melihat tatapan Sudou. Tapi meski begitu, dia tidak bisa menyerang Ryuuen secara sembarangan.

“Kau memilih orang yang buruk untuk menjadi penjagamu.”

“Apa katamu?”

Horikita dengan santai menenangkan Sudou yang mengamuk.

“Apa kau butuh otak udang untuk menjadi tukang pukul?”

Dan kau tidak berhak bicara begitu, kan?

Setelah menenangkan Sudou, Horikita kembali melihat Ryuuen.

“Apa kamu ingin menakuti siswa kelas satu? Sikapmu itu tidak ada artinya sama sekali.”

Para siswa kelas satu pasti akan menjauh jika melihat Ryuuen berjalan dengan wajah angkuh.

“Jika aku mengancam mereka, aku yakin mereka mau bekerja sama denganku.”

Ryuuen menegaskan pernyataannya kepada Horikita.

“Apa kamu pikir caramu itu bisa diterima?”

“Diterima atau tidak, aku hanya sedikit mengancam. Tidak masalah, kan? Lagipula yang aku dengar saat aturan dijelaskan adalah sengaja mendapatkan nilai rendah akan dikeluarkan dari sekolah. Aku tidak mendengar jika mengancam untuk bekerja sama akan melanggar aturan.”

“Kamu tidak perlu mengaitkan tindakanmu dalam peraturan. Jika itu menjadi masalah, kamu sendiri yang akan menanggung akibatnya.”

“Kalau begitu, mari kita membuat masalah. Tapi yah.. aku tidak akan bertindak sebodoh itu.”

Itu adalah pernyataan bullish.

Dia mengatakan bahwa ancaman mungkin saja bisa dilakukan. Tapi dia tidak melakukannya.

Tidak peduli apakah ini benar atau tidak, Horikita menyadari bahwa Ryuuen selalu menjalankan rencana seperti ini.

“Kalau begitu lakukan saja sesukamu. Tapi ketika buktinya muncul, aku akan mengajukan berbagai pertanyaan padamu.”

Itu mungkin saran untuk mencegah tindakannya, tapi itu tidak akan mempengaruhi Ryuuen.

“Jadi, apa kau kemari untuk merekrut seseorang?”

Horikita menutup mulutnya, dia merasa tidak perlu untuk menjawab pertanyaan itu.

“Kau menemukan sesuatu dari pengintaian di pertemuan pertukaran, kan? Jadi karena itu kau terburu-buru kemari memeriksa siswa yang tidak hadir, bukan?”

“Mungkin sama denganmu.”

“Kuku, mungkin begitu.”

Ryuuen terus berbicara dengan Horikita karena menganggap itu hal yang menarik.

“Kalau begitu aku akan memberitahumu sesuatu yang menarik, untuk kau yang memikirkan ide yang sama denganku. Siswa tahun pertama baru saja memasuki sekolah, tapi mereka bersikap biasa saja. Dengan kata lain, dapat dipastikan bahwa pihak sekolah memberitahukan sistem sekolah kepada siswa baru sampai batas tertentu.”

Seandainya benar, itu merupakan informasi yang tidak terduga. Pada bulan April tahun lalu, kami tidak tahu apa-apa dan bermain sesuka kami. Tentu saja Kelas A dan kelas lain bersikap biasa saja, tapi itu mungkin karena perbedaan latar belakang.

Apa yang dikatakan Ryuuen ini bukan hanya satu kelas saja, melainkan seluruh kelas tahun pertama.

Apa ini langkah yang sudah disiapkan sejak awal agar mereka bisa berpasangan dengan tahun kedua? Atau ini adalah ide lain dari sekolah?

“Tidakkah kau pikir siswa baru tahun ini sangat membosankan?”

“Menurutku beberapa dari mereka mencoba mengatur kelas.”

Semenjak ujian khusus diumumkan, tidak ada cara menyimpulkan hal itu bahkan jika mereka mulai bergerak.

Ryuuen berpendapat bahwa ini tidak akan terjadi kecuali mereka telah diberitahu mengenai sistem sekolah segera setelah pendaftaran.

“Beritahu aku… Kali ini, apa rencana licikmu?”

“Tidak ada. Pada ujian khusus kali ini tidak ada cara untuk menghancurkan lawan. Tapi aku pikir akan melakukan banyak hal, untuk memenangkan kelasku secara keseluruhan.”

Ujian khusus kali ini tidak akan mudah bagimu untuk mengeluarkan siswa dari kelas lain. Hal ini relatif kuat karena nama pasangan tidak akan diberitahukan hingga pengumumannya muncul.

Bahkan jika kau menugaskan seorang siswa akademik rendah ke kelas saingan, tidak mungkin siswa tersebut mau keluar dari sekolah bersama musuh.

Jika kau dianggap sengaja mendapatkan skor rendah dari kemampuan akademikmu, kau akan dikeluarkan dari sekolah meskipun kau seorang siswa tahun pertama. Pada akhirnya, hanya kemampuan siswa yang akan mempengaruhi kemenangan atau kekalahan.

Cukup sulit untuk menentukan pasangan di aplikasi kecuali kau mengumpulkan informasi terlebih dahulu.

Strategi yang bagus adalah merekrut sebanyak mungkin siswa akademik tinggi untuk kelasmu. Tapi, tampaknya tidak mudah bagi Kelas C tahun kedua untuk menempati peringkat pertama, karena sebagian besar siswanya berkemampuan akademik rendah.

Tidak ada peluang untuk menang jika bersaing dengan Kelas A tahun kedua dalam kekuatan finansial, bahkan kemampuan akademik siswa di kelas sangat berbeda. Tidak peduli berapa banyak poin pribadi yang diberikan kepada siswa tahun pertama, kau hanya akan mendapatkan hasil yang menyedihkan.

Dalam hal itu, kau harus menyerah untuk mendapatkan peringkat pertama dalam pertarungan kelas, dan bertujuan untuk mencapai 30% teratas dalam pertarungan individu.

Tentu saja tujuan Horikita tidaklah seperti itu. Jika Kelas A dan Kelas C tidak bersaing dalam pertarungan kelas, kami Kelas D akan berada dalam kesulitan. Daripada membuat Kelas A menang dengan mudah, lebih baik Kelas C memberi perlawanan, lalu kedua kelas itu akan saling mengurangi kekuatan kelas masing-masing.

“Lakukanlah yang terbaik.”

“Seperti yang kukatakan. Itu bukan urusanmu.”

“Kuku. Benar juga.”

Setelah itu Ryuuen meninggalkan koridor kelas satu.

Waktunya terlalu singkat untuk menyelesaikan sesuatu.

“Siswa tahun pertama mungkin memberi perlawanan lebih daripada yang kita duga.”

Itu wajar saja, karena mereka berjuang mati-matian untuk bersekolah di sini.

“Kalau begitu, bukankah kita harus bernegosiasi secepat mungkin?”

“Yah, kurasa begitu… Kita harus bertindak cepat. Tapi…”

Horikita melihat ujung koridor.

Kami dapat melihat ruangan Kelas D tahun pertama di sana.

“Ayo cepat.”

“Tidakkah kalian pikir ini terlalu mudah?”

Tampaknya Horikita juga menyadarinya selama percakapan dengan Ryuuen.

Semenjak Ryuuen keluar dari Kelas D tahun pertama sampai dia pergi, aku tidak melihat seorangpun keluar dari Kelas D tahun pertama.

Bahkan aku tidak mendengar suara sedikitpun meski sudah dekat dengan ruang kelas tersebut.

Setelah tiba di depan ruang Kelas D tahun pertama, aku membuka pintu. Lalu aku merasa yakin dengan dugaanku.

“Apa yang terjadi?”

Sudou melihat sekeliling ruang kelas dengan kebingungan.

“Bernegosiasi dengan Kelas D tahun pertama… Mungkin jauh lebih sulit dari yang kupikirkan.”

Tidak ada seorangpun di dalam ruang kelas tersebut.

Tampaknya 40 siswa yang tidak hadir dipertemuan pertukaran telah pergi entah kemana.

“Kelas ini lebih merepotkan dari yang kukira.”

Tapi kami tidak boleh mengkhawatirkan hal ini sepanjang waktu. Karena kami perlu bertindak sebelum kelas lain melakukan pergerakan mereka.

Pertempuran yang sebenarnya akan dimulai besok.

Pertarungan Horikita di mulai saat bersangkutan dengan Kelas D tahun pertama.

Saat sudah tiba di asrama nanti, aku akan mengingat wajah dan nama semua siswa tahun pertama di dalam kepalaku dengan melihatnya di OAA.

Horikita akan pertarungannya dan aku juga akan melakukan pertarunganku.

Pada hari ujian khusus dimulai, 22 pasangan telah ditetapkan.

***

Pada hari berikutnya setelah istirahat makan siang, situasi mencapai perkembangan yang tidak terduga. Itu terjadi ketika para siswa di kelas menunggu jam pelajaran sore.

“Hei, siswa tahun pertama datang kemari.”

Teman sekelasku, Miyamoto berteriak seperti itu.

Aku berpikir itu tidaklah mengejutkan, tapi itu bukan hal yang biasa bagi siswa lain.

Ujian khusus hanya diselesaikan melalui kerja sama antara tahun kedua dan tahun pertama.

“Dibutuhkan keberanian untuk datang ke koridor senior.”

Yousuke yang ada di kelas memberitahuku demikian.

“Seandainya kita akan pergi ke koridor kelas tiga, kita harus bisa menjaga diri sendiri.”

“Tentu saja…”

Ceritanya akan berbeda jika memiliki hubungan yang dekat dengan senior, tapi siswa tahun pertama tidaklah seperti itu.

Banyak siswa yang tidak ingin masuk ke wilayah musuh, tapi mereka mungkin terkejut mengetahui siswa tahun pertama datang kemari.

Yousuke pergi melihat situasinya, kemudian aku mengikutinya.

Horikita dan Sudou segera menyusul.

Orang pertama yang kulihat adalah pria berbadan besar.

Dia terlihat sangat menonjol, apa dia setinggi Sudou?

Selain itu, aku terkesan melihatnya berjalan dengan santai di koridor kelas dua. Lalu ada siswa perempuan mengikutinya di belakang.

Siswa tahun kedua yang sedang berjalan menghindar darinya, itu fenomena yang sangat bertentangan.

Horikita berdiri di depan pria itu, dia menyadari tindakan pria itu bukanlah mencari pasangan. Dan Sudou mengikuti Horikita.

Data yang kupelajari di OAA kemarin telah tersimpab di dalam ingatanku.

Ketika siswa tahun pertama itu melihatku, entah kenapa dia mengalihkan pandangannya dariku.

Setelah itu, dia melihat Horikita.

Tampaknya siswa tahun pertama itu akan berbicara kepada Horikita.

“Siapa nama orang ini?”

“Tunggu sebentar. Aku akan memeriksanya…”

Gadis itu mengoperasikan ponsel, lalu dia segera menujukkan data yang ada di ponsel tersebut.

“Kelas D tahun kedua, Horikita Suzune. Kemampuan Akademik A.”

Gadis itu berbicara dengan sopan, tidak seperti pria berbadan besar. Kombinasi mereka terasa aneh.

Setelah itu, pria berbadan besar mengalihkan pandangannya kepada Sudou yang berdiri di sebelah Horikita.

Sama seperti tadi, gadis itu melihat layat ponsel dan menunjukkannya kepada pria berbadan besar.

“Sudou Ken…”

Setelah melihat data Sudou, pria itu tertawa seolah-olah melihat hal yang lucu.

“Namaku Nanase dari Kelas D tahun pertama. Dia ini juga dari kelas D…”

“Housen.”

Mereka memberitahu nama masing-masing. Jika ditambahkan dengan nama belakang mereka, pria berbadan besar itu namanya Kazuomi Housen dan gadis itu namanya adalah Tsubasa Nanase.

Seperti yang mereka katakan, mereka berdua adalah siswa Kelas D tahun pertama.

Siswa Kelas D yang tidak bisa kami temui kemarin. Ini sedikit mengejutkan mereka tiba-tiba muncul di sini, bagi Horikita ini merupakan keberuntungan sekaligus kesialan. Alasannya yaitu : tidak mungkin bernegosiasi secara terang-terangan di koridor ini, karena banyak siswa dari kelas lain yang lewat.

“Sebagai siswa baru, kamu telah melakukan hal yang cukup mengagumkan. Aku akan memuji keberanianmu itu.”

“Hah? Apa katamu?”

“Jaga sikapmu anak kelas satu! Kau pikir kau terlihat hebat?”

Sudou ikut campur karena Housen meremehkan Horikita.

Housen hampir sama tinggi dengan Sudou, tapi karena badannya yang besar, Sudou terlihat sedikit lebih kecil.

“Kemampuan Akademik E+, kelihatan memang orang bodoh.”

“Apa!?”

“Itu benar. Aku yakin kalian semua di sini adalah Kelas D.”

“Apa maksudmu?”

“Kalian Kelas D adalah sekelompok orang gagal. Jika aku tidak menominasikan Kelas D ku, kalian bahkan tidak akan mendapatkan pasangan yang layak. Jadi aku akan membantu kalian yang bodoh dan tidak kompeten.”

Jadi begitu. Maksud perkataan Housen yaitu kerja sama untuk ujian khusus ini.

“Itu berarti kamu akan bekerja sama dengan kami. Ini adalah permintaan dari senior.”

“Oi. Aku jauh-jauh datang kemari. Apa kau pikir kau berada di posisi untuk memerintahku?”

Housen membalas kata-kata Horikita dengan makna yang hampir sama.

“Oi, cepat berkumpul sekarang dan tundukkan kepala kalian.”

Horikita menanggapi dengan tegas perkataan itu, sambil menahan Sudou yang merasa kesal.

“Kamu sepertinya salah paham. Kita memiliki kedudukan yang setara.”

“Setara? Jangan bercanda dengan mengatakan hal bodoh seperti itu.”

“Kita sama-sama Kelas D, kita tidak berbeda sama sekali.”

“Aku tidak mengerti. Aku khawatir tentang ini, ada banyak cara yang bisa kulakukan. Kau tidak ingin mendapat masalah, kan? Maka kau harus menyadari dimana posisimu berada sekarang.”

Sepertinya pria bernama Housen ini telah mengetahui senjata khusus yang hanya dimiliki siswa tahun pertama.

“Memangnya apa yang akan kamu lakukan?”

Horikita pasti sudah mengetahuinya, tapi dia sengaja bertanya.

“Kau seharusnya sudah tahu, kan? Aku akan menurunkan nilaiku dengan sengaja.”

Horikita menggigit bibirnya sedikit lebih kuat ketika mendengar kata-kata itu.

“Sudah cukup main-mainnya tahun pertama. Jika kau sengaja memanipulasi ujian, kau akan dikeluarkan dari sekolah!”

“Hentikan. Itu kebiasaan burukmu Sudou-kun, kamu terlalu cepat marah.”

“Tapi…”

Aku bisa mengerti kemarahan Sudou karena diancam seperti ini. Tapi apa yang dikatakan Housen bukanlah kebohongan.

“Memang benar peraturannya begitu, siswa akan dikeluarkan jika memanipulasi ujian. Tapi lain ceritanya dengan hukuman yang tidak mendapatkan pasangan sampai waktu habis. Satu-satunya yang berada dalam masalah adalah kalian kan, tahun kedua?”

Pasangan akan ditentukan secara acak karena waktu sudah habis. Siswa yang berada dikondisi itu akan menerima pengurangan nilai sebanyak 5% dari total nilai ujian.

Siswa tahun kedua yang beresiko putus sekolah mungkin akan lebih menderita.

Sudou tidak mempercayainya, dia menatap Horikita untuk meminta konfirmasi.

“Ya, begitulah.”

Satu-satunya jawaban untuk pertanyaan itu adalah yes.

“Bukankah kalian juga akan menerima hukuman? Padahal kalian baru saja memasuki sekolah, apa kalian mau kehilangan poin pribadi?”

Jika menerima hukuman -5%, tentu saja peluang untuk memperoleh nilai 501 poin akan berkurang.

“Dibandingkan kalian tahun kedua, kami tidak akan menanggung banyak kerugian. Itu benar, kan?”

Housen meminta konfirmasi kepada Nanase yang berdiri dibelakangnya.

“Ya. Disini tertulis siswa tahun pertama tidak akan menerima poin pribadi selama tiga bulan, paling banyak hanya 20.000 poin. Kupikir itu tidak masalah sama sekali.”

“Apa kau mengerti sekarang, Horikita-senpai yo!?”

Housen merasa kedudukannya lebih tinggi daripada Horikita yang merupakan seniornya.

Housen berdiri di depan Horikita dengan memperkuat intimidasinya.

Sudou yang melihatnya, tidak bisa lagi menahan amarahnya.

“Kau ingin berkelahi?”

Housen menghadapi Sudou tanpa ragu sedikitpun.

“Hentikan. Jangan sampai kehilangan ketenanganmu, Sudou-kun. Kamu tahu bagaimana sekolah ini, kan?”

Siswa tahun pertama tidak mengetahuinya, koridor ini berada dibawah pengawasan sekolah.

Kamera pengintai selalu berfungsi dan jika terjadi masalah, gambarnya akan terekam.

“Aku tahu…”

Sudou diperingatkan oleh Horikita, dan akhirnya dia mundur sambil merasa jengkel.

Seandainya dia berkelahi, tentu saja itu akan menjadi masalah. Untung saja dia mendengarkan perkataan Horikita.

Saat Sudou mengalihkan pandangannya kepada Horikita, tangan besar Housen mendorong dadanya.

“Ya ampun!”

Sudou kehilangan keseimbangan dan terjatuh, tangannya di lantai terlihat seperti sedang membuat kue mochi (kue mirip pantat).

“Apa hanya kappa yang besar? Aku hanya menyentuhnya sedikit, bukan?”

Siswa tahun kedua tidak bisa menyembunyikan rasa kesal mereka melihat pemandangan itu. Tentu saja itu karena Housen.

Tidak mengherankan jika itu dianggap sebagai kekerasan, karena tindakan Housen terlalu berani.

Jika dia mengetahui resiko melakukan kekerasan di sekolah ini, dia mungkin tidak akan mau melakukannya.

Dia tampaknya terbiasa dengan suasana di sekolah biasa.

Dan jika dilihat dari situasi kemarin, tindakan Housen sangat sembrono.

Apa dia tidak memahami sistem sekolah ini seperti yang kuperkirakan?

“Teme―”

Sudou yang mendapatkan kembali ketenangannya, tampaknya sudah memahami apa yang telah terjadi dan dia akan segera mengamuk.

“Apa yang sedang kau lakukan!?”

Namun sebelum itu, seorang siswa laki-laki yang melihatnya dari kejauhan berbicara terlebih dahulu.

Dia adalah siswa Kelas C tahun kedua, Ishizaki Daichi. Dia termasuk dalam kategori siswa nakal dan suka berkelahi, tapi dia juga seorang pria yang memiliki hati yang kuat. Tampaknya dia tidak bisa bersabar lagi melihat Sudou yang berada di angkatan yang sama dengannya diperlakukan seperti itu.

“Muncul satu persatu seperti kecoak.”

“Bukankah kamu datang kemari untuk berdiskusi? Kalau kamu hanya ingin menggunakan kekerasan, aku akan pulang.”

Siswa perempuan bernama Nanase mencoba untuk menghentikan Housen yang sedang tertawa gembira.

“Apanya yang kekerasan? Aku hanya menyentuhnya seperti membelai kucing… Maafkan aku, Sudou.”

Dia tidak menggunakan kata kehormatan terhadap Sudou yang merupakan siswa tahun kedua.

“Oi. Jangan bersikap bodoh.”

Ishizaki mengulurkan tangannya untuk meraih baju Housen.

Housen tersenyum tipis saat melihat tangan Ishizaki terulur ke arahnya.

“Jangan lakukan itu jika kau tidak ingin mati, Ishizaki.”

Orang yang menghentikan Ishizaki adalah Ryuuen, dia sepertinya juga telah melihat dari kejauhan.

“Kenapa kau menghentikanku, Ryuuen-san?”

Ishizaki bingung dengan perkataan Ryuuen.

“Apa maksudmu dengan berhenti?”

Yang bertanya seperti itu adalah Ibuki yang berasal dari kelas yang sama. Dia tampaknya terkejut melihat Ryuuen menghentikan Ishizaki.

Biasanya, perkelahian adalah kondisi yang sangat disambut oleh Ryuuen. Meskipun ada kamera pengawas, dia akan tetap maju tanpa ragu sedikitpun. Karena itulah, sangat aneh melihat Ryuuen menghentikan perkelahian.

Ryuuen menyuruh Ishizaki mundur, lalu dia mulai mendekati Housen.

“Kali ini kau yang akan jadi lawanku? Kau terlihat lebih lemah dibandingkan Sudou yang bodoh itu.”

Housen memberikan evaluasi demikian, karena dia melihat fisik Ryuuen yang tidak begitu besar.

“Aku mengetahuimu dengan baik. Kau adalah selebriti kecil bernama Housen yang berasal dari daerah asalku. Tapi aku tidak menyangka kau adalah orang bodoh.”

Ryuuen menanggapi dengan kata-kata yang sama dengan Housen yang mengatakan Sudou sebagai orang yang bodoh. Yah, itu memang sikap Ryuuen yang biasanya.

Ryuuen biasanya adalah musuh bagi kelas lain, tapi kali ini dia sangat membantu untuk menyelesaikan masalah. Bahkan Sudou bisa menahan amarahnya melihat perubahan situasi ini.

“Apa kau mengenalnya, Ryuuen-san?”

“Ryuuen?”

Ketika Housen mendengar nama itu, ekspresinya berubah dan dia tertawa dengan keras.

“Oi, oi, ini pertemuan yang langka. Aku sudah mendengar rumor tentangmu Ryuuen.”

“Sepertinya kau memiliki kecerdasan untuk mengingat nama seseorang.”

Sepertinya mereka sudah saling mengetahui sejak lama. Siswa Kelas D tahun pertama Housen, tampaknya berasal dari daerah yang sama dengan Ryuuen.

Ngomong-ngomong, melihat hubungan antara Ryuuen dengan Ishizaki dan Ibuki, tampaknya Ryuuen telah bangkit sepenuhnya. Apa dia akan kembali menjadi pemimpin Kelas C tahun kedua?

“Tapi ini sungguh mengejutkan… Ryuuen yang dirumorkan itu ternyata memiliki tubuh yang kurang bagus.”

“Kau tampaknya hanyalah otak otot seperti yang kubayangkan.”

“Sebelumnya aku berencana akan menghajarmu sampai kau menangis. Tapi aku tidak bisa menemukanmu dimanapun. Itu karena kau takut dan bersembunyi, kan? Kau membiarkan prajuritmu bertarung dan pergi melarikan diri, kan?”

“Kuku, kau terselamatkan berkat situasi itu Housen. Jika kau bertemu denganku sebelumnya, kau tidak akan besar kepala seperti sekarang. Untung saja kita tidak bertemu saat itu.”

“Kupikir kau melarikan diri dengan ekor melilit. Kalau tidak, bisakah kita perjelas hasilnya sekarang juga?”

Housen memegang kepalan tangannya yang besar dan menantang Ryuuen untuk berkelahi.

Jika dia sudah mengetahui Ryuuen sejak SMP, mungkin kesannya tentang Ryuuen tidak terlalu berbeda dengan kami. Apa dia tidak menganggap Ryuuen sebagai orang yang tidak ingin dijadikan musuh?

“Hentikan itu. Aku tidak mau melawab gorila dalam situasi yang tidak ada untungnya bagiku.”

Meskipun ditantang untuk berkelahi, Ryuuen menolaknya begitu saja.

Tapi ada benarnya juga, tidak mungkin untuk melakukan perkelahian di tempat seperti ini.

“Apa dia sangat berbahaya? Badannya memang lebih besar daripada Sudou, tapi…”

“Kuku, ayo kita kembali.”

Ryuuen tertawa kecil dan memberi arahan untuk pergi, dia tampaknya tidak berniat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

“Apa kau tidak masalah dikatakan begitu oleh siswa tahun pertama?”

Ibuki tanpa sadar berkata begitu, mungkin karena dia tahu bahwa Ryuuen adalah orang yang bisa menyerang siapa saja.

“Heh. Itu bisa diselesaikan di lain waktu.”

Ryuuen berkata begitu kepada Ibuki, lalu dia kembali dengan tenang.

Itu akan menjadi certia yang bagus kalau berakhir sampai di sini, tapi Housen berjalan dan mendekati Ryuuen.

“Apa wanita ini juga prajuritmu?”

Housen yang mengamati percakapan itu, bertanya kepada Ryuuen.

“Ya, begitulah.”

“Hah? Aku bukan prajuritmu.”

“Ryuuen bahkan menggunakan wanita sebagai prajurit.”

“Kau juga bersama seorang prajurit yang cantik dan imut.”

Ryuuen menanggapi Housen dengan cara yang sama, karena seorang siswa perempuan bernama Nanase juga berada di samping Housen.

“Dia bukan seorang prajurit. Yah, itu tidak masalah. Ayo bermain, Ryuuen.”

“Aku tidak tertarik.”

Meski sudah diprovokasi berkali-kali, Ryuuen tidak menanggapinya. Seolah-olah dia menunjukkan keinginan untuk mundur.

“Kalau begitu…”

Ryuuen tampak tidak tertarik untuk berkelahi, tapi Housen menggerakkan tangannya ke arah Ibuki. Di sisi lain, Ibuki mencoba untuk menepisnya dengan ringan.

Tapi…

Tangan Housen bergerak dengan cepat dan meraih leher Ibuki dengan kuat, tepat sebelum Ibuki menepisnya.

“Eh!?”

Ibuki menarik tangan Housen dengan panik, tampaknya gelombang otak Ibuki merasakan tanda bahaya.

Namun tangan Housen seolah-olah terbuat dari baja, dia tertawa tanpa rasa takut.

Ryuuen menghadap ke belakang dan melihat Ibuki yang terjerat.

Ibuki mencoba meloloskan dirinya dengan menggunakan tangan dan kaki secara terampil, tapi Housen tidak bergeming sedikitpun.

“Heh. Majulah atau kalian hanya bisa menonton saja dari kejauhan.”

Bukannya merasa takut, malahan Housen tampak lebih percaya diri.

Tapi ini bukan situasi yang mudah. Jika membuat kerusuhan ditempat ini, pihak sekolah akan mengetahuinya. Ryuuen yang satu-satunya tidak terikat aturan mulai maju, mungkin dia bertindak karena tampaknya perkelahian sudah tidak bisa dihindari lagi.

Ryuuen menyelinap kehadapan Housen, gerakannya bukan untuk memberi pukulan kepada Housen, melainkan untuk membantu Ibuki. Namun, sambil memegang leher Ibuki, Housen memberi tendangan kepada Ryuuen dengan gerakan yang terbatas.

“Teme!”

Ishizaki yang sebelumnya berhenti juga mulai ikut maju.

Kerusuhan mulai terjadi, tempat ini tidak terlihat lagi seperti koridor sekolah.

“Ini bagus. Meski aku masih ingin pergi ke sekolah seperti ini.”

Perkelahian habis-habisan akan segera terjadi.

Sementara itu, Nanase yang diam sejak awal mulai berbicara kepada Housen.

“Tolong hentikan, Housen-kun.”

Housen yang sedang melawan Ryuuen dan Ishizaki tidak merasa kesulitan sedikitpun meski sedang memegang Ibuki, tapi dia dihentikan oleh teman sekelasnya, Nanase.

“Apa kau ingin mengatakan sesuatu?”

Daripada menerima nasihat, dia malah merasa kesal dengan perkataan Nanase.

“Dari tadi para senpai mengkhawatirkan kamera pengawas. Jika mempertimbangkan situasinya,tidak ada untungnya kamu mengamuk disini.”

“Aku tahu itu. Aku hanya bermain-main saja.”

Dia sudah menyadari kamera pengawas sejak awal.

Jika demikian, berbagai tindakan Housen sejak dia muncul sangatlah membingungkan.

Housen mengabaikan saran Nanase dan berniat untuk melanjutkan perkelahian. Namun Nanase menegaskan kata-katanya.

“Baguslah kalau kamu sudah mengetahuinya. Tolong pikirkan juga hal itu, jika kamu melakukan hal yang sia-sia lagi, kita akan diketahui oleh Are (dia) disini.”

Gerakan Housen terhenti mendengar kata Are (dia). Dia melepaskan tangannya dari Ibuki sambil menunjukkan wajah merasa bosan, Ibuki pun jatuh terduduk di lantai sambil batuk-batuk.

“Jika kau tidak memenuhi harapanku, aku tidak akan memaafkanmu meski kau seorang wanita. Kau mengerti kan, Nanase?”

“Aku akan menerima konsekuensinya saat itu juga.”

Walaupun Housen berkata dengan wajah kesal, Nanase memberi jawaban tanpa takut sedikitpun.

Koridor kelas dua menjadi sangat tenang sehingga tidak tampak debu sedikitpun. Bagaimanapun, pria bernama Housen ini tidak bisa bertindak bebas disini.

Lagipula, hanya sedikit siswa tahun kedua yang bisa berkelahi. Di antaranya yaitu Ryuuen, Sudou dan Albert. Sedangkan untuk siswa tahun pertama, untuk sementara ini adalah Housen, dilihat dari perkelahiannya tadi aku mengetahui kalau dia adalah orang yang sangat kuat.

Bahkan jika aku akan berhadapan dengannya, dia tidak akan menjadi lawan yang mudah untuk dikalahkan. Di sisi lain, aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi jika aku melawannya dengan kekuatan penuh.

Mungkin Ryuuen menghentikan Ishizaki karena tidak ada untungnya bertindak sembrono.

Tampaknya tahun yang mengerikan telah tiba.

“Tujuan kita sudah terpenuhi, ayo kita pergi Nanase.”

“Ya, itu bijaksana.”

Tampaknya Housen puas akan sesuatu selain perkelahian, lalu dia kembali menatap Ryuuen.

“Jika aku bersujud padamu, maukah kau berpasangan denganku, Ryuuen-paisen?”

“Sayangnya aku hanya bekerja sama dengan manusia, aku tidak akan bekerja sama dengan gorila liar.”

“Itu sangat disayangkan.”

Namun kejadian ini tidak berakhir begitu saja.

Selain Housen dan Nanase, ada seorang siswa tahun pertama yang mengamati keadaan dari kejauhan.

Housen tampak kesal melihatnya, dia pun mendekati siswa tersebut.

“Apa yang kau lihat? Hah?”

“Jangan mendekati ‘Kimiko’. Apa kau pernah mendengar kalimat ini?”

(Tl note : ' termasuk kata-kata istilah yang bisa diartikan sebagai sesuatu yang berbahaya)

Siswa tersebut menjawab sambil tersenyum kepada Housen yang menatapnya dengan tajam.

“Berdiskusi itu adalah hal yang wajar, tapi itu tidak baik jika Housen-kun membuat kerusuhan disini. Kupikir aku perlu turun tangan. Apa aku salah?”

Akhirnya siswa baru yang bersikap dewasa muncul di sini bersamaan dengan kata nasehat tersebut.

“Apa yang sedang kau lakukan, Housen?”

Seorang pria berjas hitam muncul disini, dia sepertinya ingin menghentikan kerusuhan para siswa.

Pada saat yang sama, siswa tahun kedua yang menonton kejadian ini mulai berlari kedalam ruang kelas mereka masing-masing.

“Housen, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Tapi aku sudah mengatakannya berulang kali bahwa aturan di sekolah ini sangat ketat.”

“Aku tahu itu.”

“Jika kau sudah tahu, cepatlah pergi. Berkelahi bukanlah perbuatan yang baik.”

“Yang seperti ini bahkan tidak bisa disebut sebagai perkelahian.”

Housen berjalan sambil tertawa dengan tangan di dalam saku.

Tanpa diduga Housen mundut begitu saja, dia juga memerintahkan Nanase untuk mundur bersamanya.

“Lain kali aku akan datang kembali, Horikita.”

Housen menargetkan Horikita… Tidak, lebih tepatnya Kelas D tahun kedua.

“Aku sangat kesal.”

Akhirnya kerusuhan di tempat ini teratasi dengan damai, lalu Nanase menundukkan kepalanya.

Kemudian Nanase menaikkan kepalanya dan menatapku sebelum pergi. Tatapan matanya sama persis seperti tatapan dia ketika baru muncul di koridor ini. Matanya seperti ingin mengetahui sesuatu tentang diriku. Namun saat aku membalas tatapannya, dia mengalihkan pandangannya dan pergi menyusul Housen.

“Aku minta maaf. Siswa di kelasku menyebabkan masalah kepada kalian semua.”

Setelah memahami situasinya, guru itu meminta maaf kepada Horikita.

“Tidak apa-apa…”

“Kalau begitu izinkan aku memperkenalkan diriku. Aku adalah Wali Kelas D tahun pertama, Katsunori Shiba. Aku baru saja tiba disekolah ini, mohon bantuannya.”

Setelah memperkenalkan dirinya, Shiba-sensei pergi mengikuti Housen.

Kemudian siswa tahun pertama yang tadi menundukkan kepalanya kepada kami semua.

“Teman seangkatanku, Housen-kun telah menyebabkan masalah kepada senpai. Sekali lagi aku minta maaf atas nama tahun pertama.”

Berbeda dengan Housen, dia tampaknya bisa diajak berkomunikasi.

“Kami siswa tahun pertama belum memahami ujian khusus ini dengan baik. Aku Yagami, minta maaf atas ketidaknyamanan ini, mohon bantuannya senpai.”

Setelah mengucapkan permintaan maaf, siswa bernama Yagami juga memperkenalkan dirinya.

Pada saat itu Yagami tiba-tiba memperhatikan sesuatu.

Sepertinya dia melihat beberapa siswa Kelas D yang baru saja kembali dari kantin. Mereka adalah Matsushita, Kushida, Sato dan Mii-chan.

Salah satu dari mereka tampak terkejut, yaitu Kuhsida.

“Sangat berisik. Apa yang telah terjadi, Horikita-san?”

Kuhsida menanyakan situasi sambil memperhatikan keberadaan Yagami.

“Tidak usah dipikirkan.”

Kushida kembali ke dalam kelas bersama mereka bertiga.

“Um… Apa kau adalah Kushida-senpai?”

Setelah mendengar namanya dipanggil, Kushida berbalik melihat kebelakang. Yagami mengetahui nama Kushida, itu berarti mereka adalah kenalan. Awalnya aku berpikir begitu… Tapi Kushida melihatnya dengan keheranan seolah-olah tidak mengenalnya.

“Apa kau tidak mengenalku? Yah, wajar sih. Ini aku, Yagami Takuya.”

Setelah mendengar namanya, Kushida sempat berpikir sejenak.. lalu dia akhirnya mengingatnya.

“Yagami… Oh! Eh? Kamu Yagami-kun!?”

“Ya, aku Yagami. Lama tidak bertemu.”

“Ini kebetulan sekali! Yagami-kun juga bersekolah disini.”

“Aku tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Kushida-senpai.”

“Apa kalian saling kenal?”

“Ya, tapi kami tidak pernah melakukan kontak sama sekali. Aku hanya mengetahui kalau Yagami Takuya adalah siswa yang pintar. Karena angkatan kami berbeda, kami belum pernah bicara satu sama lain.”

Kushida segera menjawab pertanyaan Sato.

“Bagaimana denganmu? Apa kau mengenalnya?”

“Tidak. Aku tidak kenal dia.”

Aku diam-diam bertanya kepada Horikita dan dia langsung menjawabnya.

“Dalam kasusmu, kau mungkin tidak ingat teman sekelasmu di SMP.”

“Aku tidak akan membantahnya. Karena aku tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan orang yang tidak ku minati.”

Sepertinya Horikita benar-benar tidak mengingatnya… Tidak, dia bahkan tidak mengenalinya.

Bahkan Horikita tidak mengingat teman sekelasnya, jadi tidaklah aneh jika dia tidak mengingat kohai nya.

Meski dia sendiri tidak mengingat Kushida, tapi bagi laki-laki Kushida merupakan sosok yang tidak akan pernah terlupakan, karena Kushida sangat populer.

“Aku beruntung bisa pergi ke sekolah yang sama dengan Kushida-senpai.”

“Aku juga merasa begitu…”

Kushida memang bersikap rendah hati. Tapi dia pasti khawatir karena Yagami berasal dari SMP yang sama dengannya.

“Apa kohai seperti Yagami juga mengetahuinya Itu…?”

Tentu saja yang aku maksud itu adalah masa lalu Kushida yang kelam. Kushida pernah menghancurkan kelasnya sendiri saat masih SMP.

Horikita yang berasal dari SMP yang sama mendapat permusuhan darinya karena mengetahui fakta itu.

Seandainya itu aku, aku akan merasa cemas jika dianggap sebagai orang yang merugikan kelas, kalau bisa aku akan menghilangkan hal itu.

Jika Yagami berasal dari SMP yang sama dengannya, tidak mengherankan Yagami mengetahui fakta tersebut.

“Wajar jika dia mengetahuinya. Tapi… belum ada kepastian kalau dia mengetahuinya.”

Bisa dikatakan bahwa Yagami bukanlah keberadaan yang aman bagi Kushida.

Ini bukanlah hal yang aneh jika kohai di SMP memasuki SMA yang sama denganmu, sama seperti siswa diangkatan yang sama denganmu ketika SMP juga memasuki SMA yang sama denganmu.

“Ini mungkin sedikit mendadak. Maukah kau berpasangan denganku? Jika pasanganku adalah Kushida-senpai, aku tidak akan khawatir sama sekali.”

Mereka baru saja bertemu kembali, tapi Yagami langsung memintanya untuk berpasangan sambil tersenyum lebar.

Apa itu berarti dia tidak mengetahui masa lalu Kushida? Atau dia merasa tidak masalah meski mengetahuinya?

“Apa kamu yakin berpasangan denganku? Bukankah lebih baik jika Yagami-kun berpasangan dengan seseorang yang lebih pintar dariku.”

Kushida bersikap rendah hati dan berkata begitu, meski kemampuan akademik Yagami adalah A.

Horikita yang berdiri disebelah ku mengoperasikan ponselnya dan melihat OAA.

“Aku belum mengenal satupun siswa tahun kedua. Jadi aku ingin berpasangan dengan seseorang yang bisa kupercaya.”

Meskipun bisa mengetahui kemampuan akademik seseorang melalui OAA, kau tidak akan bisa mengetahui kepribadian orang tersebut.

Maka dari itu, lebih baik berpasangan dengan seseorang yang bisa dipercaya untuk menghasilkan nilai yang pasti.

“Um… bolehkah aku memikirkannya dulu?”

Kushida memutuskan untuk menunda jawabannya.

Apakah Kushida berhati-hati terhadap Yagami? Atau ada alasan lain?

“Tentu saja. Aku akan menunggu jawaban Kushida-senpai, aku juga tidak akan bekerja sama dengan siapapun sampai kau memberi jawabanmu.”

Yagami menerimanya dengan baik dan berkata dia akan menunggu. Karena kemampuan akademiknya adalah A, dia tidak perlu terburu-buru mencari pasangan.

“Sial. Seandainya aku jadi Kushida, aku akan menerimanya tanpa ragu-ragu.”

Sudou yang berkemampuan akademik E+ merasa iri pada Kushida yang diminta menjadi pasangan oleh siswa pintar.

“Kalau begitu, kamu harus berusaha lebih keras.”

“Ya… Aku akan berusaha keras.”

Itu bukan berarti dia tidak iri, tapi terobsesi akan ambisi.

Aku menjauh dari Horikita. Itu karena aku melihat Haruka memberi isyarat dari kejauhan. Didekatnya juga ada Akito, Keisei dan Airi, tampaknya semua anggota grup Ayanokouji telah berkumpul.

“A-aku sangat takut.”

Saat kami baru saja berkumpul, kata-kata yang terdengar pertama kali yaitu kesan Airi terhadap Housen.

“Aku merasa siswa baru itu mirip seperti Sudou-kun dan Ryuuen-kun.”

Haruka yang melihat dari kejauhan, memberitahukan pendapatnya.

Akito yang berada di sebelahnya menatap ujung koridor, dimana Housen baru saja pergi.

“Ada apa, Miyachi?”

“Orang yang berbahaya telah datang kemari. Di masa yang akan datang, sekolah ini mungkin akan menjadi sekolah yang mengerikan. Dia… Housen itu lebih kuat daripada Sudou dan Ryuuen dalam kekuatan fisik.”

“Apa kamu kenal dia, Miyachi?”

“Ya. Tapi aku belum pernah bertemu dengannya secara langsung. Di tempat asalku, Ryuuen dan Housen adalah orang yang terkenal.”

Rupanya Akito berasal dari daerah yang sama dengan Ryuuen dan Housen.

“Singkatnya.. saat itu Housen baru saja menjadi siswa tahun pertama di sekolahku, tapi aku sudah pindah dari sekolah tersebut. Lalu di sekolah itu ada orang kuat yang berisik dan sombong menjadi ketua preman sekolah, tapi suatu hari dia tiba-tiba menghilang. Setelah itu aku mendapat kabar bahwa dia dihajar oleh Housen yang lebih muda 2 tahun darinya, lalu dia dibawa ke rumah sakit.”

“Ke-ketua? Masih ada juga ya, sesuatu seperti di manga.”

“Daerah asalku itu cukup terkenal karena banyak orang-orang jahat berkumpul di sana.”

“Hei…”

Haruka sedikit bingung dengan perkataan Akito yang belum pernah dia dengar sebelumnya.

“Kira-kira begitulah cara Housen menguasai sebuah SMP dan lingkungan disekitarnya.”

“Ryuuen-kun juga terkenal di sana, kan? Tapi mereka seperti orang yang baru pertama kali bertemu.”

“Aku juga baru pertama kali bertemu dengan Housen.”

“Ngomong-ngomong, apa Miyachi juga pernah berkelahi?”

“Aku… Aku sudah berhenti berkelahi. Sekarang aku adalah siswa baik-baik.”

“Itu hal yang tidak bagus.”

“Aku ikut berkelahi hanya sampai tahun kedua di SMP. Lalu mulai saat itu, aku melakukan olahraga memanah.”

“Dengan kata lain, kamu pernah berkelahi, kan?”

Haruka bersemangat mengejar topik yang aneh, Akito pun menggaruk pipinya dengan pelan seolah-olah sedang berada dalam kesulitan.

“Apakah itu menyedihkan?”

“Tidak juga. Malahan masa lalumu cukup keren. Iya, kan?”

“Tidak keren sama sekali.”

Jadi alasan mengapa Akito terbiasa dengan perkelahian, karena dia sendiri sudah pernah mengalaminya. Tentu saja tidak hanya itu, dia juga memiliki keberanian dan gerakan yang tangkas.

“Apa salahnya? Bagaimana kalau kamu membungkam Housen?”

“Jangan bercanda. Bahkan jika aku dipaksa berkelahi, aku memilih untuk tidak melakukannya. Aku tidak ingin bermusuhan dengan orang lain, terutama Housen.”

Akito mengibarkan bendera putih sebelum pertarungan dimulai. Dia lebih mengakui kekuatan Housen dibanding kelemahannya sendiri.

Sepertinya Akito memiliki insting yang bagus dalam perkelahian, tapi dia tidak mempunyai tangan dan kaki yang besar seperti Housen.

Selain itu, Ibuki juga memiliki inting yang bagua dalam perkelahian, tapi dia tidak berkutik sedikitpun melawan Housen. Walaupun dia memiliki gerakan yang cepat dan terampil, dia tidak bisa mengalahkan Housen. Perbedaan kekuatannya terlalu jauh.

***

Sama seperti kemarin, aku dipanggil oleh Horikita setelah pulang sekolah.

Saat kami berdua meninggalkan ruang kelas, Sudou mengajukan diri untuk ikut bersama kami. Awalnya Horikita menolak seperti sebelumnya, tapi Sudou kelihatan bersemangat untuk mencari pasangan.

Lalu Horikita mengizinkannya ikut dengan syarat tidak mengganggu aktifitas klub dan proses belajar. Tanpa diduga.. Horikita juga memiliki sikap yang baik, aku mengakuinya. Tapi, ada alasan lain yang bagus untuk itu.

Ujian khusus (ujian tulis) akan diadakan sekitar 10 hari lagi. Mempertimbangkan ujian yang sulit, akan lebih baik bagi Sudou untuk memiliki waktu yang cukup untuk belajar. Tapi.. jika dia khawatir dengan Horikita, dia akan kehilangan konsentrasi.

Horikita ingin segera menemukan pasangan untuk Sudou, dan meluangkan waktu untuk fokus belajar, pemikiran Horikita itu terlihat jelas.

Horikita memahami dengan baik siswa yang bernama Sudou Ken, tapi ada satu hal penting yang tidak disadarinya. Yaitu rasa suka Sudou terhadap dirinya. Apa dia tidak sadar bahwa Sudou hanya ingin berada disisinya?

Tentu saja, aku tidak perlu repot-repot memberitahukan hal ini kepada Horikita. Karena ini juga merupakan hal yang penting bagi Sudou untuk memberitahunya sendiri.

Horikita memutuskan untuk tidak pergi ke kelas satu, melainkan pergi ke Keyaki Mall.

Apa mungkin alasannya karena kedatangan siswa tahun pertama hari ini ke koridor kelas dua menyebabkan masalah? Aku sedikit penasaran.

Karena menurut pertimbanganku, perkembangan situasi tidak selalu sama.

Atau mungkin Horikita berubah pikiran setelah mengetahui Housen adalah siswa yang bermasalah?

Pertanyaan di dalam pikiranku itu akan segera diketahui.

“Siswa tahun pertama di sekitar sini sangatlah berisik.”

Begitu kami memasuki Mall, Sudou mengatakan pendapatnya mengenai siswa tahun pertama sambil memasukkan jari kelingking ke telinganya.

“Memang benar, ada banyak siswa tahun pertama di sini.”

Para siswa tersebut terlihat sangat gembira, mereka membicarakan tentang apa yang ingin dibeli dan apa yang ingin di makan.

“Padahal aku serius ingin menemukan pasangan di sini.”

Tidak baik menghabiskan waktu berhari-hari untuk menemukan pasangan, baik siswa tahun kedua maupun siswa tahun pertama.

Namun, ada perbedaan besar antara siswa tahun kedua dan siswa tahun pertama. Yaitu persepsi tentang ujian khusus.

Seperti halnya siswa tahun pertama yang datang ke pertemuan pertukaran kemarin, beberapa siswa tahun kedua merasakan krisis. Wajar karena hukumannya dikeluarkan dari sekolah.

“Tidak mengherankan sama sekali. Karena situasi mereka sekarang sama dengan saat kita baru memasuki sekolah.”

“Ya…”

Saat baru memasuki sekolah, para siswa di kelasku bersenang-senang setiap harinya dengan poin pribadi yang baru saja mereka terima.

Bahkan jika itu adalah Kelas A, situasinya tidak akan banyak berubah.

Bagaimanapun, mereka menggunakannya, itu sama saja seperti menikmati kehidupan sekolah.

Yang terburuk adalah.. perbedaan hukuman antara siswa tahun kedua dengan siswa tahun pertama.

Jika tidak lulus ujian khusus, siswa tahun kedua akan dikeluarkan dari sekolah, sedangkan siswa tahun pertama hanya kehilangan (tidak menerima) poin pribadi selama tiga bulan.

“Mereka tidak terlihat khawatir sedikitpun, mereka hanya tampak bersenang-senang.”

“Kamu tidak boleh berkata begitu, Sudou-kun. Apa kamu sudah lupa dengan kejadian setahun yang lalu?”

“Ya, aku tidak melupakannya… Maafkan aku.”

Pada saat baru memasuki sekolah, Sudou telah diperkirakan sebagai siswa pertama yang akan keluar dari sekolah.

Tentu saja, solusi yang tersedia saat itu tidak bisa digunakan lagi. Hak istimewa menjadi pemula telah lenyap.

“Untuk sekarang, mari kita bicara dengan satu kelompok.”

Horikita menemukan tiga siswa laki-laki tahun pertama yang sedang duduk di bangku sambil mengobrol.

Sebelum mendekati mereka bertiga, Horikita memeriksa data mereka di aplikasi OAA.

Nama mereka adalah Kaga, Mikami dan Hakuchou. Mereka bertiga adalah siswa Kelas D tahun pertama, kemampuan akademik B- atau lebih tinggi.

Ternyata Horikita masih menargetkan siswa Kelas D tahun pertama.

“Bisakah kita bicara sebentar?”

“Ada apa…?”

Ekspresi mereka sebelumnya terlihat bahagia, tapi mereka menjadi waspada dengan kedatangan kami.

Tampaknya mereka segera menyadari bahwa kami adalah siswa senior.

“Aku sedang mencari pasangan untuk ujian khusus. Kamu belum berpasangan, kan?”

“Ya, ya. Aku belum berpasangan dengan siapapun.”

“Jika kalian tidak keberatan, bisakah kita membicarakannya dengam berasumsi bahwa kita akan bekerja sama?”

“Tentu saja aku tidak keberatan. Ya, kan?”

Dia menanggapi usulan Horikita seolah-seolah mereka bertiga menyetujuinya.

Aku sedikit terkejut melihat perilaku yang baik ini.

Sudou juga terkejut melihat sikap baik mereka bertiga.

“Aku minta maaf sebelumnya, yang kami cari sekarang adalah prioritas utama.”

“Kau sedang mencari pasangan untuk siswa akademik rendah agar mereka tidak putus sekolah, kan?”

Tampaknya cerita itu sudah tersebar luas di antara siswa tahun pertama.

“Ya. Jika kamu sudah mengerti ceritanya, maka ini tidak akan berlangsung lama.”

“Um… Apa kau ingin aku untuk berpasangan dengan Sudou-senpai?”

Tidak perlu diragukan lagi, pasti mereka juga memeriksa data kami di OAA.

“Ya, dia salah satunya. Masih ada beberapa orang lagi.”

“Oh, begitu. Sudou-senpai memiliki kemampuan akademik E+… Bukankah ini akan merepotkan?”

Kata-katanya memang sopan, tapi dia jelas menghina kemampuan akademik Sudou.

Kelihatannya Sudou tidak puas mendengarnya meskipun itu memang benar, tapi dia masih bisa menahan amarahnya.

“Hakucho, kau bisa berpasangan dengannya, kan?”

Dua orang yang duduk disebelah kanan berkata begitu kepada siswa yang bernama Hakucho.

“Ya, evaluasi akademikku A.”

“Sepertinya memang begitu. Aku akan berterima kasih jika kamu mau berpasangan dengan Sudou-kun.”

“Lalu, bagaimana kalau segini?”

Hakucho membentuk nominal dengan tangannya dan meminta konfirmasi Horikita.

Horikita menatap kami sejenak tanpa mengetahui maksudnya.

“Ya ampun, kau meminta kerja samaku, kan? Kalau begitu putuskanlah.”

Mendengar perkataan itu, Horikita akhirnya mengerti apa yang dimaksud Hakucho.

“Aku ingin tahu… Apa itu poin pribadi?”

“Tentu saja. Itu wajar karena kami akan berpasangan dengan siswa berkemampuan akademik rendah, kami mengabaikan hadiah yang dapat diperoleh jika berada diperingkat atas. Kalau aku berpasangan dengan siswa pintar, aku bisa memperoleh posisi teratas.”

“Apa gunanya? Dan 50.000 poin pribadi… Itu terlalu mahal.”

Mereka meminta poin pribadi dengan jumlah yang banyak. Dalam kasus Sudou, dia selalu hidup dengan kekurangan poin pribadi.

“Senpai, tolong jangan bercanda. Kami tidak bisa menerima 50.000 poin pribadi.”

“Hah?”

“Lima ratus ribu. Jika kau memberiku 500.000 poin pribadi, aku akan langsung berpasangan denganmu sekarang juga.”

“Li-lima ratus ribu!?”

“Sulit untuk meninggalkan sekolah ini, kan? Kami sudah mempelajari banyak tentang hal ini.”

Tampaknya mereka sangat berbeda dengan kami tahun lalu.

Setelah memasuki sekolah ini, aku segera memahami struktur sekolah, aku mengerti penilaian diriku sendiri.

Tapi sekarang aku tidak tahu lagi, mana yang senpai dan mana yang kohai.

Situasi saat ini bisa dikatakan seperti itu.

“Tentu saja itu wajar jika kami meminta imbalan karena kami akan berpasangan dengan siswa akademik rendah.”

“O-oi, Suzune. Aku tidak punya 500.000 poin pribadi.”

“Aku tahu itu. Kamu diam saja.”

Ketiga siswa tahun pertama itu, tersenyum pahit mendengar keadaan dompet Sudou, yang terungkap secara sembarangan.

“Wajar untuk menginginkan poin pribadi tapi… Bagaimana kalau kita mengejar kebutuhan mendesak saja?”

“Apa maksudmu?”

Sebagai perwakilan dari mereka bertiga, Hakucho bertanya kepada Horikita.

“Jika kamu memberi bantuan kepada kami sekarang, kami mungkin dapat membantumu dalam situasi yang sama di masa depan.”

Horikita mengatakan jika mereka memberi bantuan tanpa meminta poin pribadi, itu akan menguntungkan mereka nantinya.

“Selain Horikita-senpai yang berkemampuan akademik A, aku tidak yakin Sudou-senpai dan Ayanokouji-senpai dapat membantu kami.”

“Belum tentu begitu. Sekolah ini bukan hanya tentang belajar saja. Terkadang kemampuan fisik juga diperlukan.”

Khusus untuk tahun kedua, Sudou adalah satu-satunya yang mendapat penilaian A+ dalam kemampuan fisik.

Tujuan Horikita adalah menggunakan titik itu sebagai senjata, tapi…

“Aku tahu itu, tapi bagaimanapun juga kalian adalah Kelas D, kan? Jika aku membantu secara sukarela, aku akan menawarkannya kepada Kelas A atau Kelas B.”

Hakucho menjawab dengan tenang dan objektif.

“Yah… Begitulah.”

Jika melihat situasi ini, Horikita pun akan mengerti.

Mengingat mereka menerima dengan lancar undangan kami dan meminta sejumlah poin pribadi, tidak perlu lagi dipikirkan secara mendalam.

“Apa maksudmu?”

“Sebelum senpai, kami juga membicarakan ini dengan senpai tahun kedua dari kelas yang berbeda.”

“Kamu tidak akan menjual kemampuanmu dengan murah, begitukah?”

“Ya. Tolong mengertilah bahwa kami tidak mau berpasangan kecuali mendapatkan poin pribadi dalam jumlah yang sesuai.”

Dihadapan Hakucho dan yang lainnya, Horikita berbicara tanpa kehilangan ketenangannya.

“Memang benar, kalian tidak bisa menjual kemampuan kalian dengan murah. Tapi apa mereka benar-benar berbicara dengan kalian?”

“Apa maksudmu?”

Ekspresi Hakucho tampak tidak puas, mungkin harga dirinya sebagai akademik A terluka.

“Kalian adalah Kelas D, sama seperti kami. Aku tidak yakin kelas atas benar-benar berdiskusi dengan kalian.”

Itu hanyalah gertakan Horikita. Walaupun kau berasal dari Kelas D, kau akan berguna di ujian ini jika kemampuan akademikmu tinggi.

Horikita hanya mencoba untuk mengkonfirmasi siapa saja yang berhubungan dengan ketiga orang ini.

Hakucho pun membantah perkataan Horikita dengan nada yang agak kasar, tampaknya harga dirinya mrmang terluka.

“Apa yang kukatakan itu memang benar! Aku diundang oleh Hashimoto-senpai dari Kelas A tahun kedua. Dan Kelas C tahun kedua juga mengundangku dengan menawarkan beberapa poin pribadi. Hei, itu benar kan?”

“Ya, itu benar.”

Dua orang lainnya membenarkan perkataan Hakucho.

“Kami bukan satu-satunya. Kebanyakan orang pintar juga diminta untuk bekerja sama.”

Aku dan Horikita mencoba untuk memahami informasi yang diperoleh, tampaknya Kelas A dan Kelas C tahun kedua sudah mulai bergerak.

“Kalau begitu kita tidak bisa mencapai kesepakatan, ya.”

“Ah, tapi jika kau memberiku poin pribadi, aku tidak akan menolak. Aku akan menunggunya selama satu minggu. Selama waktu itu, jika kau memberiku 500.000 poin pribadi, aku dengan senang hati akan berpasangan dengan Sudou-senpai.”

Dengan kata lain, 500.000 poin pribadi bisa menjadi jaminan untuk memastikan kau tidak dikeluarkan dari sekolah.

Tentu saja itu sangat mahal, tapi jika kau melihat dari sudut pandang yang berbeda, kau dapat memperoleh keamanan dengan jumlah poin segitu.

Tapi aku tidak boleh terburu-buru membuat keputusan.

“Ngomong-ngomong… berapa banyak poin pribadi yang kamu minta dari Hashimoto-kun untuk bekerja sama dengannya?”

Horikita ingin mengetahui jumlah poin spesifik, tapi Hakucho dan yang lain tidak mau memberitahukan hal itu.

“Aku sudah berjanji untuk tidak mengatakannya kepada siapapun. Tapi jika kau memberiku 500.000 poin pribadi, aku akan bekerja sama denganmu senpai.”

“Aku mengerti. Aku akan mempertimbangkannya. Jadi, aku ingin meminta bantuanmu. Bisakah kamu memperkenalkan beberapa siswa Kelas D tahun pertama yang pintar kepada kami?”

“Hah?”

“Kami siap untuk bekerja sama sampai batas tertentu. Tapi akan menghabiskan banyak waktu dan upaya jika berbicara kepada setiap orang dan menjelaskannya dari awal. Kalau bisa, aku ingin kamu mengumpulkan teman-temanmu dan berdiskusi secara tepat disana.”

Horikita tidak menyebutkan kerja sama yang seperti apa, meskipun hubungan kerja sama kami dengan mereka masih belum jelas.

Mereka bertiga saling melihat satu sama lain, tapi entah kenapa mereka terlihat sangat cemas.

“Itu… sedikit sulit untuk melakukannya. Ya, kan?”

“Ya. Jika kau melakukan itu tanpa izin, kau akan dimarahi oleh Housen-kun.”

Mereka menyebut nama Housen dalam percakapan. Dilihat dari kata-kata dan perilaku mereka bertiga, itu menunjukkan bahwa mereka takut dengan Housen.

“Maaf, senpai. Lebih baik kamu mencari orang lain untuk melakukan itu…”

Ternyata memang benar bahwa orang itu adalah pemimpin Kelas D tahun pertama.

Menyadari suasana yang berubah drastis, Horikita memutuskan untuk tidak membahas hal itu secara mendalam.

“Kalau begitu aku akan memanggilmu lagi ketika aku membutuhkannya. Terima kasih.”

“Ya. Aku akan menunggumu.”

Kami pergi dari tempat mereka, dan berjalan menuju kafe lantai dua. Aku berbalik kebelakang dan melihat mereka bertiga. Hakucho sedang menelpon dengan ponselnya, lalu dia bergegas pergi ke suatu tempat.

“Kita sudah memperoleh informasi, tapi sulit mengatakan bahwa itu sebuah kemajuan. Mereka tidak mau bekerja sama jika kita tidak membayar 500.000 poin pribadi, itu jumlah yang konyol.”

“Jangan mendengarkan permintaan yang tidak masuk akal itu, mari kita cari cara lain.”

“Jumlahnya memang tidak masuk akal, tapi ada benarnya juga kau tidak harus menjual kemampuanmu dengan murah.”

Apalagi jika nilai akademikmu mendapat penilaian A. Itu cara yang bagus untuk menghasilkan poin pribadi daripada mengincar 100.000 poin pribadi dalam ujian.

“Lalu, apa ada cara yang bisa kulakukan selain memberi poin pribadi?”

“Aku tidak bisa mengatakan ada siswa yang mau bekerja sama secara gratis.”

Kesepakatan melalui poin pribadi telah menyebar luas. Lebih baik kita beranggapan semua siswa tahun pertama telah mengetahui transaksi poin pribadi, bukan hanya Hakucho saja.

Ini mungkin salah satu strategi Ryuuen dan Sakayanagi. Biasanya, transaksi dengan poin pribadi adalah sesuatu yang dihindari, atau dilakukan secara rahasia. Tapi dengan mengambil alih kesepakatan, mereka jadi sadar kalau membantu secara gratis merupakan sebuah kerugian.

Meski begitu, aku sedikit khawatir dengan perkataan Hakucho sebelumnya. Dia mengatakan akan menunggu kami selama satu minggu, meski sebelumnya dia sudah diajak bekerja sama oleh siswa tahun kedua dari kelas lain.

Bahkan jika itu adalah cara untuk mendapatkan poin pribadi, aku tidak yakin kalau mereka bertiga yang membuat rencana itu. Mungkin ada banyak siswa yang ingin mendapatkan pasangan dengan cepat agar berada diposisi aman. Apa mereka bertiga hanya menggertak? Atau…

“Jika bertanya pada siswa lain, bukankah jawaban mereka akan sama?”

Merupakan hal yang bagus jika urusan dengan Kelas D tahun pertama hanya berakhir sampai poin pribadi, yang jadi masalahnya adalah…

[Housen akan marah padamu jika kau bertindak tanpa izin]. Dari perkataan itu, tidak diragukan lagi bahwa Housen Kazuomi adalah orang yang memimpin Kelas D tahun pertama.

“Mungkin Housen memberikan instruksi kepada teman sekelasnya seperti ini.. [Kau bebas untuk bekerja sama dengan siapapun asalkan kau mendapatkan 500.000 poin pribadi. Selain itu, jika Kelas A meminta kerja sama, tunda dulu] .”

“Jika memang seperti itu, kenapa tidak dijualnya saja Kelas D tahun pertama?”

“Dia ingin mempertahankan penjualan hingga akhir.”

“Hah? Aku tidak mengerti.”

“Siswa tahun kedua takut dengan penalty karena tidak bisa mendapatkan pasangan. Dia memanfaatkan penalti itu untuk mendapatkan poin pribadi dari siswa tahun kedua.”

Seandainya siswa berbakat selain Kelas D tahun pertama telah berpasangan, kami terpaksa membayar mahal untuk bisa bekerja sama. Bahkan jika satu juta ataupun dua juta poin pribadi.

“Ini strategi yang ceroboh, dia tidak memikirkan masa depan.”

“Tolong beritahu aku kebijakan khusus kita dalam ujian khusus ini.”

Kebijakan dan strategi Kelas D tahun pertama telah diketahui. Berdasarkan hal itu, apa pendapatmu Horikita?

Persaingan untuk mengambil alih siswa tahun pertama antara Kelas A dan Kelas C sudah dimulai. Jadi, apa Horikita memilih untuk menerobos disini? Atau dia akan menerima siswa akademik rendah terlepas kelas? Seperti Ichinose? Apa dia akan menjalankan kebijakan untuk menjalin hubungan saling mempercayai dan bekerja sama dengan siswa berbakat?

“Ketika mendengar ujian khusus ini, aku sudah menetapkan tiga tujuan.”

“Tiga tujuan?”

Sudou tampaknya sangat tertarik.

“Tujuan pertama adalah.. tidak ada satupun siswa di kelas kita yang dikeluarkan dari sekolah.”

Sudou mengangguk setuju.

“Tujuan kedua adalah.. dalam pertempuran kelas, kita harus bisa menempati peringkat ketiga atau peringkat yang lebih tinggi.”

“Peringkat ketiga? Jadi sejak awal kau membuang kesempatan untuk meraih peringkat pertama?”

“Aku tidak pernah mengatakan untuk membuang kesempatan. Barusan aku mengatakan kita harus bisa menempati peringkat ketiga atau peringkat yang lebih tinggi.”

Tentu saja peringkat pertama dan kedua termasuk dalam perkataan Horikita. Tapi sepertinya dia tidak berniat begitu, alasannya mungkin berkaitan dengan tujuan yang ketiga.

“Tujuan ketiga adalah.. tidak ikut serta dalam permainan uang (transaksi poin pribadi). Kita akan melaksanakan ujian khusus ini dengan tiga tujuan tersebut.”

“Yah… Aku tidak begitu yakin.”

“Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Jika kita tidak bersaing dengan poin pribadi, kita tidak akan bisa menempati peringkat pertama. Tapi jika kita bersaing dengan poin pribadi, kerugian dan keuntungannya tidaklah sepadan. Walaupun kita mengumpulkan poin dari semua siswa di Kelas D, kita hanya bisa mendapatkan 2.000.000 poin pribadi dalam waktu satu tahun. Bahkan jika kelas kita menempati peringkat pertama, jumlah poin yang kita dapatkan hanya 50 poin kelas.”

39 orang dengan 5.000 poin pribadi perorang dalam waktu satu bulan, jika dikecualikan transfer pada bulan April ini, poin pribadi yang bisa dikumpulkan dalam waktu 11 bulan yang tersisa yaitu sebanyak 2.145.000 poin pribadi.

“Seandainya kita merekrut satu orang dengan 500.000 poin pribadi, ‘itu akan melewati garis merah jika kita merekrut 5 orang atau lebih’. Sedangkan kita hanya bisa merekrut 4 siswa tahun pertama dengan kemampuan akademik A, ini bukanlah pertempuran yang bagus, kan?”

(Tl note : ' melebihi anggaran dana yang bisa dikumpulkan oleh Kelas D tahun kedua)

Dalam dua tahun kedepan, poin pribadi yang bisa dikumpulkan adalah 4.485.000 poin pribadi, bahkan jika mengantisipasi kelulusan.

Jumlah siswa yang bisa direkrut sebanyak 5 orang. Selain itu, kita harus bisa merekrutnya dengan pembayaran di bawah 500.000 poin pribadi, kita juga harus memastikan untuk menempati peringkat pertama berdasarkan pertempuran antar kelas.

Jika dilihat resikonya, mungkin akan lebih baik untuk menunggu ujian di masa yang akan datang dan mengeluarkan poin pribadi pada saat itu tiba.

“Poin pribadi dan poin kelas tidaklah sama. Aku tahu hadiahnya cukup banyak, tapi aku berpikir kita tidak bisa memenangkan ujian khusus ini bahkan jika kita menggunakan semua poin pribadi. Apa aku salah, Ayanokouji-kun?”

“Tidak, penilaianmu sangat benar.”

Lagipula, sejak awal sudah perbedaan kemampuan akademik antara Kelas D tahun kedua dengan Kelas A tahun kedua. Aku juga mencoba untuk memikirkan rencana agar menang dalam pertempuran kelas, tapi aku merasa kami tidak akan bisa menang meskipun merekrut 11 siswa berbakat.

Tentu saja, Horikita tidak akan berpikir flesibel, seperti ada beberapa siswa yang pasti membantu dengan memberikan 50.100.000 poin pribadi, maka dapat dipertimbangkan untuk melakukan transaksi poin pribadi dalam perekrutan siswa berbakat.

Bisa dikatakan, ujian ini bukan hanya tentang persaingan dengan poin pribadi saja.

“Untuk mencapai tiga tujuan ini, kupikir kita harus berhasil melakukan negosiasi dengan Kelas D tahun pertama.”

“Kenapa? Bukankah mereka tidak mau bekerja sama kalau kita tidak membayar 500.000 poin pribadi?”

“Itu hanya berlaku untuk siswa berbakat. Sedangkan di Kelas D tahun pertama, rata-rata kemampuan akademik mereka adalah C atau lebih rendah. Semisalnya Housen-kun membiarkan mereka seperti ini terus, menurutmu apa yang akan terjadi setelah itu?”

Setelah itu…

“Siswa yang seharusnya bisa lulus ujian khusus akan menerima hukuman dan hal itu akan dicurigai oleh pihak sekolah.”

Horikita mengangguk setuju dengan jawabanku, lalu dia melanjutkan perkataannya.

“Tentu saja mustahil aku akan membuang poin pribadiku setiap bulan. Dengan kata lain, Housen-kun harus merubah strateginya.”

Bahkan jika semua siswa berbakat Kelas D tahun pertama direkrut dengan bayaran 500.000 poin pribadi, siswa lainnya tidak akan bisa seperti mereka. Tidak peduli apakah siswa tahun kedua akan putus sekolah atau tidak, yang jelas.. Housen akan tertinggal dengan kelas lain dalam persaingan antara kelas satu.

“Selalu ada kesempatan untuk bernegosiasi jika dia ingin menang melawan kelas satu lainnya.”

Sepertinya Horikita akan menghadapi Kelas D tahun pertama.

“Tapi situasinya akan menjadi gawat jika 39 orang siswa di kelas kita, pergi ke kelas Housen-kun. Kita harus mengurangi resiko sebanyak mungkin.”

Alasannya karena jika negosiasi tidak berhasil, kebanyakan siswa akademik rendah akan merasa frustasi.

“Ujian khusus sudah dimulai, tidak mengherankan jika ada siswa berbakat yang sudah membentuk pasangan.”

“Aku tidak tahu apakah sudah ada atau belum…”

“Yang jelas, satu-satunya cara menemukan pasangan yang hebat adalah berbicara dengan banyak orang.”

“Ya ampun. Jika kamu mencari pasangan yang hebat, dia ada di sini.”

Ketika kami sedang menaiki anak tangga menuju kafe lantai dua, kami mendengar suara seseorang berkata begitu dibelakang kami.

Saat kami menghadap ke belakang, terlihat seorang siswa perempuan menatap kami dengan senyum lebar di wajahnya. Begitu pandangan mata kami bertemu, dia menaiki anak tangga secara perlahan.

Diantara kami bertiga, orang pertama yang mencurigai gadia itu adalah Horikita.

“Apa kamu mendengar pembicaraan kami?”

“Ya ampun senpai.. aku memanggilmu karena kebetulan aku mendengarmu.”

Gadis itu menatap Horikita yang bertanya kepadanya tanpa memerhatikan aku dan Sudou.

“Senpai, siapa namamu? Apa kemampuan akademikmu?”

“Namaku Horikita Suzune dari Kelas D tahun kedua. Kemampuan akademikku adalah A. Memangnya kenapa?”

“Wow! Kamu pintar, senpai.”

“Siapa namamu?”

“Namaku Amasawa Ichika dari Kelas A tahun pertama. Kemampuan akademikku adalah A. Sama dengan Horikita-senpai~”

Dia gadis yang pintar, meski tidak terlihat seperti siswa SMA.

Horikita memastikannya di aplikasi OAA.

“Kalau kamu bertujuan untuk peringkat pertama, bagaimana kalau kita bekerja sama?”

Amasawa mengajukan usulannya, sepertinya dia tidak mendengar inti pembicaraan kami tadi.

Bukan hal yang mustahil untuk memperoleh peringkat pertama, jika dua orang kemampuan akademik A bekerja sama.

Mengenai Horikita, dia pernah menurunkan nilai ujiannya untuk menyelamatkan Sudou di masa lalu. Jika mempertimbangkan melalui hal itu, tidak mengherankan jika penilaian akademik Horikita adalah A.

Tawaran Amasawa sungguh tidak terduga, tapi sekarang Horikita harus mengutamakan pasangan untuk Sudou dan siswa lain di Kelas D tahun kedua.

Meskipun ini kebetulan, seorang siswa akademik A mau bekerja sama.

Jika Horikita menolaknya, mungkin Amasawa akan pergi dari sini.

“Terima kasih atas tawaranmu.. tapi, saat ini yang sedang mencari pasangan bukanlah aku, melainkan dia… Maukah kamu berpasangan dengan Sudou-kun?”

Horikita memperkenalkan Sudou dengan cara beresiko.

Awalnya Sudou tampak kebingungan, tapi dia segera memahami situasi dan mencoba bersikap tenang.

“Etto, apa kemampuan akademik Sudou-senpai?”

“E+. Aku tidak bisa mengatakan bahwa akademiknya termasuk kategori bagus.”

Sebaliknya, itu termasuk peringkat terendah di tahun kedua.

Seharusnya Amasawa sudah memahaminya melalui OAA.

“Aku mengerti. Dengan kata lain, Horikita-senpai membantunya menemukan pasangan agar Sudou-senpai tidak dikeluarkan dari sekolah.”

Setelah memahami situasinya, Amasawa menatap Sudou.

“Akademik E+ ya. Jika kami berpasangan, kami mungkin akan berada di peringkat menengah (rata-rata), kami tidak mungkin bisa meraih peringkat atas.”

“Ya, begitulah. Setidaknya sedikit bermanfaat untukmu.”

Aku sempat berpikir Amasawa akan meminta poin pribadi, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda akan hal itu.

“Yah… Aku memang perlu pasangan sih.”

Amasawa jelas lebih baik daripada tiga orang tadi.

Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arahku.

“Bagaimana denganmu, senpai? Apa kamu juga mencari pasangan?”

“Dia berkemampuan akademik C, tidak termasuk dalam prioritas. Tapi kalau kamu tidak mau berpasangan dengan Sudou-kun, aku akan menghargaimu jika kamu bersedia berpasangan dengan Ayanokouji-kun.”

“Tidak, itu…”

Sangat jelas bahwa ini adalah kebaikan Horikita, tapi aku harus menghentikannya sekarang.

Karena saat ini, aku tidak bisa sembarangan untuk memutuskan pasangan.

“Apa kamu punya keluhan?”

“Bukan itu, tapi…”

“Ah. Stop, stop. Aku belum bilang kalau aku mau bekerja sama dengan salah satu dari mereka berdua kan?”

Amasawa menghentikan cerita kami yang terjadi tanpa izin.

“Apa ada syaratnya agar kamu mau bekerja sama?”

Horikita mencoba untuk mengetahui syarat dari Amasawa.

Kebijakan kelas kami untuk menghindari persaingan dengan kelas lain melalui poin pribadi tidaklah berubah. Tapi jika murah, itu bisa dipertimbangkan. Dan juga, kuharap Amasawa tidak meminta poin pribadi dalam jumlah yang besar seperti Hakucho dan yang lain.

“Syarat.. syarat… Ya, ada syaratnya.”

“Aku suka laki-laki kuat.”

Amasawa mengatakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan ujian khusus, dia tersenyum seperti iblis kecil.

“Apa maksudmu?”

Terlihat ada kerutan di kening Horikita, mungkin dia mengira Amasawa akan merubah topik dari akademik menjadi poin pribadi.

“Aku tidak yakin apa yang harus kulakukan dalam ujian ini. Jadi karena itu, aku belajar dengan giat dan bertujuan untuk memperoleh tingkat teratas dengan berpasangan bersama seseorang yang memiliki kemampuan akademik A seperti Horikita-senpai. Jika kamu ingin aku menghilangkan keinginan itu, maka tidak masalah jika aku ingin berpasangan dengan orang yang kusukai, kan?”

Itu memang benar, lebih baik bekerja sama dengan orang yang disukai daripada orang yang tidak disukai.

“Aku suka laki-laki yang kuat.”

Dia mengulangi kata-kata yang sama dengan yang tadi.

Horikita berusaha keras untuk memahaminya.

“Dengan kata lain, kamu ingin melihat apakah Sudou-kun kuat atau tidak.. begitukah?”

“Ya. Bukan kuat secara mental, tapi kuat secara fisik. Yah, jika dilihat dari fisiknya, aku tahu Sudou-senpai sangat baik dalam berolahraga dll.”

Amasawa mengarahkan jarinya ke tubuh Sudou.

“Apa kamu mau berpasangan denganku?”

Sudou yang percaya diri dengan fisiknya, mengangguk dengan malu-malu.

“Ya, jika kemampuan akademikmu A, itu sangat bagus untukku. Apa kau yakin?”

Amasawa meraih dan menyentuh pipi Sudou.

“Jika kamu benar-benar kuat.”

Setelah mengatakan itu, Amasawa memutar jarinya yang tipis di dada Sudou, tindakannya itu membuat Sudou terpesona dengan wajah yang memerah.

“Aku kuat, aku kuat.”

“Aku tidak benci orang yang percaya diri.”

“Apa arti kuat itu bagimu?”

Horikita yang mengamati mereka berdua, menanyakan perkataan Amasawa yang tidak dipahaminya.

“Dalam arti yang sama, aku suka orang yang kuat saling berkelahi. Itu sebabnya aku akan berpasangan dengan orang terkuat.”

“Kupikir dia akan memenuhi harapanmu. Aku menjamin kekuatan Sudou-kun.”

“Aku tidak yakin kalau sekedar kata-kata. Bagaimanapun, aku harus melihatnya secara langsung.”

“… Apa kamu ingin melihatnya secara langsung?”

“Aku akan mencari siswa kuat di tahun kedua dan membuat mereka saling berkelahi. Kemudian aku akan berpasangan orang terkuat.”

“Apa kau bercanda? Kami tidak bisa melakukan itu.”

“Kenapa? Padahal aku sudah bicara serius sejak awal.”

“Ayo pergi, Suzune. Ini hanya buang-buang waktu.”

Sudou memotong pembicaraan, tampaknya dia pikir Amasawa tidak serius dengan perkataannya.

Seolah-olah dia merasa tertipu dengan daya tarik Amasawa, bahkan untuk sesaat.

“Aku tidak masalah jika kamu tidak mau mendengarkanku.”

Amasawa mengatakan ini hanyalah bonus game.

Tentu saja dia tidak perlu melakukan ini semua demi berpasangan dengan orang berkemampuan akademik E+.

Amasawa bisa saja mengirimkan permintaan berpasangan sebanyak mungkin, karena kemampuan akademiknya sangat tinggi.

Bisa dikatakan, situasi ini sangat menguntungkan. Jika kami mengerjakan syarat darinya, Sudou bisa berpasangan dengannya. Ini tidak seperi ada penalty sejak awal dimana kami dapat melakukannya.

“Kamu tidak bercanda, kan? Kamu serius dengan perkataanmu itu, kan?”

Mata Horikita tampak serius.

“Tentu saja.”

“Kalau begitu aku juga akan serius dan mendengarkan perkataanmu.”

“O-oi, Suzune?”

“Bagus, bagus. Aku ingin berpasangan dengan orang yang kuat.”

“Ya. Jadi Sudou-kun, kamu harus menerima tawaran ini.”

“Hah? Tunggu dulu, Suzune. Tidak mungkin perkelahian akan diizinkan di sekolah ini. Ketika aku berkelahi tahun lalu, itu menjadi masalah besar, dan siang ini juga terjadi sedikit keributan dengan Housen.”

Setahun yang lalu, perkelahian Sudou dengan Kelas C Ryuuen menjadi masalah yang besar.

Lalu hari ini, Housen datang dan membuat keributan.

“Memang benar, perkelahian bukanlah perbuatan yang baik. Namun jika kedua belah pihak setuju, tidak akan ada masalah. Bukankah begitu, Ayanokouji-kun?”

Aku langsung memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh Horikita.

Meski dia meminta konfirmasi bahwa perkelahian itu tidak masalah, sudah jelas jawabannya salah.

Tidak peduli apakah menang atau kalah, sekolah tidak akan mengakui perkelahian, walaupun kedua belah pihak telah memutuskan untuk menyetujuinya.

Namun, Horikita berani menerima tawaran Amasawa.

“Ya, benar. Pihak sekolah memang tidak mungkin menyetujui perkelahian, tapi jika kedua belah pihak sudah setuju, maka tidak ada masalah sama sekali.”

Aku menjawab seolah-olah tidak ada masalah.

“H-hei, Ayanokouji!”

“Selain itu, tidak peduli siapapun itu di tahun kedua, tidak ada yang bisa mengalahkan Sudou-kun.”

“Itu benar.”

Sudou tidak memahami situasi saat ini, namun aku dan Horikita saling bergantian menjawab satu sama lain untuk membenarkan percakapan ini.

Yang lebih penting sekarang bukan untuk menegaskan perkelahian. Tapi untuk meyakinkan Amasawa bahwa Sudou adalah yang terkuat tanpa perlu berkelahi.

“ini waktu yang tepat untuk mengatakannya dengan jelas, Sudou-kun. Jika dipikirkan secara rasional, sangat sulit untuk membuatmu berpasangan dengan siswa akademik A. Tapi sekarang, Amasawa-san bersedia untuk menjadi pasanganmu dengan satu syarat yaitu, kamu hanya perlu melakukan perkelahian yang sudah kamu kuasai. Kamu harus menerimanya tanpa ragu-ragu.”

Siswa tahun kedua yang sudah terbiasa dengan aturan sekolah ini, tidak akan mau terlibat dalam perkelahian.

Apalagi jika lawannya adalah Sudou, hasilnya sudah terlihat jelas.

Dengan kata lain, meskipun Sudou menerima tawaran itu, dia benar-benar tidak akan berkelahi. Bahkan jika ada penantang yang datang, dia hanya perlu mengalahkannya.

“Ini bagus. Aku sangat bersemangat.”

Sebagai siswa baru, Amasawa tidak akan memahami hal itu. Dia belum memahami bahwa sekolah ini berbeda dengan SMP nya dulu atau SMA yang lain.

“Tapi sebelum itu, bisakah kamu berjanji satu hal dengan kami? Jika tidak ada penantang yang muncul, kamu akan berpasangan dengan Sudou-kun.”

Horikita menginginkan konfirmasi yang penting.

Jika Amasawa tidak setuju, situasi ini tidak akan berkembang sedikitpun.

“Baiklah, aku berjanji. Jika tidak ada penantang yang muncul, maka ini adalah kemenangan Sudou-senpai.”

Horikita mengangguk dan tampak puas dengan perkataan Amasawa.

“Mengerti, Sudou-kun?”

“Ya. Jika tidak masalah bagi Suzune, itu juga tidak masalah bagiku.”

Sudou menggenggam tinjunya dengan kuat.

Bagi Horikita, tawaran Amasawa ini sangatlah berharga.

“Kalau begitu, aku akan merekrut penantang di aplikasi obrolan semua siswa. Jika kamu yakin dengan kemampuan berkelahimu, tolong kirim email langsung kepadaku bahwa kamu akan ikut serta.”

“Heh. Siapapun yang datang, aku akan mengalahkannya.”

Untung saja Sudou tidak mengetahui ide Horikita yang sebenarnya. Jadi aku tidak perlu berjuang keras, aku senang akan hal itu.

“Apa aku boleh menentukan lokasinya? Aku ingin menghindari tempat mencolok, aku tidak ingin pihak sekolah memperhatikannya.”

Horikita meminta satu hal lagi sebelum Amasawa selesai mengirimkannya di aplikasi.

“Jadi, ini adalah perkelahian antar petarung kan!?”

Ketika Horikita mengambil alih, Amasawa menatap ksmi dengan perlahan.

Kemudian dia mematikan layar ponsel dan memasukkannya ke dalam sakunya.

“Sudah kuduga, berhenti saja ah.”

Kupikir suasana hatinya tiba-tiba berubah, tapi sepertinya tidak begitu.

Dilihat dari ekspresinya, aku mengetahui kalau dia juga menguji kami.

Tapi Horikita dan Sudou menjadi panik dengan perubahan suasana hati Amasawa.

“Kenapa?”

“Setelah aku selesai merekrut peserta, aku yakin tidak ada yang akan datang. Dilihat dari fisik Sudou-senpai serta sikap Horikita-senpai dan Ayanokouji-senpai, aku bisa mengetahui kalau Sudou-senpai adalah yang terkuat di tahun kedua.”

Dia mengerti bahwa tidak perlu berkelahi untuk mengetahui orang terkuat.

Akting yang kumainkan bersama Horikita telah gagal, dan juga Sudou terlalu datar. Sepertinya, efeknya sudah hilang.

Tentu saja Horikita tidak akan menerima ini begitu saja.

Wajah Horikita tampak tidak puas, mungkin karena dia mengira Amasawa mempermainkannya.

“Apa kamu mempermainkan kami?”

“Tidak, bukan begitu. Hanya saja.. itu tidak menarik jika hasilnya sudah jelas. Aku hanya ingin memastikannya secara langsung, aku hanya bersenang-senang. Jadi, jangan marah ya, senpai.”

Amasawa mengatakan itu sambil menekankan jari telunjuk ke bibirnya.

“Aku akan memberikan syarat lain, jadi maafkan aku.”

Horikita bermaksud mengendalikan Amasawa, tapi dia malah dikendalikan oleh perkataan Amasawa.

Sepertinya Horikita tidak bisa berurusan dengan tipe orang sepeti Amasawa.

“Selain laki-laki kuat, aku juga suka laki-laki yang ahli memasak.”

“Memasak?”

Syarat Amasawa kali ini, juga tidak berhubungan dengan ujian khusus.

“Sudou-senpai, bisakah kamu memasak makanan untukku?”

“Me-memasak!?”

Sudou yang sebelumnya percaya diri, terkejut mendengar permintaan Amasawa yang tidak terduga.

“Tentu saja harus enak. Aku akan memintamu untuk memasak makanan yang kuinginkan.”

“Tidak, tidak.. aku belum pernah memasak sejak aku lahir.”

“Begitukah? Kalau begitu aku ingin tahu, apa ada kesempatan untukku.”

Horikita melanjutkan topik ini agar tidak berakhir begitu saja.

“Bagaimana kalau aku yang menggantikan Sudou-kun?”

“Tidak bisa. Sudah kubilang, kan? Aku suka laki-laki yang ahli memasak. Aku tidak mau berpasangan kalau bukan calon pasanganku yang memasak.”

Dengan kata lain, tidak peduli berapa banyak makanan yang dihidangkan, perempuan adalah pengecualian.

“Jika Sudou-senpai menyerah, apa kamu akan mencari teman sekelasmu yang bisa memasak? Ah! Jika kamu menemukannya, itu berarti aku tidak akan berpasangan dengan Sudou-senpai, kan?”

Amasawa Ichika tertawa seperti setan kecil.

“Kalau begitu, apa kalian akan menjadikan Sudou-senpai ahli memasak? Tapi jika kalian melakukannya, apakah bisa tepat waktu? Kalau kalian tidak melakukannya dengan cepat, mungkin aku sudah berpasangan dengan siswa lain karena aku sangat populer.”

Itu bukan sekedar peringatan saja. Setahuku, ada banyak siswa berbakat di tahun kedua selain Horikita.

Dia tidak harus mengambil resiko hanya untuk berpasangan dengan Sudou. Di hari lain, dia bisa saja memutuskan pasangan.

Jadi, bisa dikatakan bahwa seorang gadis bernama Amasawa Ichika hanya bermain-main dengan kami. Jika dia berubah pikiran, maka ini semua berakhir disini.

Tapi, teman sekelasku yang berkemampuan akademik rendah dan ahli memasak.. tidak ada sama sekali dipikiranku.

Dalam hal ini, permintaan Amasawa mungkin hanya akan menjadi efek negatif bagi Kelas D tahun kedua.

Lebih baik menyerah dan mencari siswa berbakat lainnya.

Karena tidak ada yang memberikan jawaban, Amasawa pun menambahkan..

“Aku akan memberi layanan khusus. Memang benar aku hanya mau berpasangan dengan laki-laki yang ahli memasak, tapi… Aku akan berpasangan dengan Sudou-senpai kalau lidahku puas dengan masakan laki-laki yang lain.”

Amasawa mengajukan sebuah usulan.

Itu seperti berpasangan dengan laki-laki kuat dan laki-laki ahli memasak.

Tentunya, itu akan memuaskan keinginan Amasawa.

“Ini sama seperti berpasangan dengan orang kuat sekaligus dengan orang yang ahli memasak.”

Dia berkata akan berpasangan dengan Sudou kalau dia puas dengan masakan laki-laki yang lain.

Masih ada waktu untuk mempersiapkannya.

Tapi masalahnya, aku tidak tahu laki-laki yang ahli memasak di kelasku.

Nah, bagaimana cara Horikita menanggapi keinginan Amasawa…

“Ayanokouji-kun. Kamu membanggakan kemampuan memasakmu kepadaku sebelumnya, kan?”

Horikita bertanya kepadaku dengan cara yang bermatabat.

Aku tidak pernah bicara begitu, bahkan jika pernah.. aku tidak akan membanggakan hal itu.

Mudah bagiku untuk menyangkalnya sekarang, tapi sepertinya aku perlu mengikuti cerita Horikita dan menjaga perkataanku.

Tidak banyak kemungkinan Sudou bisa berpasangan dengan siswa akademik A.

“Memang benar, memasak adalah salah satu bidang keahlianku.”

“Ya. Jika Amasawa-san bersedia, bagaimana dengan Ayanokouji-kun?”

“Selama orang itu adalah laki-laki, aku tidak masalah siapapun itu. Tapi, apa kamu benar-benar bisa memasak? Kamu bisa berkata begini sekarang, tapi nanti penilaianku akan sangat ketat lho.”

“Tentu saja tidak masalah. Benar, kan Ayanokouji-kun?”

“Ya. Itu benar.”

Begitu aku menegaskannya, Amasawa segera menyatukan kedua tangannya.

“Kalau begitu, aku ingin melihat kemampuanmu sekarang.”

Penempatan waktunya sangat kritis. Tapi, mungkin ini seperti penyegelan Amasawa. Dia tidak mau memberiku waktu untuk belajar memasak. Dia ingin memastikan apakah aku benar-benar ahli memasak.

Horikita tidak bisa menjawab yes di sini karena itu merupakan kebohongan agar Amasawa mau bekerja sama.

Bahkan jika aku memasak dengan keterampilanku saat ini, aku sudah tahu bagaimana hasilnya nanti.

Meskipun tidak di nilai dengan ketat, hasilnya sudah jelas.

“Sebenarnya kami tidak keberatan sama sekali, tapi kami butuh sedikit waktu. Aku dan Ayanokouji-kun akan melakukan kontak dengan siswa tahun pertama untuk menemukan pasangan teman sekelas kami. Banyak siswa lain yang perlu dibantu selain Sudou-kun. Jika kelas kami tertinggal dari kelas lain, kelas kami akan menerima kerugian. Bahkan saat ini, saingan kami telah memulai pergerkan mereka untuk mencari pasangan. Kalau bisa, aku ingin kamu memberi waktu sampai hari Jum’at, sepulang sekolah.”

Horikita menjelaskan situasinya. Dengan mengatakan itu, dia bisa menunda keinginan Amasawa untuk meminta makanan hari ini. Dia juga meminta waktu sampai hari Jum’at, sepulang sekolah.

Ini merupakan usulan agar aku bisa berlatih memasak hingga akhir pekan.

“Begitu. Tapi tidak bagiku untuk menunggu terlalu lama.”

Kemudian Amasawa mengajukan tawaran baru.

“Aku tidak keberatan malam ini meskipun sudah larut malam. Bagaimana menurutmu, senpai?”

“Itu masalah moral. Seorang siswa perempuan tahun pertama masuk ke asrama siswa tahun kedua di malam hari, apalagi jika itu adalah kamar laki-laki.”

“Aku mengerti. Tapi aku tidak bisa menunggu sampai akhir pekan. Aku akan kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan senpai yang lain, kan?”

Sudah kuduga, dia tidak akan mau menunggu sampai akhir pekan.

Lalu berikutnya, Amasawa mengatakan sesuatu yang sangat parah.

“Aku hanya akan menunggu satu hari. Jika kamu tidak bisa memasak makanan yang kuminta sepulang sekolah besok, aku akan menganggap diskusi ini tidak pernah ada.”

Mungkin itu adalah batas akhir berkompromi dengan Amasawa. Jika kami terlalu serakah, kami mungkin akan kehilangan kesempatan ini. Kecuali Horikita tidak melakukan kesalahan dalam penawaran…

“Yah, itu memang benar. Tidak dapat di sangkal bahwa itu akan membebanimu jika menunggu sampai akhir pekan. Selain itu, kamu tidak ingin memberi kami waktu untuk berlatih memasak, kan?”

“Ya ampun. Aku tidak berpikir sejauh itu.”

“Sudahlah, daripada itu… Bisakah kamu menerima kondisi itu?”

Horikitameminta konfirmasiku, tapi bagiku ini adalah situasi yang sulit.

Persiapanku hanya satu hari. Tapi jika aku tidak melakukannya, Amasawa tidak akan mau bekerja sama.

Aku memberi persetujuanku, lalu Amasawa juga menyetujuinya.

“Sudah diputuskan.”

“Namun, jangan membatalkannya seperti tawaranmu sebelumnya. Kami tidak sedang bermain-main.”

“Oke. Aku janji. Jika aku puas dengan masakannya, aku akan langsung berpasangan dengan Sudou-senpai pada saat itu juga.”

Meskipun Amasawa menjawab dengan patuh, itu hanyalah janji lisan.

“Kumohon, Ayanokouji. Buat dia menjadi pasanganku dengan keahlian memasakmu!”

Aku memang berniat membantu, tapi aku tidak menyangka situasinya akan jadi seperti ini.

“Kalau begitu, besok aku akan menemuimu sepulang sekolah di depan Keyaki Mall jam 16.30, Ayanokouji-senpai~”

“Keyaki Mall? Bukannya di Asrama?”

“Masakan yang akan kuminta adalah rahasia, tentu saja perlu untuk membeli bahannya, kan?”

Aku mengerti, itu merupakan penilaian dalam membeli bahan masakan.

“Bolehkah aku pergi bersama kalian?”

Horikita menawarkan diri untuk ikut, agar tidak ketahuan memberikan saran kepadaku. Tapi, Amasawa tidak menyetujuinya.

“Tidak boleh. Kamu bisa saja memberinya saran ketika aku sedang lengah. Proses penilaiannya ketat.”

Itu berarti, besok aku harus melakukannya sendiri.

“Tidak masalah kan, Ayanokouji-senpai?”

“Ya, tidak masalah.”

Ini telah menjadi hal yang serius tapi, untuk saat ini aku akan menerimanya dengan patuh.

“Kalau begitu sampai jumpa besok, bye-bye~”

Amasawa menuruni tangga dengan wajah puas.

“Horikita, aku yakin kau sudah tahu…”

“Diam. Aku sedang memikirkan strateginya sekarang.”

Meskipun kau memikirkan strategi, waktunya hanya satu hari.

Keterampilan memasakku termasuk kategori minimum, sejauh mana aku bida melakukannya?

~Chapter 3 End~